Akibat kalimatnya itu aku terbisu sampai 2 jam. Setelah dia mengucapkan kalimatnya tadi, aku langsung pergi tanpa pamit, meninggalkan dia. Sampai mama menanyakan kenapa aku.
Aku melihat pantai dari balkon, tersenyum seperti idiot, dan membayangkan senyum Mois. Kenapa dia begitu manis? Ahhh, aku bisa gila.
Karena sudah berdiam diri selama 2 jam, akhirnya aku memutuskan untuk lebih diam lagi, tidur. Masih dalam keadaan senang dan bingung serta seragam yang masih melekat di tubuhku.
°°°
Sedangkan Mois sedang membantu ayahnya menyuci mobil. Dia bingung mengapa dia bisa mengatakan seperti tadi kepada Sky. Sampai papanya menegurnya,
"Eston, kenapa melamun? Ini tolong siram mobilnya, nanti busanya kering," kata papanya membuyarkan lamunannya.
"Eh iya Pa, maaf," kata Mois sambil menyiram mobilnya dengan air, agar busanya hilang.
Besok ia akan menjelaskan apa yang ia katakan tadi, ia tidak mau Sky terlalu membawanya kedalam perasaan. Karena, Mois juga tidak tau ia akan janji dengan perkataan nya atau tidak. Karena, Mois tau, ia pasti hanya omong kosong.
°°°
Jam 8 malam, aku terbangun dari tidurku dan langsung mandi karena badan ku sudah lengket karena keringat. Setelah mandi aku menghampiri Mama dan Papaku diruang keluarga.
"Ma, Pa, ayo makan," ajakku
"Mama gak masak," kata mama
"Loh kenapa?" tanyaku bingung
"Tetangga baru kita, ajak kita makan malam dirumahnya" kata papa membuat jantung ku turun ke lambung. Aku tidak ingin bertemu dia. Malu.
Karena tidak sabar, akhirnya Mama menarikku agar ikut. Aku hanya pasrah ditarik oleh Mama, sedangkan Papa hanya senyum melihatnya. Sampai akhirnya kami sampai didepan pintu rumah Mois.
Tok.. tok.. tok..
Papa mengetuk pintu itu.Tidak butuh waktu yang lama, tuan rumah pun membuka pintu. Terlihat lah pria yang sepertinya seumuran dengan Papa, Papa Mois.
"Akhirnya yang ditunggu datang, ayo silahkan masuk, kami sudah menunggu kalian. Untung saja ayam goreng nya tidak hidup lagi," candanya, Papa dan Mama pun tertawa sedangkan aku hanya tersenyum.
Kami pun masuk kedalam rumah Mois, entah kenapa degup jantungku berirama dengan cepat saat Mois baru turun dari tangga.
Ah sial, rambutnya masih basah, dia manis sekali. Oke lupakan, aku bisa mati berdiri disini.
Akhirnya kami semua menuju ke ruang makan dan menempati bangku disana dan mengapa aku harus berhadapan dengan Mois? Ritme jantung ku sudah tak beraturan, Oh Mama apakah aku boleh pindah?
Aku tak mau menatap nya, aku malu, tetapi dia terus melihat ku. Sedangkan aku hanya meliriknya beberapa kali, ah cepatlah aku ingin pulang dan berteriak.
Setelah makan dan mengobrol ringan akhirnya para orang tua memutuskan untuk mengobrol diruamh tamu, sedangkan aku dan Mois keluar rumah untuk mencari udara segara. Karena, aku butuh oksigen yang banyak sekarang juga.
"Kamu kenapa diam aja Sky?" tanya Mois.
"Hanya berpikir."
"Berpikir tentangku?" tebak Mois. Aku menatap nya dan 'bagaimana ia bisa tahu?'.
"Hahaha kamu lucu kalau ketahuan sedang memikirkan ku," tawanya lalu mengacak rambutku. Bulu kuduk ku semuanya berdiri seperti dicatok. Aku ingin pulang. Malu.
"Tidak. Aku tidak memikirkan mu," tangkasku.
"Lantas, mengapa pipimu merona?" tanya Mois sambil menahan senyum.
"Aku tidak tahu," aku hanya menunduk untuk menutupi pipi ini.
"Hmm, Sabtu nanti kita menyelam dilaut yuk?" ajak Mois.
"Ayuk," anggukku dengan semangat.
°°°
Sabtu pun datang, dimana dua insan memegang janji. Mereka bertemu dipinggir pantai, lengkap dengan baju renang serta alat pembantu pernapasan.
"Ayo, aku sudah menyewa perahu disana," kata Mois sambil menunjuk perahu berwarna putih polos. Aku hanya mengangguk lalu mengikutinya dari belakang.
Aku dan Mois menaiki perahu tersebut dan Mois mulai menyalakan mesinnya. Perahu pun mulai melaju sampai ke tengah laut.
"Disana ada pulau, namanya Pulau Loveaxy. Dulu yang punya itu suami-istri, disana juga ada rumah besar lengkap dengan air terjun pribadi. Tapi, suami nya meninggal saat mendaki gunung dan istrinya ikut menaiki gunung tersebut lalu ia meninggal juga disana. Sekarang pulau itu dititipkan ke nenekku," kataku sambil menatap kosong pulau itu. Sedangkan Mois hanya memandang pulau itu dengan tanda tanya.
"Aku ingin kesana setelah menyelam, kamu mau menemaniku kan?" tanya Mois. Aku menatapnya lalu mengangguk.
Tiba-tiba saja Mois menyelam, aku terkena sedikit cipratan airnya. Dia tertawa dan aku suka tawa itu.
"Ayo sini, dibawah bagus, kamu akan suka," katanya.
Aku loncat dan kami menyelam bersama.
_______________
Saat itu, laut menjadi saksi atas manisnya senyuman itu. Tak terlupakan saat ia pertama kali menggandeng tanganku didalam laut. Ia manis. Sungguh manis.
-Skyana Ocean-
_______________
KAMU SEDANG MEMBACA
Alam dan Dia [COMPLETE]
Novela JuvenilIni semua tentang alam dan dia. Dia kiriman alam, yang menjadi manusia pertama yang meluluhkan hatiku. Alam mentakdirkanku bersamanya. Perjalanan panjang yang sangat indah untuk membuat kisah masa depan. Dia, Foreston Alamois, si kiriman alam, si i...