Judul : Keindahan senja-Nya
Assalamu'alaikum... Sebelum aku mulai bercerita, aku boleh perkenalan diri dulu ya? Boleh yaaa? Alhamdulillah... Terima kasih. Hehehe. Jadi, namaku Amanda Alia Sulistiani. Ribet nggak sih? Atau mungkin kepanjangan? Tapi yang penting punya nama kan? Hehehe. Oiya, aku anak tunggal dari ibu dan ayahku. Nama mereka? Duh, nggak usah kepo ya. Wkwkwwk. Kayak nya perkenalannya segitu aja deh. kita langsung masuk ke cerita ya? Ok. Aku ingin menulis kembali kisah ku dengan seseorang yang telah menjadikanku lebih baik. Yang mengajarkanku arti dari cinta yang sebenarnya. Seseorang yang tersenyum disaat senja kala itu.
Siang itu, setelah mengumpulkan cukup keberanian, aku akhirnya menyapanya.
"Hai.." sapaku gugup.
Dia yang sedang sibuk membaca buku, menengadahkan kepalanya sebentar.
"Wa'alaikumsalam," jawabnya kemudian kembali membaca buku.
Aku menggigit bibir bawahku. Aku salah bicara ya? Yaampun..
Kulihat dia menyimpan bukunya dan memandang ke luar jendela perpustakaan, "ada perlu apa?"
Hah? Aku membelalakkan mata. Bukannya tidak sopan jika ada yang mengajak berbicara namun malah melihat ke arah lain? dan lagi bahasanya baku sekali. Ah ya, aku lupa jika itu memang ciri khasnya.
"Jika tidak ada perlu, mungkin saya bisa pergi..." Dia bangkit dari duduknya. Aku yang tidak ingin dia pergi, akhirnya mencekal tangan nya.
"Tunggu," namun tanpa kuduga dia langsung menepis tanganku.
"Bukan mahramnya." Katanya kemudian melangkah pergi. Aku terdiam sebentar. Astaga, dia begitu berbeda. Aku tersenyum dalam diam memandang punggungnya yang semakin menjauh. Dia semakin membuatku penasaran...
Esoknya, aku kembali menangkap keberadaanya di mushola sekolah. SubhanaAllah... Kulihat dia begitu khusyu dan fasih dalam membaca Al-Qur'an. Aku terseyum dalam diam. Karena pembatas mushola di cuci, aku bisa dengan jelas melihat dan mendengar suara fasihnya dalam melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Indahnya...
"Manda?" Yuli sahabat karibku menepuk pundakku, "lagi ngeliatin siapa hayo?"
Aku tersenyum malu, "nggak, bukan siapa-siapa." Jawabku berbohong.
"Oh, liatin Aldan toh."
Aku terdiam. Jadi namanya Aldan? Meskipun sedikit malu aku akhirnya mengucapkan terima kasih pada Yuli.
"Makasih," ucapku malu-malu.
"Tuhkan bener. Lo kepo sama dia kan ya? Dia anak 12 ips 3, Nda."
Aku mengangukkan kepala.
"Btw sejak kapan lo merhatiin dia?" kulihat Yuli merapatkan tubuhnya. Mungkin agar tidak terdengar oleh yang lain.
"Sejak kemarin."
"Wah, lo suka sama dia kan?" dengan malu, aku menganggukkan kepalaku.
"Nggak heran sih.."
"Kenapa?"
"Jangan dipotong dulu!"
"Iya, iya. Why?"
"Seperti yang lo liat.. Dia itu anak nya soleh banget. Nggak pernah tuh ngelanggar atau berbuat macam-macam. Disentuh sama cewek aja nggak mau."
Setelah mendengar sedikit cerita Yuli, aku jadi paham. Pantas saja dia menepis tanganku. Dia tidak ingin disentuh..
"Terus, terus?" aku jadi semakin bertambah semangat mendengar cerita tentang Aldan.
