Mark termenung usai membaca sepucuk surat dari Rachel. Dia baru menyadari sesuatu. Dia telah melukai seseorang yang sangat mencintainya. Seseorang yang selalu ada untuknya. Seseorang yang membantunya menyimpan rahasia terbesar dalam hidupnya selama ini.
***
“Mark, apa dia kekasihmu??”
“Sejak kapan kalian berkencan??”
“Apakah kalian memiliki rencana untuk menikah??”
Para pemburu berita itu terus mengejar Rachel dan Mark. Meski, berkali – kali Mark menolak untuk diwawancara. Namun, kuli tinta itu masih saja mengikuti mereka berdua. Begitulah resiko yang harus ditempuh Mark sebagai personil salah satu personil boyband yang sedang tenar – tenarnya di dunia. Terlebih, dia menghadiri malam penghargaan musik terbesar di Irlandia bersama Rachel.
***
Akhirnya Mark dan Rachel sampai di apartemen Mark. Mereka berdua memang tinggal disana karena Rachel belum menemukan tempat tinggal di Dublin. Rachel adalah sahabat Mark di Sligo. Kota kelahiran Mark.
“Hahaha… aku bingung dengan para wartawan itu. Kenapa mereka mengira kita ini berpacaran??” Mark tertawa sambil melepas jas – nya.
“Memangnya apa yang kau harapkan saat datang kesebuah acara dengan menggandeng seorang gadis??”
“Tapi, aku kan tidak memberikan pernyataan kalau kita ini kekasih.”
“Tapi, kamu juga tidak menyangkalnyakan?! Sampai kapan kamu akan berbohong pada publik??” Mark terdiam mendengarkan kata – kata Rachel. Dia memang memiliki sebuah rahasia besar. Rahasia yang hanya diketahui Rachel, keluarga, manajer dan personil Westlife yang lain. Rahasia bahwa dia seorang Gay. “Itu akan menyiksa dirimu sendiri, Mark. dan kamu tahu, aku tidak tahan melihatmu tersiksa.” Rachel mengetahui semua tentang Mark. Begitupun sebaliknya. Kecuali, tentang perasaan Rachel. Perasaan cinta yang terpendam dan tidak akan mungkin terbalas.
***
Rachel terbangun dari tidurnya. Dia mendengar suara televisi yang masih menyala. Suara itu sepertinya berasal dari kamar Mark yang terletak disebelah kamarnya. Rachel berjalan menuju kamar Mark. Dengan perlahan dia membuka pintu dengan cat hitam itu. mark sudah tergeletak di ranjangnya dengan posisi tengkurap sedangkan televisi masih dalam keadaan menyala.
“Seperti biasa, dia selalu tertidur sebelum mematikan tv.” Gumam Rachel.
Rachel mematikan televisi. Dia juga dengan susah payah merapikan posisi tidur Mark yang berantakan. Butuh usaha keras untuk pekerjaan yang satu ini mengingat tubuh Mark jauh lebih besar dari Rachel. Saat mencoba membalikan tubuh Mark, Rachel tidak sanggup menahan berat Mark. diapun terjatuh dan mendarat di dada Mark. untungnya, lelaki itu bukan orang yang mudah terbangun. Dia masih tertidur walaupun tertimpa tubuh Rachel. Dia memperhatikan wajah Mark. hanya itu yang bisa dia lakukan. Mengagumi orang yang paling dicintainya secara diam – diam. Mengagumi hidungnya, pipinya, bibirnya dan sekarang detak jantung Mark.
“Mark, kenapa harus dirimu??” Gumam Rachel. Dia pun beranjak dari tubuh Mark. memakaikan selimut. Kemudian mencium kening Mark. “Goodnight, Mo ghra…” Mo ghra itu berarti cintaku dalam bahasa Irlandia. Rachel diam – diam memanggil Mark dengan sebutan itu.