Bab 11 Popon di talak Dongos

4.2K 134 0
                                    


           Setelah seminggu pergi keluar kota, Dongos kembali dari kota, kali ini Dongos kembali bersama seorang wanita Kota dengan pakaian ketat dan seksi. Kehadiran wanita baru tidak membuat Popon cemburu, justru Popon merasa senang dan berharap Dongos mencampakkan dirinya. Tapi berbeda dengan Minah, kehadiran wanita baru membuat Minah emosi dan menegur Dongos.

          "Kang! apa maksudmu membawa wanita kesini?" tanya Minah ketus.

          "Ini rumahku, aku bebas membawa siapa saja kesini, sejak kapan kamu mengatur hidupku?!" jawab Dongos marah.

          "Kasihan Popon! kalau kamu tidak suka dengan Popon ya bicara saja!" ucap Minah.

          "Anakmu itu terlalu kaku! dia tidak bisa goyang di atas ranjang seperti kamu dulu!" ucap Dongos mengejek.

            Popon mendengar ucapan Dongos sangat tersinggung dan ikut bicara.

           "Kang, kalau Akang sudah tidak butuh aku, ceraikan aku Kang, lagi pula Akang sudah ada penggantinya," ucap Popon.

           "Ya baiklah! lagi pula kamu tidak bisa berdandan menyenangkan aku di ranjang! hamil saja tidak becus! wajahmu, sejak habis melahirkan bengkak begitu, aku ceraikan kamu sekarang! pulanglah bersama Ibumu!" ucap Dongos lantang.

          "Baiklah Kang, aku pulang, permisi," ucap Popon.

          Minah sangat marah, tapi dia menahannya, karena Minah tahu siapa Dongos. Tapi bagi Popon, itu adalah kebebasan yang sudah lama dinanti. Popon hanya membawa pakaiannya, Popon sangat senang dan ingin menjemput bayinya. Hatinya sudah tidak sabar ingin ketemu Pipit.

          "Pon, mau kemana? arah rumah kita bukan kesini!" tanya Minah.

          "Iya Bu, aku tahu, Bu berjanjilah padaku, Ibu tidak akan berhubungan lagi dengan Dongos," pinta Popon.

          "Ibu bersumpah, tidak akan menemuinya lagi Pon, kejam sekali dia mencampakkan aku dan kamu begitu saja!" ucap Minah berjanji.

          "Aku mau ke rumah dukun bayi Bu," ucap Popon.

          "Bayi? bayi siapa?" tanya Minah.

          "Nanti juga Ibu akan tahu," jawab Popon.

           Setelah sampai dirumah Emak dukun, Popon sudah tidak sabar menemui Pipit.

          "Mak? mana Pipit? aku ingin melihat Pipit dan menjemputnya," tanya Popon.

          "Pon, dari minggu lalu Emak ingin mengabarimu, tapi Emak takut dengan suamimu," jawab Emak.

          "Maksud Emak? Pipit baik-baik saja kan Mak?" tanya Popon.

          "Iya Pon, Pipit baik-baik saja, begini Pon, cucu Emak meninggal dunia, Saroh sangat sedih dan akhirnya dibawa pulang suaminya ke Luar Jawa, karena dia di mutasi kerja disana, Emak tidak bisa mengurus Pipit, apalagi Pipit tidak mau minum susu botol selain asi, jadi terpaksa Pipit di bawa Saroh, karena Pipit tidak bisa lepas dari Saroh, Pipit butuh asi dari Saroh. Maafkan Emak tidak memberitahumu dulu, karena waktunya sangat mendesak dan suami Saroh harus cepat kembali ke Kota untuk persiapan pindah ke luar Jawa," ucap Emak menjelaskan.

          "Apa? jadi Pipit pergi? Pipit meninggalkan aku?" isak tangis Popon pecah.

         "Pon! siapa Pipit?" tanya Minah heran.

          Popon sangat terpukul dan sedih, harapan bisa mengurus anaknya pupus sudah.

         "Mak! aku minta alamatnya, aku ingin menyusul Pipit, tolong beri aku alamatnya Mak!" pinta Popon.

         "Maaf Pon, Emak belum mendapatkan surat dari Saroh, jadi belum tahu alamat baru mereka dimana," jawab Emak.

          Popon terus menangis meratapi nasibnya, Minah tidak bisa berbuat banyak melihat Popon menangis, karena tidak tahu apa yang terjadi. Popon pamit pada Emak dukun membawa sejuta duka. Sepanjang jalan sampai rumah Popon terus menangis. Rumah Minah yang sudah lama tidak terurus kembali dibuka pintunya. Tetangga memandang Minah dan Popon tanpa bertanya keadaan mereka. Debu dan sawang menempel dibilik, Minah mulai mencari sapu dan menyapu lantai.

 ***

Pemburu Cinta (Panjul Part 5)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang