Di waktu yang bersamaan ketika Yerin sedang berada di toko buku, Hanbin memiliki janji temu dengan seorang klien yang berasal dari Tiongkok tapi karena ada kendala maka janji tersebut di undur hingga lusa.
Ketika berada di lantai dua mall, Hanbin dipertemukan dengan sosok yang sangat ia kenal. Seorang Jenny Aldric Rivanza, mantan pacarnya sewaktu SMA. Masa-masa itu sudah berlalu 10 tahun yang lalu, masa dimana Hanbin nggak se-cuek sekarang.
Kalo di ingat kembali, dulu Hanbin itu tipe cowok badboy romantis.
"Kabar lo gimana?" tanya Jenny waktu sampai di restoran.
"Liat aja sendiri, sebaik apa gue sekarang."
"Iyalah, bapak CEO." goda Jenny lalu tertawa.
Sepuluh tahun lalu seusai kelulusan, Jenny meminta maaf kepada Hanbin karena harus ikut orangtuanya ke Madrid.
"Jen, lo makin cantik, ya?"
"A-apaan sih, Bin. Jadi malu kan gue-nya!"
"Ya gue sih jujur aja, lo makin cantik."
"Lo makin suka ngegombal."
Mereka mengobrol berdua, melepas rindu yang tidak bisa disembunyikan lagi. Bercerita tentang masa lalu, tentang tukang cuanki yang pernah mereka kerjai hingga Mas tukang bakso yang selalu mereka hutangi.
Senyum Hanbin itu tidak bisa ditemui dimana-mana lagi selain disini, bersama Jenny.
"Gak nyangka kita udah tua," ucap Jenny.
"Tua tapi masih perjaka gue mah!"
Sesaat mereka tidak bergeming, kemudian terdengar suara perempuan menyebut nama Hanbin, "Hanbin Alviandika."
Laki-laki itu menoleh, melihat Yerin sedang duduk berhadapan dengan seorang laki-laki berjas hitam yang terlihat sangat rapi.
Mampus. Gumam Yerin begitu melihat Hanbin menatap ke arahnya.
— Imagination —Yerin terduduk di tempat tidurnya, berbalas pesan dengan Taehyung yang kini menjadi tempat curhatnya.
Tak lama, Hanbin membuka pintu kamar lalu mendekat ke arah Yerin.
"Kamu ikut saya sebentar, mau bicara." Hanbin yang cuek sekarang sudah kembali.
"Ikut kemana, mas?"
"Ke ruang tamu."
Yerin menuruti keinginan Hanbin, sekarang mereka sedang bertatap muka hingga suasana terasa semakin canggung.
"Masnya-"
"Jangan panggil saya mas, nama saya Hanbin."
"Habisnya, mas Hanbin seumuran sama kakak aku jadi gak enak kalo panggil nama aja."
Hanbin terdiam, yaudahlah terserah.
"Kamu ada rasa sama saya?"
"Rasa apa? Kalo rasa canggung sama aneh jelas ada tapi kalo rasa suka kayanya belum."
"Belum?"
"Iya belum, kita kan gak tau kedepannya gimana. Bisa aja aku suka mas Hanbin dikemudian hari atau justru sebaliknya."
Yerin orangnya emang ceplas-ceplos, apa yang ada di hati dan pikirannya mending diucapkan daripada di simpan lalu numpuk.
"Kita nggak saling kenal apalagi mencintai, saya bebaskan kamu buat mencintai oranglain atau pacaran sama oranglain. Tapi, saya juga bakal berbuat kaya gitu."
"Loh? Emang sejak kapan aku minta buat diperbolehin pacaran sama orang? Aku emang nggak mencintai masnya tapi bukan berarti aku lagi mencintai orang. Aku nggak ngelarang mas buat mencintai siapapun termasuk perempuan tadi, silahkan mas. Tapi aku nggak akan berbuat hal serendah itu, karena pernikahan melalui perjodohan sekalipun bukan ajang buat main-main."
"Saya gak butuh pendapat kamu, serendah apapun perbuatan yang saya lakukan asal saya bahagia, gak masalah."
"Terserah."
Yerin mengambil handphone miliknya lalu meninggalkan rumah, tujuannya adalah rumah Joy.
—
Makasih buat yang udah mampir ke work gak jelas ini^^
Akan ada saat dimana kalian bakal benci Hanbin😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination - Hanbin Yerin✔
FanficIt's about those who live between imagination. Fanart pada cover by: @yow_ooo (instagram) Rank: #68 di Gfriend 20/10 #75 di fiksipenggemar 20/10