Catur mengusap lembut rambut milik Ana. Diliriknya gadis cantik yang sedang membaca novel itu. Wajahnya serius dan tampaknya sedang terbawa emosi akibat membaca novel di tangannya. Catur terkekeh pelan, membuat Ana reflek menoleh pada Catur.
"Kenapa?" tanyanya dengan raut bertanya.
"Nggak papa, kamu lucu kalo lagi serius baca novel." jawab Catur dengan gemas, lalu mencubit pipi Ana. Yang dicubit hanya merengut dan kembali serius pada novelnya.
Cowok itu menyandarkan punggungnya dan memejamkan matanya saat Ana menginterupsi dengan deheman. Catur membuka matanya dan mendapati gadisnya, ah ralat, gadis itu sedang menatap Catur dengan ekspresi yang tak bisa dibaca.
"Ada gosip." katanya pelan, matanya masih menatap Catur
"Ada gosip kalo Marsya, si cantik dari jurusan IPS suka sama kamu." Catur menegakkan badannya dan menatap Ana serius.
"Terus kenapa?"
Ana mendengus panjang,"Aku takut kalo kamu pindah hati ke dia" raut wajahnya berubah sendu. Catur langsung menariknya kedalam pelukan.
Dia sangat menyanyangi gadis itu, walaupun mereka tak lebih dari hubungan teman tapi mesra. Atau bahkan hubungan tanpa status alias HTS. Sebut Catur bodoh, tapi memang inilah yang terjadi. Entah kenapa Ana masih belum menerimanya menjadi pacar, tapi gadis itu sering mengungkapkan jika dia tak mau kehilangan Catur. Begitupun dengan Catur, ia merasakan hal yang sama. Tak mau kehilangan gadis yang tengah didekapnya saat ini.
"Kamu nggak usah khawatir, aku selalu disini buat kamu Ana." bisa ia rasakan, Ana sedang tersenyum didalam sana. Jika sudah begitu, hati Catur menghangat.
***
Kamar ber-cat abu-abu itu sedang gaduh oleh celotehan dua manusia yang sedang asik bermain PS. Sedangkan satunya lagi, sedang berkutat dengan game di ponselnya.
"Lo gimana sama Ana?" tiba-tiba Okta bertanya seperti itu pada Catur, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar TV.
"Fine as always." jawabnya singkat. Terdengar decihan keluar dari mulut Dean
"Fine pala lo peang! Yang fine itu yang ga digantung begini kali!" Catur melempar guling disampingnya ke arah Dean. Dia paling sebal jika ada yang mengungkit hubungan tak jelasnya ini.
Memang Catur sempat menembak Ana, tapi dia tak memaksa gadis itu untuk menjawab saat itu juga. Toh, cewek perlu ruang untuk berpikir. Namun, bukan Dean namanya kalau belum mengata-ngatai cowok setolol Catur hanya karena cinta. Bukannya apa, tapi citra seorang cowok jadi ternodai hanya karena tingkah bodoh sahabatnya itu.
Ketiganya kembali terdiam, fokus pada aktivitas masing-masing. Catur bersyukur karena akhirnya tak ada perdebatan berkelanjutan seperti biasanya. Hari ini, dia aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
Teen FictionGara-gara tiket konser, Marsya si cantik dari jurusan IPS jatuh hati setengah mati kepada Catur si tampan dari jurusan IPA. Namun sayang, rasanya tak terbalas walau setitik. Hingga Marsya mengetahui fakta bahwa Catur tengah terjebak 'Friendzone' de...