"Aku Sudah Besar"

636 24 15
                                    

Semua orang memang tidak bisa lepas dari kenangan masa lalu, sekalipun itu tentang hal yang menyedihkan dalam hidupnya. Yang sering terjadi malah cenderung lebih ingat sesuatu yang buruk daripada hal yang baik. Padahal yang diharapkan justru yang sebaliknya.

Jika terlalu sering di ingat memang sangat menyakitkan bagiku. Tapi jika ingin ku lupakan seluruhnya kurasa terlalu berharga. Kakak yang selalu baik kepadaku dan mengajariku tentang banyak hal, pergi jauh bersama ayahku. Orang tua kami bercerai saat aku masih SD dan sekarang aku tinggal bersama ibu.

Duduk sendirian dan termenung menatap foto masa kecil kami, menjadi penghiburku saat ini. Dari pada aku harus berpura-pura bahagia lebih baik aku menangis tersedu-sesu dan jujur dengan diriku sendiri.

"Lili, ibu masuk ya?"

"Iya bu" cepat-cepat ku usap airmata yang baru hampir menetes dari sudut mataku.

"Kamu, baik?"

"Ibu, aku baik. Ada apa memangnya?"

"Kamu terlihat lesu dan..."

"Aku belum mandi bu,"

"Pantesan, dari tadi ibu mencium bau-bau asem gitu,kebiasaan ya"

"Iya iya, lagian ini masih jam lima sore, nanti juga aku masih bisa mandi"

"Mau rematik kamu? Gadis kok mandinya malam-malam. Harusnya kan kamu sudah dandan cantik, main sama temen, apa jalan-jalan keluar kek. Nggak di kamar terus seharian."

Sambil merapikan apapun yang dilihatnya kurang rapi. Ataupun kurang pantas dan yang tidak berada di tempat semestinya. Ibu selalu saja menasehatiku. Kadang aku berfikir apa semua ibu di dunia ini itu sama?."Mentang-mentang kamu libur, terus gak mandi seharian? Hm? "

"Iya bu, iya ini aku mau otw mandi, makasi ya bu udah ngingetin terus ke Lili"

sambil memeluk Ibu, dan handuk yang kini sudah tersampir ke pundakku.

"Kamu itu jorok, kalo gak di ingetin kapan jadi cewek sejati?" kata ibu sambil melangkah menuju pintu keluar. Apapun yang di katakan Ibu tentangku memang selalu benar. Karna ibu adalah ibuku. Dan aku tahu itu bukan bentuk memarahiku. Hanya mengingatkan. "Cepet mandinya, nanti kita makan di luar. Ibu tunggu di bawah ya sayang"

"Siap bu,"

cilik, pintu ditutup. Seperti yang di perintahkan ibu, aku segera mandi. Merasakan air dingin yang mengguyur di sekujur badanku, nyaman dan segar. Aku berharap bisa meredakan emosi hati.

Dengan mengenakan kaos lengan panjang kuning dan celana Levis yang panjang pula. Tanpa make up ataupun jepit rambut. Hanya cukup di kuncir kuda,dan mengenakan sepatu cat kesukaanku. Aku ke bawah menemui ibuku yang sudah menunggu sambil membaca majalah-entah apa itu jenis dan namanya. Menoleh ke arah tangga tempatku turun.

"Sudah siap?"

"Ayo bu, tapi nanti aku mau mampir ke toko buku ya?"

"Ini pakai jaketmu" mendekat dan mengenakan jaket kepadaku. "Mau beli komik?"

"Ya, salah satunya"

"Ok, kita ke tempat makan yang biasanya ya"

"Aku ikut aja, terserah yang penting ada mie nya"
Acara makan malam kecil kami berlangsung lebih singkat dari biasanya. Yang bisa sampai satu jam. Tapi kali ini hanya setengah jam lebih sedikit. Tidak banyak pembicaraan yang berlangsung. Tapi memang itu yang aku inginkan. Selalu saat ibu mengawali pembicaraan. Aku akan menjawabnya dengan memilih pilihan kalimat yang bisa langsung memutus pembicaraan antara kami. Kali ini aku ingin segera ke toko buku.

LiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang