1- Ratu Marsya Abigail

2 0 0
                                    

Marsya menyesap espresso pesanannya. Saat ini, gadis berambut cokelat itu tengah menikmati kesendiriannya di salah satu kedai kopi dekat apartemennya. Diluar sedang hujan, yang ia lihat adalah pemandangan klise disaat hujan turun. Ada yang terburu-buru karena kehujanan, ada yang berjalan santai karena memang memakai payung. Ada pula yang marah karena terciprat genangan air oleh sebuah mobil. Dan ada satu yang menarik perhatiannya, sepasang kekasih sedang berjalan dengan berpayungkan jaket namun masih sempat tertawa bahagia.

Dia menghela nafas panjang, merasa iri dengan pasangan-pasangan kekasih diluar sana. Entah kenapa sangat susah untuk mendapatkan seseorang yang ia dambakan sejak lama. Pikirannya langsung melayang kepada cowok yang telah mengisi hatinya selama 5 bulan terakhir. Bukan, bukan pacarnya. Hanya sebatas makhluk yang saling mengenal satu sama lain dan jarang interaksi.

Kalau dilihat-lihat, Marsya termasuk dalam kategori cewek cantik. Rambutnya panjang ikal dan berwarna cokelat. Matanya biasa saja, tapi dihiasi oleh bulu mata yang lebat sehingga nampak cantik. Hidungnya mancung, bibirnya merah ranum dan dagunya indah bagaikan kupu-kupu yang bergelantungan. Sudah jelas kan, Marsya adalah gadis incaran para cowok-cowok di luar sana, dan dia hanya perlu memilih. Namun sialnya, dia stuck pada cowok bernama Catur.

Ini semua akibat dari kejadian tak sengaja beberapa bulan yang lalu, dimana Marsya sedang membutuhkan tiket konser dan Catur datang hanya sekadar menawarkan. Gadis itu tergugu melihat cowok berparas tampan nan kasih dihadapannya dengan mengulurkan satu buah tiket.

"Lo nyari tiket 'kan? Tapi di loketnya udah abis, jadi gue tawarin punya gue aja kebetulan gue mendadak gabisa,"

Dan akhirnya, Marsya tahu, dia adalah teman satu sekolahnya, tapi berbeda jurusan. Jika Marsya adalah anak IPS, maka Catur adalah anak IPA.

"Eh lo yang kemaren di konser itu ya? Wah, ternyata lo satu sekolah sama gue ya!"

Masih ia ingat bagaimana ramahnya cowok itu saat mengetahui bahwa mereka satu sekolah. Senang bukan main.

Selama 5 bulan ini, dia berusaha untuk mengode Catur dalam bentuk apapun. Tapi tampaknya, Catur masih belum merasakan kode yang seringkali Marsya lempar. Dan yang sakitnya lagi, sudah hampir satu bulan ini Marsya seringkali mendapati Catur sedang berjalan berdua dengan seorang gadis cantik disebelahnya. Dia jadi penasaran, siapa sebenarnya cewek itu?

***

"Sya, gue heran deh sama lo. Kalo suka tuh, langsung bilang aja deh, gausah kode-kodean. Ntar kelamaan, lo kalah start sama yang lain, terus nangis-nangis 7 hari 7 malem, lagi!" omel Siska, teman Marsya. Dia gemas jika melihat temannya itu sedang melamun ke arah Catur. Entah kenapa, Marsya bisa sejatuh hati itu kepada cowok yang bahkan tidak pernah ia kenal sebelumnya.

Marsya berdecak malas mendengar omelan Siska yang selalu memojokkan dirinya. "Bacot ae lo Sis. Ya masa gue tiba-tiba nyamperin dia terus bilang 'eh gue suka sama lo tau!'. Ya kali, muka gue mau ditaro dimana," Siska mendengus. Selalu ada saja alasan Marsya saat di omeli, dan alasannya tak jauh dari gengsi.

Siska hanya diam tak menanggapi Marsya karena dia tahu, pasti akhir-akhirnya dia bakal ngambek dan susah dibujuknya. Jadi yasudahlah, dibiarkannya Marsya yang sedang meratapi Catur dengan seorang gadis yang biasa dijumpainya dengan tatapan sedih dan kesal.

Biar saja gadis itu memendam rasa menyebalkan itu sendirian tanpa harus berbagi kepada yang lain.

Biar saja dia tenggelam dalam asiknya ratapan menyayat hati.

Biar saja dia memperjuangkan perasaannya yang tak akan pernah diketahui Dimas karena tingginya rasa gengsi.

Biar saja.

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang