"Bisakah kau menceritakan apa yang kau alami waktu itu?"Yoongi tertegun mendengar ucapan Seungwan. Matanya menatap lurus ke manik gadis itu.
"Aah...maaf. Tentu saja tidak sekarang. Maksudku...suatu hari nanti. Kalau kau tak keberatan."
Seungwan menghindari tatapannya dan bergerak dengan gugup. Ia menunduk dan memasukkan tangannya ke saku mantel.
Yoongi tak tahu harus menjawab seperti apa. Ia sama sekali tak menduga Seungwan akan mengajukan permintaan seperti itu. Kalau itu orang lain, ia pasti menganggap orang itu tidak peka karena mereka sama-sama tahu bahwa mengingat apalagi menceritakan peristiwa itu seperti mengorek luka yang belum sembuh. Namun ini adalah Seungwan, gadis yang mengalami bagaimana rasanya menderita karena peristiwa menyakitkan itu. Ia yakin ada sesuatu yang membuat Seungwan nekat mengajukan permintaan itu.
"Maksudmu..."
"Maaf...bukan maksudku membuatmu mengingatnya lagi. Hanya saja...kondisimu malam itu..." Seungwan menatap Yoongi sebentar tapi cepat-cepat menunduk lagi. Walau sekilas, Yoongi melihat sorot cemas di binar matanya.
Ah, Yoongi mulai paham sekarang. Seungwan merujuk pada kondisi 'lumpuh'nya di malam kembang api itu. Yoongi yakin Seungwan memiliki asumsi tentang alasan kondisinya itu.
"Maksudku, aku tak tahu apa yang kaualami. ..."
Seungwan menegakkan kepalanya lagi, mengumpulkan keberanian.
"Tapi...mungkin akan lebih baik kalau kau berbicara pada seseorang." Seungwan berkata dengan sangat berhati-hati, memantau reaksi Yoongi.
"Aa...tentu saja itu hanya saran saja. Maafkan aku kalau terlalu ikut campur."
Seungwan menundukkan kepala meminta maaf. Di lain pihak, Yoongi merasa takjub dengan situasi yang dialaminya ini. Perhatian yang ditunjukkan Seungwan malam itu, pesan tak terduga yang menanyakan keadaannya, dan keberadaan Seungwan saat ini di studionya membuat hatinya melambung. Kalau boleh berbesar hati, gadis itu sepertinya mengkhawatirkan dirinya.
"Tidak. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Tapi aku baik-baik saja sekarang." Akhirnya Yoongi membuka suara.
"Syukurlah kalau begitu." Seungwan tersenyum canggung.
"Mengenai...permintaanmu. Akan kupikirkan."
"Oh tentu. Aku tidak akan memaksamu. Kalau kau keberatan, aku mengerti." Seungwan menatap Yoongi lekat, membuat Yoongi terhanyut di kedalaman matanya.
"Oh iya, kau sudah memeriksa draft-nya kan? Bagaimana menurutmu?" Gadis itu mengalihkan pembicaraan.
Yoongi tersenyum tipis dan balas menatap gadis itu.
"Ya. Itu sempurna."
***
Presentasi berjalan dengan sukses. Seungwan bernapas lega dan sibuk membereskan bahan-bahan presentasinya. Edisi khusus Inspiring Women yang pertama akan segera dicetak dan diterbitkan. Untuk sementara waktu, sebagian beban pekerjaannya berkurang.
"Bagus sekali, Seungwan-ah. Aku yakin edisi ini cukup menjanjikan." Seulgi masuk ke ruangan Seungwan.
"Ya. Syukurlah semuanya lancar. Kerjamu juga bagus untuk kolom Health and Care."
"Iyalah. Siapa dulu? Kang Seulgi."
"Ya, ya. Aku tahu, Nona Kang yang hebat." Seungwan terkekeh sambil membereskan mejanya.
"Wan, aku senang kau sudah kembali seperti dulu." Suara Seulgi berubah serius.
"Aku juga. Aku membuatmu khawatir ya? Maaf." Seungwan menatap Seulgi sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Heal
ФанфикPepatah mengatakan "Waktu akan menyembuhkan segalanya." Gadis itu berharap pepatah itu benar. Namun, bagaimana akan sembuh jika ia harus mengorek semua luka itu untuk mengarungi sang waktu? Lelaki itu berpikir pepatah itu hanya omong kosong. Namun...