Leva turun dari mobil mewah yang di kirimkan keluarga Achiles untuk menjemputnya, dan tertegun menatap mansion indah yang ada dihadapannya. Astaga. Mansion ini besar sekali, dengan halaman luas dan keindahan arsitekturnya membuat Leva takjub dibuatnya.
Tapi kemudian Leva mengernyit, mansion ini memang besar dan indah dan ia tidak nyaman kalau harus tinggal di sini. Membayangkannya saja sudah membuat ia geli sendiri, upik abu seperti dirinya tidak pantas berada di istana seindah ini.Ia sudah bersikeras agar tidak perlu sampai diangkat menjadi anak oleh keluarga Achilles. Well, ia memang sudah diangkat menjadi anak di keluarga Achiless. Setelah kematian ayah tercintanya ia hidup sebatang kara di dunia ini, keluarga Achiles sebagai donator beasiswa-nya di sekolah, mengutarakan maksudnya untuk mengadopsi Leva sebagai anak mereka.
Leva sangat ingin menolak tentu saja, namun itu tentu saja akan sangat tidak sopan.Mengingat keluarga ini dengan baiknya telah memberi dirinya beasiswa agar bisa bersekolah disalah satu sekolah internasional nomor satu di Negara ini. Dia akan terlihat sangat tidak tahu terima kasih apabila menolak permintaan keluarga ini.Jadi, ia sudah berencana segera setelah ia lulus sekolah, ia akan mencari pekerjaan sementara untuk membiayai hidupnya dan menabung untuk membiayai sekolahnya di perguruan tinggi kelak dan setelah itu hidup mandiri tanpa perlu merepotkan keluarga ini lagi.
Seorang pelayan datang menjemputya di depan pintu dan membungkuk formal.
“ Selamat datang Nona, silahkan masuk Tuan dan Nyoya Achiless serta Tuan Muda sudah menunggu anda.”
“ Eh.. i.. iya.” Leva mengangguk gugup dan membirkan pelayan itu membawa kopernya. Ia memang hanya membawa 1 koper mengingat tak banyak barang yang ia punya di rumah lamanya. Ayahnya hanyalah seorang sopir angkot yang penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari mereka. Tidak ada uang lebih yang bisa ia gunakan untuk membeli hal yang biasanya dimiliki oleh anak gadis seusianya.
Dengan ragu Leva mengikuti pelayan itu memasuki suatu ruangan yang ia tebak sebagai ruang keluarga di rumah ini. Ruang itu dilengkapi dengan sofa dan TV super mega besar. Dan jangan lupakan grand piano yang berada di sudut ruangan seolah menambah daya tarik ruangan ini. Walaupun terkesan terlamapau mewah namun dengan foto-foto keluarga yang tertempel di bagian lain dinding membuktikan betapa hangatnya suasana ruangan ini.
Didepannya telihat pasangan setengah baya yang sudah menunggunya dengan senyum hangat yang mau tak mau membuat ia kikuk sendiri, pasangan Achiles ini walaupun sudah setengah baya namun kecantikan dan kegagahan keduanya tak dapat dihiraukan begitu saja. Disebelah pasangan paruh baya itu terlihat seorang gadis cantik yang sedang duduk dengan anggunnya sambil menatap Leva dengan senyuman manisnya.
“ Hai Leva.” sapa sang wanita paruh baya itu dengan hangat.
“ Mom, dia belum datang ya ? Lama banget sih.” Kata seorang cowok ynag tiba-tiba berjalan menuju kedua orang tuanya masih tidak melihat keberadaan Leva. Dia Arga kakak kelasnya di sekolah dan gadis cantik yang duduk di sofa itu adalah pacarnya yang juga kakak kelasnya di sekolah. Siapa yang tidak menegenal pasangan fenomenal itu. Si cantik dan si tampan, mereka bagaikan pasangan dunia dongeng yang keluar di dunia nyata. Terlalu sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEVANA
Teen FictionTentang Levana Trisha Whitenny si cantik sederhana yang dengan beruntungnya diangkat sebagai anak dari keluarga Achiless dan Calvin Samuel Achazia si tampan yang entah kenapa tidak bisa untuk tidak tertarik kepada Leva sejak mereke pertama bertemu. ...