4

438 71 5
                                    

Aku tidak lagi tidur di sofa. Jihan memintaku untuk tidur di ranjang yang sama.

Saling berbagi selimut, hingga berbagi kehangatan sepanjang malam.

Aku bahagia mendapati Jihan menyerukan namaku terus-menerus.

Aku suka bagaimana ia mencengkeram punggungku.

Aku suka bagaimana mata indah itu menatap dengan sayu.

Aku suka menyentuh kulit lembutnya.

Biar kuberitahu, kelemahan Jihan terletak pada leher dan telinganya.

Begitu juga Jihan, ia tahu kalau kelemahanku terletak pada perut.

Jadi ia berusaha menggoda dengan mengusap lembut perutku setiap malam, kemudian berlari meninggalkanku sambil tertawa.

Tapi suatu pagi aku menyadari ada yang berbeda, kutemukan lebam disekujur punggungnya.

Tentu saja pelakunya bukan aku.

Mungkin jika Jihan tidak berbaring membelakangiku dengan punggung telanjangnya, aku tak akan pernah tahu.

Ternyata menjadi korban kekerasan menjadi alasan kuat baginya untuk meninggalkan pernikahan.

Kuusap lembut punggungnya, ia langsung berbalik dan menyembunyikan wajahnya pada dadaku.

Ia menangis untuk pertama kalinya.

Ia meminta perlindungan.

Sekaligus menyerahkan seluruh hidupnya padaku.

Tentu saja aku menerimanya.

Karena aku sadar kalau aku telah jatuh padanya.

Hopen-2018

HOPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang