14: I'll be Fine [1]
“Serius dong, ih. Gue lagi mau nanya ini.”
Nata disebrang sana terkekeh geli, memilih melanjutkan kejahilannya, “Yaudah tanya aja sih, kenapa? Eh tapi beneran deh, jari kaki kelingking lo kecil unyu-unyu gitu. Bantet, pengen gue uyel-uyel anjir.”
Aira mendelik, merasa ingin menjambak cowok yang disebrang telpon sana. “Jangan hina kelingking gue ya! Itu rahmat Tuhan!”
Nata tertawa lebar, membuat Aira menjauhkan ponselnya dari telinganya. Sangat memekakkan telinganya, tapi begitu menularkan happy virus baginya.
“Nata ih...Kelingking gue itu lucu. Jangan diejek mulu.” sungutnya dengan nada merajuk bak anak kecil, membuat orang yang disebrang sana terdiam.
“Ra?”
“Iya?”
“Tangan gue bisa gak sih nembus hp gue? Gemas banget gue sama lo anjir. Pengen nyubit.”
“Jij—”
“Gak ding. Lebih gemas sama kelingking lo sih.”
“Nata ih!”
Keduanya hening, hanya hela nafas keduanya yang terdengar. Hingga Nata membuka suara kembali.
“Tadi mau nanya apa?”
Aira tiba-tiba dilanda kegugupan. Takut-takut Nata marah kembali. Tapi, apa mau dikata, kalau sudah penasaran, hampir mati rasanya.
“Janji jangan marah, ya.”
“Sesuai pertanyaan kamu, dong.”
Aira mengernyit jijik, “Jangan pake aku kamu dong. Agak geli jijik gitu.”
“Demi kamu, abang rela. Gak pake aku kamu.”
“Ish!”
“iya-iya. Yaudah, mari bertanya.”
Aira mengusap tengkuknya, berujar pelan, “Soal diary lo kemarin. Gue sempet baca...”
“Hm?”
“Sahabat cewek yang gue gebet, maksudnya...Itu Lita, ya?”
“Lo cemburu?”
Aira menggigit bibir bawahnya pelan, “Iya.”
Brak!
Setelahnya, Aira mendengar teriakan kesenangan disebrang sana. Terdengar beberapa kali suara seperti barang jatuh, lalu suara nafas terengah.
“Lo Cemburu? Yesss!!”
“Kenapa?”
“Gak apa-apa. Dan soal itu, lo harus jadi istri gue dulu baru gue kasih tau.”
Aira mencebik, “Tapi kan kita masih SMA. Pacaran dulu yaa...”
“LO MAU JADI ISTRI GUE NANTI DI MASA DEPAN? SUMPAH?”
Aira memukul mulutnya yang sukanya asal ngomong, berakhir dengan keceplosan. Gak keceplosan juga sih namanya, emang pengennya sih gitu.
“I-ih, bukan gitu.”
“Oke Aira lintang padmadani. Tunggu gue dimasa depan, calon istri ku tersayang.”
“NATA!!”
Nata tertawa, “Ngedate yuk? Yang ketiga kali.”
Aira memutar bola matanya malas. “Dimana? Yang pertama di indomaret, Yang kedua di kantin rumah sakit, yang ketiga dimana?”
“Tenang. Gak aneh-aneh. Di halte bus depan sekolah, oke? Bawa jajan lo. Oke?”
Aira tersenyum setuju, “Oke! Tapi lo bawa gitar ya. Gue lagi pengen nyanyi-nyanyi.”
“Iya. Tapi lagu apa, pujian atau elegi?”
“Elegi apaan?”
“Nanti gue kasih tau. Gue bawa gitar, lo bawa cemilan. Di halte bus depan sekolah. Deal?”
“Deal.”
Dan biarkan lah pasangan tergoblok itu berkencan di halte bus.
Tbc
Tungguin ya.
Part 14 B dan part 15(end)
Sengaja atu-atu. Biar kepo.
Baik aku kan?
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirimu Elegiku [COMPLETED]
Ficțiune adolescenți[SEQUEL OF TERUNTUK PESAWAT KERTASKU] ATTENTION : don't copy my story! Use your own head! ••• "Setiap kisah harus memiliki akhir" Takdir mengisahkan Aira dan Nata hingga akhir.Sayangnya Nata tak percaya bahwa akan ada akhir meski dia percaya Takdir...