02 💌 Buku Rahasia

1.8K 193 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Saya, Pak!"

Begitu mendengar pengakuan itu, dalam hitungan detik yang sama sebagian besar penghuni kelas menoleh ke sumber suara.

Termasuk Manda.

Rasanya ada beban yang terlepas begitu saja setelah mengetahui Je telah menyelamatkan hidupnya hari ini. Tak henti-hentinya Manda memanjatkan syukur dalam hati. Namun, di satu sisi, Manda juga takut akan tindakan yang diambil Pak Ultrajaya ke Je.

Bagaimana jika nilai mata kuliah Fonologi si Je langsung diberi nilai D?

Bagaimana jika Je tidak diperbolehkan masuk kelas Pak Ultrajaya selama satu semester?

Baru membayangkan saja sudah tidak enak hati.

"Jadi tidak ada yang mau mengaku?" ulang Pak Ultrajaya sambil mengedarkan pandangan dari sisi kiri ke kanan.

Manda menggeleng kepalanya. Dia rasa dirinya sudah mulai mengila. Dia mengira Je telah membantunya dengan sukarela, tetapi pada kenyataannya Je hanya menatap kosong jendela di dekatnya. Entah apa yang sedang ada di pikirannya saat ini. Ekspektasi yang berbeda dari bayangan Manda.

Manda menelan air liurnya. Tegang.

Sampai Pak Ultrajaya menanyakan hal serupa kedua kalinya, Manda tetap diam. Dia tak berani. Tangannya bahkan dingin sedingin-dinginnya.

Pak Ultrajaya mengembuskan napas berat, lalu memutuskan untuk meninggalkan ruangan. Kelas menjadi ramai sesaat setelah Pak Ultrajaya tidak terlihat lagi di lantai yang sama.

"Weh, bapaknya ngambek itu loh!"

"Siapa sih yang TA-in Vania sama Dianka? Nggak ngira-ngira deh, udah tahu si Bapak lagi badmood."

"Asik! Gini dong, nggak ada kelas. Cabut yuk ke mall, guys!"

Kini Je mengganti objek tatapannya dari jendela ke Manda. Indera pendengarannya jadi sedikit sensitif saat mendengar respons teman-teman sekelasnya yang beragam. Biasanya dia tidak begitu.

Manda memalingkan wajahnya ketika tatapan keduanya bertemu. Tatapan sok simpatik Je tidak dibutuhkan saat ini.

Manda pikir dia harus mencari cara mengurangi kebiasaan nonton serial drama Korea setelah ini. Rutinitas seorang jomlo yang hari-harinya tercukupi asalkan ada stok drama Korea mungkin harus dikaji ulang oleh Manda. Kebiasaan ini membuat Manda sulit membedakan mana ekspektasi yang berpeluang besar menjadi kenyataan dan mana ekspektasi yang sama sekali tidak masuk akal.

"Man, ke kantin, gimana? Anak-anak udah pada balik juga nih," ajak Je sambil duduk di kursi kosong sebelah Manda. "Eh, jangan ngambek dong, gue kan juga nggak mau kena."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Break-fastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang