''Rendy ada temanmu ini!'' Suara neneknya Rendy, yang jelas terdengar telinga. Iya, dia adalah Rendy, tepatnya Rendy Prakarsa, seorang anak umur 17 tahun yang sekarang duduk di bangku akhir SMA
''Iya, sebentar''
Dengan sedikit bergegas Rendy keluar dari kamarnya, tentunya setelah berpakaian lengkap, seperti memakai kaos putih, celana jeans, tak lupa pula jaket jeans biru yang selalu ia kenakan, oleh karena itu, ia juga tak jarang dipanggil Dilan oleh teman - temannya, Ya walaupun Dilan Kw yang entah ke 20 berapa itu semua sudah termasuk definisi lengkap bagi Rendy
*****
''Loh, Ren. Udah rapi aja, memangnya mau kemana?'' Tanya neneknya Rendy yg sedikit heran karena melihat cucunya yang sudah rapi disiang bolong begini
''Mau keluar, Nek. Ohya, tadi pintunya juga udah Rendy kunci smua kok''
''Yauda sana, tapi hati - hati loh ya? Tengah hari ini soalnya''
''Okey nek''
Setelah berpamitan, dan menitipkan kunci rumahnya, Rendy keluar dari rumah neneknya untuk menghampiri Aldo yang sedari tadi sudah setia menunggu diluar, tak ayal karena memang rumah neneknya terletak tepat disebelah kanan rumah Rendy, hanya ada sedikit jarak yang memisahkan, itupun sebagai akses keluar masuk mereka.
''Kelamaan ya lo nunggunya?'' tanya Rendy sedikit tersenyum.
''Udah tau pake nanya lo'' jawab Aldo sekenanya, dengan wajah super datar tentunya efek nunggu terlalu lama
''Ya sorry, lagian lo juga sih, pacu amat datengnya''.
''Biasa, dari rumah doi''. Masi datar
''Eh, perasaan rumah doi lo gadeket deh dari sini?''
''Bisa ga lo gausa banyak nanya, buruan naik!'' Lepas sudah segala emosi yang sudah Aldo tahan selama beberapa detik ini, setelah disuguhkan beberapa pertanyaan oleh Rendy
''Yeee, selow dong mas, gausa ngegas juga kale'' balas Rendy tidak mau kalah, dengan sedikit mengejek.
''Lah, trus klo ini motor kagak di gas, gimana bisa jalan Dodol! Emangnya lu mau ndorong ha?''
Sadar bahwa suasanya sudah mulai mencengkram, Rendy lansung melompat ke sepeda motornya Aldo.
''Yauda ayuk ah, kita kemon!''
******
Happy Reading!
Ai.
