satu - kita.

46 3 0
                                    

"Hani Adaara tuan puteriku, cantik sekali bukan?" setelah meletakkan flowercrown di kepala Hani

Hani Adaara, perempuan biasa yang duduk dibangku sekolah kelas 2 SMA, jurusan IPA. Hidup berdua dengan sang Bunda, karena sang Ayah yang meninggalkan Bunda menyebabkan keluarga kecil mereka menjadi tidak utuh lagi.

"Glin, sudahlah. Mari kita pulang, kalau bundaku sedang sibuk mencari gimana?" dari pagi tadi, sampai petang hanya pantai tempat terbaik hari ini untuk Hani dan Aglin

Aglin Adyatma Davie, lelaki cerdas dan suka berpetualang ini juga masih duduk dibangku sekolah kelas 2 SMA. Bedanya, Aglin jurusan IPS, tapi tidak seperti anak IPS pada umumnya, yang dikenal lebih brandalan dan acak-acakan dibanding anak IPA. Aglin hidup dikeluarga yang cukup berada juga utuh, Aglin anak pertama dari 2 bersaudara.

"Bundamu takkan marah Han, kamu pergi bersamaku, kamu aman. Kumohon, tempat ini akan indah sekali dalam waktu beberapa menit lagi. Kamu pasti suka." tuan puterinya itu hanya menggeleng kepala menandakan iya, Hani takkan pernah bisa membantah Aglin

***

"Jadi, sesuatu yang indah apalagi hari ini yang sudah kau tunjukkan pada puteriku, Glin?" didepan pintu, sudah menunggu daritadi Ibunya.  Bagaimana tidak cemas, lelaki ini melarikan tuan puterinya Bunda Vey hanya untuk melihat senja dipantai, hebatnya lagi mereka keluyuran sudah dari tadi pagi.

"Jangan berpura-pura kejam begitu, Bun. Hahaha, tambah cantik!" iya, Aglin memang begitu.

***

"Glin, pulang ini bawa aku ke tukang es krim langganan kita ya!"

"Han, sudah SMA, masih saja."

"Hey! memangnya makan es krim mengenal batasan usia?"

"Iya iya engga, maaf tuan puteri. Lalu, mau kemana lagi?"

"Ke pan—"

"Tidak, tidak ada pantai hari ini, kau harus istirahat."

"Aku juga bisa sendirian, kau tidak perlu ikut!" kesal Hani, karena tidak dituruti permintannya.

"Hani, kemanapun kamu pergi, aku harus ikut."

"Harus ikut kan? Lalu kenapa menolak?"

"Hmm, ya sudah mari kita pergi."

Apapun itu, kemanapun yang Hani mau, Aglin tidak boleh membantah. Begitulah Aglin yang sudah sangat lama menyimpan perasaan ini, iya, rasa sayang. Karena yang ada dipikiran Aglin jika dengan cara mengungkapkan perasaannya, maka semuanya akan berubah, ketakutan juga menghantui Aglin, takut akan kehilangan Hani setelah ini, takut akan tidak adanya lagi kedekatan diantara mereka, takut akan Hani akan pergi dari hidupnya karena kecewa pada Aglin yang sudah mengkhianati persahabatan mereka dengan tumbuhnya rasa cinta disalah satu antara mereka berdua. Entahlah, yang jelas Aglin tidak mau jauh-jauh dari kesayangannya itu, Hani.

"Hani, kamu haus?" sembari melihat ada yang menjual es kelapa tempatnya tak jauh dari pinggiran pantai.

"Itu kamu tau, aku dari tadi juga udah ngeliatin yang jual es kelapa tau!"

"Kamu tunggu disini, jangan kemana-mana."

"Sudah datang, satu buah es kelapa untuk tuan puteri yang sedang kehausan dari tadi, tapi ngga mau bilang.."

"Glin, terima kasih ya, aku jadi suka kesini."

"Hani, ini pantai, yang keindahannya diciptakan Tuhan, jangan berterima kasih padaku. Nanti, kamu bakal aku bawa ketempat yang lain, biar banyak yang kamu suka, jadi kalau kamu lagi ketempat itu tapi aku lagi ngga ada, kamu jadi bisa inget aku terus."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

U S A I #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang