Chapter 1

1.4K 38 20
                                    

“Maksud Ayah sama Bunda tuh apa? Velo baru 17 tahun Bun, masih pengen sekolah ‘sebentar lagi kelulusan Bun,” Air mata Velo mulai menyelinap, matanya yang bulat berkaca-kaca. Bahkan suaranya yang bergetar menahan tangis tak dapat meluluhkan hati kedua orang tuanya.

“Kami hanya ingin kamu bahagia Velo,” Bunda menelan ludah dan kembali menatap Velo “Kami selaku orang tuamu sadar, masa depanmu masih panjang. Kamu ingin kuliah, berjalan-jalan dan menikmati segala bentuk kemewahan yang tidak pernah bisa kami berikan.”

Velo menutup wajah dengan tangan tangan kecilnya, menundukkan kepalanya dalam-dalam “Tapi bukan begini caranya Bunda,” Velo terisak. “Velo akan mengusahakan jalur undangan di Universitas nanti, Velo akan bekerja paruh waktu sambil sekolah, Velo akan melakukan segala cara untuk membuat Ayah dan Bunda bahagia. Segala cara, kecuali menikahi kak Mike,” Suara Velo begitu lirih, seolah sedang berbisik pada dirinya sendiri. Ia sadar, masa depan yang ada dihadapannya memang tidak mudah.

“Bundamu sakit Velo,” Suara Ayah memotong tangisan Velo “Bundamu, memiliki radang selaput otak. Ini terserah padamu, kami tidak akan memaksa ‘kami hanya memohon agar kamu mempertimbangkannya,” Ayah tertunduk, ia paham bahwa tidak seharusnya Velo memikul tanggung jawab sebesar ini. seandainya ada seseorang yang patut menderita, dialah sang kepala keluarga.

“BUNDA SAKIT ? sejak kapan? Kenapa gak ada yang bilang sama Velo?” Velo berteriak panik, kini ia menyadari 'bahwa hal yang disampaikan oleh kedua orang tuanya bukanlah suatu tawaran tapi keharusan. 

“Bunda hanya tak ingin membebanimu awalnya, tapi ini bukan hal yang bisa Bunda tutupi lagi. Pak Wijaya akan membantu biaya pengobatan dengan satu syarat,” ucap bunda Velo.

“Ya Bunda, apapun untuk Bunda ‘Velo rela.” Velo hanya ingin melihat Bunda sehat.

~~~000~~~

Rumah ini selalu nampak megah bagiku, taman yang besar yang tertata rapih  dan tembok mewahnya yang berwarna kuning gading. Belum lagi sederetan perabot  mahal yang berada didalamnya, baru sampai pagar saja ‘aku sudah paham pemilik rumah ini pastilah pejabat atau salah satu pengusaha terkaya di Indonesia.

Ku edarkan pandanganku keseluruh rumah ini, perlahan kenangan bisu datang satu persatu. Dahulu ‘aku terbiasa bermain ditaman ini, bersembunyi dibalik beberapa pepohonannya, berpetak umpet dengan seluruh penghuni rumah. Aku selalu bangga karena tidak ada yang pernah bisa menemukan tempat persembunyianku, bahkan kakakku sendiri menyerah dalam mencariku. Kecuali seorang Mike, entah mengapa ‘ia selalu saja dapat menemukan tempat persembunyian yang kukira aman.

“Velo, kok melamun sayang?” tepukan lembut pada bahuku, membuat ku tersadar.

“Inget waktu kecil dulu bun.”

“Ooooh nostalgia ya? Emang udah lama kamu gak kesini kan? Melamunnya pas udah didalem aja ya,” Bunda tersenyum dan membimbing tanganku, bersama kami memasuki rumah megah keluarga Wijaya.

~~~000~~~

“Velo... lama ya gak ketemu sama tante,” suara lembut dan hangat khas dari tante Vina terdengar dari belakang, ibunda seorang Mike Tan Wijaya.

“Eh tante,” pelukan hangat dan aroma manis dari tubuh tante menyambutku, membuka pertemuan kami setelah bertahun-tahun  lamanya.

“Semua sudah berkumpul loh, tinggal Velo sama bunda Gaun yang belum.”

“Maaf ya dik Vina, kami terlambat. Tadi sempat tersasar,” Bunda menerangkan dengan wajah tersipu, sepanjangan jalan tadi Bunda selalu mengkhawatirkan keterlambatan kami. Tidak enak dengan inilah ‘itulah – padahal tante Vina saja tidak keberatan, kami terlambat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Soul Of FireflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang