3- Berita

0 0 0
                                    

Catur, Okta dan Dean berjalan beriringan menuju kantin. Sudah pasti semua mata tertuju pada mereka, karena siapa yang tak tahu 3 serangkai dengan wajah-wajah super tampan ini?

Okta yang dasarnya memang doyan tebar pesona, sesekali menyapa cewek-cewek yang tak dikenalinya sehingga berhasil membuat mereka berteriak histeris. Catur dan Dean geleng-geleng melihat kelakuan temannya itu dan menjitaknya bertubi-tubi.

"Duh jahat bener lo pada!" eluh Okta sambil mengelus kepalanya yang habis dijitak manja.

"Makanya jangan kegatelan lo! Tuh, Sabrina ngawasin lo dari jauh." Dean menunjuk ke arah gadis yang sedang menatap Okta tajam dengan dagunya. Okta meringis melihat pacarnya disana.

Mereka bertiga menempati salah satu bangku kantin dan segera memesan makanan. Tak lama kemudian, Sabrina dan Ana-yang memang sahabatan- datang bergabung dengan mereka. Seperti biasa, Dean mendengus tak suka atas kehadiran Ana. Catur mengamati Dean sekilas, entah kenapa akhir-akhir ini sahabatnya itu terlihat begitu benci dengan pujaan hatinya.

"Tur, kamu makan apa?" tanya Ana lembut. Catur tersenyum, selalu suka dengan pertanyaan Ana yang lembut.

"Biasa, mie ayam mang Aden." Ana manggut-manggut, lalu sibuk memainkan ponselnya.

"Woy gue ke toilet dulu yak," Dean bangkit dan berlalu menuju toilet. Sesampainya di toilet, ia tak sengaja mendengar nama Catur disebut-sebut. Kebetulan, toilet perempuan dan laki-laki letaknya bersebelahan.

"Kan udah gue bilang, lo nyerah aja sama Catur. Percuma Sya, percuma!" seru gadis itu frustasi.

"Tapi susah. Gue udah usaha, tapi gapernah berhasil!" seru gadis satunya tak kalah frustasi, malah sepertinya ada isakan disela-sela ucapannya.

"Hah, secinta itukah Ratu Marsya Abigail ke seorang Catur Wijaya yang bahkan nggak tau tentang perasaan lo? Kalian tuh cuma sekedar stranger yang ga sengaja ketemu gara-gara tiket konser!"

Dean berpikir cepat, lalu memasuki toilet cewek. Dua gadis tadi terkejut melihat kehadiran Dean. Tentu mereka tahu kalau Dean adalah salah satu personil tim Catur.

"Lo salah masuk toilet bego." ketus Siska.

"Tadi gue denger nama Catur disini. Siapa suka dia?" tanya Dean to the point, mengabaikan ucapan Siska.

"Apa urusannya sama lo?" kali ini Marsya bersuara

"Gue cuma pengen tau." jawabnya acuh, sambil menatap Marsya lekat-lekat.

"Ok, sekarang gue tau. Lo Marsya anak IPS 'kan? Jadi lo suka Catur? Kenapa ga nyatain aja?" Marsya terperangah dengan ucapan cowok dihadapannya ini.

"Gue udah nyuruh, tapi gengsi dia kegedean." sahut Siska malas yang dihadiahi tatapan tajam dari Marsya.

Dean menghela nafasnya pelan, lalu meninggalkan mereka tanpa sepatah katapun. Kalau dipikir-pikir, mending Catur dengan Marsya saja, dia pasti setuju. Sama-sama berparas menawan, toh Marsya sepertinya tulus sekali menyukai Catur.

Rencana dia ingin buang air jadi gagal gara-gara kejadian tadi. Ini adalah berita besar buat Catur dan Okta. Namun, yang kali pertama ia ceritakan yang pasti adalah Okta. Nanti, pelan-pelan mereka membujuk Catur agar segera terlepas dari cewek tak tahu diri itu, Ana.

***

"Okta, gue punya berita!" Dean berucap penuh semangat.

"Apaan? Keknya penting banget?" balas Okta lemas, karena dia habis diomeli Sabrina habis-habisan.

"Lo tau Marsya? Anak IPS yang cantik banget itu?" Okta berpikir sebentar, lalu mengangguk mengiyakan.

"Nah, dia ternyata suka Catur tapi ga berani ngungkapin!" kali ini Okta menatap Dean serius. Sebenarnya, Okta sepemikiran dengan Dean karena tololnnya Catur.

"Ah serius? Becanda lo ya, ga mungkin cewe secantik itu naksir orang tolol macem Catur."

"Ye, mana tau dia kalo Catur tolol," Dean mengatur posisinya, lalu melanjutkan ucapannya. "menurut lo, mereka cocok ga?"

Okta memukul meja dihadapannya, "Ya jelas lah bege! Kalo mereka bersatu, udah macem Raisa Hamish tau ga!" ucap Okta berapi-api.

"Kalo gitu, lo bantu gue buat Catur jauh dari cewe ga tau diri itu." Okta mengangguk semangat dan melanjutkan tidurnya.

Tak lama kemudian, datanglah Catur dengan senyum sumringahnya. Sudah Dean tebak, pasti temannya itu habis bercanda dengan Ana. Dia mengedikkan bahunya acuh, lalu memakai earphone dan tidur disebelah Okta, padahal 5 menit lagi bel masuk berbunyi.

***

Marsya menatap Siska kesal. Dia masih bete karena Siska tadi bukannya membela, malah mengungkapkan perihal perasaannya kepada Catur dihadapan Dean yang notabene adalah sahabatnya.

"Udahlah, siapa tau dengan gue jujur tadi, lo bisa deket sama Catur." Marsya menghela nafas pelan. Untung saja Siska adalah sahabatnya, kalau bukan sudah ia jambak tadi rambutnya.

"Kalo nyatanya Dean sama.. siapa tuh satunya?"

"Okta."

"Nah iya. Kalo mereka ga setuju gue sama Catur karna gara-gara ada Ana gimana?"

Marsya sudah tahu tentang Catur dan Ana. Banyak rumor mengatakan, mereka sedang berpacaran. Tak jarang pula yang menyebutkan mereka tengah terjebak dalam hubungan TTM saja. Dia tak tahu harus percaya yang mana, tapi yang banyak ia dengar adalah TTM.

"Lagian 'kan mereka pacaran Sis," Siksa berdecak gemas

"Kan masih hoax!" Marsya manyun. Masih belum yakin dengan semua ini.

"Udah ah, gue capek debat sama lo. Ntar malem kita party aja di villa si kembar." Siska tersenyum, akhirnya sahabatnya ini mau melupakan hal ini sejenak saja dengan cara berpesta nanti malam. Semoga, Marsya bisa lupa untuk jangka waktu yang lama. Semoga.

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang