"Semakin aku memikirkannya, semakin besar aku merasakan bahwa tiada yang lebih berseni daripada mencintai manusia."
—Vincent van Gogh
๑۩๑๑۩๑๑۩๑
Hinata sangat tahu, jika pun dia memasukkan kedua mangkuk ramen tersebut ke dalam lemari es, itu tidak akan menjadikan cita rasa ramen itu tetap utuh seperti pertama dituangkan ke dalam mangkuk. Rasanya mungkin sedikit aneh, mendekati basi, walaupun begitu barangkali masih bisa dinikmati. Ya, jika dia berniat untuk makan ramen setengah basi itu.
Selama dua hari berturut-turut, dia menunggu kedatangan Nero ke apartemen. Namun dia tidak mendapatkan apa-apa dari itu. Seakan-akan apa yang dia tunggu itu menjadi hal sia-sia, untuk terus dilakukannya. Nero pergi entah ke mana dan akhirnya, tepat seminggu lelaki itu benar-benar lenyap.
Ada yang aneh!
Meski begitu, Hinata tidak tahu apa yang bisa dia katakan sebagai keanehan ketika lelaki itu tidak muncul lagi sementara Nero sering kali hadir di setiap waktu dan bertanya "Apakah kau sudah makan?", dia sangat perhatian pada Nata soal makanan atau apakah tadi malam Nata tidur nyenyak, tidak ada yang mengusik? Terakhir ada kegaduhan di mana tetangga sebelah mengalami demam sampai ketiduran di tengah anak tangga apartemennya, lalu orang-orang setempat ribut lantaran mengira jika sedang terjadi pembunuhan. Orang pertama yang Nata hubungi adalah Nero, lalu lelaki itu mengecek, serta memberitahu bahwa seseorang yang ada di tengah tangga pingsan karena demam, bahkan mengalami stres akibat pekerjaannya yang tidak mampu dia selesaikan sesuai waktu yang ditentukan oleh atasannya.
Karena Nata dekat dengan Nero, dia mencoba menghubungi ke ponsel lelaki itu di tengah ia berjalan menuju apartemennya. Tapi ia tidak mendapatkan sambutan seperti yang dia inginkan. Hanya suara operator wanita mengatakan jika ponsel nomor tersebut sedang berada di luar jangkauan. Nero mungkin berpergian untuk liburan, tetapi mengapa lelaki itu tidak mengabari lebih dulu?
Namun ketika Nata akan sampai di depan gerbang apartemennya, dia melihat seorang laki-laki bersandar di tembok dan menutupi kepalanya dengan tudung jaketnya. Mengetahui siapa yang sedang menunggu, Nata bergegas untuk mendekat, "Nero!" laki-laki itu mendongak merespons panggilan yang jelas ia kenali suaranya, kemudian menurunkan tudung jaketnya.
Nata menemukan lelaki itu tampak murung dan sedikit gelisah.
"Nata, aku menyukaimu," Nero tiba-tiba berbicara seperti itu, membuat Nata berhenti berlari. Ia mengamati Nero yang benar-benar sangat aneh. Dari apa yang dia ucapkan, bahkan dari setiap gerak-geriknya terlihat mencurigakan. "Nata, aku benar-benar menyukaimu!" dia mengulang sebanyak dua kali.
"Kau baru saja menangis, kenapa?" lelaki itu menggeleng, dia tidak sedang menangis, tapi dia tidak bisa tidur. Di setiap dia melakukan hal itu, lantai apartemennya penuh dengan aliran darah, menjadikan Nero selalu terjaga.
"Kau habis dari mana? Kau tidak pernah ke tempatku lagi, kenapa?" memasuki Februari, tentu dengan suhu udara Tokyo masih rendah. Nata merasakan kedua tangannya sangat dingin. Apakah Nero tidak merasakan hal yang sama? Mengapa lelaki itu terlihat tenang dengan kulit pucat, menandakan jika dia barangkali sudah berada di sana cukup lama.
"Masuklah, hangatkan badanmu di dalam," tawar Hinata, sembari gadis itu mendekati Nero yang masih diam, sebelum akhirnya menyerah sebab udara dingin makin membekukan tubuhnya.
Selama seminggu lebih dia bingung bagaimana cara mengungkapkan perasaan nyaman yang dia peroleh ketika dia selalu berada di sisi Nata.
Nero ingin gadis itu tahu, bahwa Nata adalah sosok yang pertama kali menjadikan dirinya lebih terbuka bahkan tidak takut dalam mengambil keputusan. Namun pikiran negatifnya karena hal sepele yang belum tentu jelas apa yang sebenarnya terjadi pada Nata dengan hadirnya seluruh dokumen atau daftar riwayat seseorang di atas mejanya, membuat Nero menyerah dalam segala hal—tetap berada di sisi gadis itu.

YOU ARE READING
E N O R M O U S ✔
RandomKeluarga kaya raya kehilangan putra mereka dalam perjalanan keliling Eropa. Sementara ada dua pria Jepang yang mengadopsi anak laki-laki dan menjadikannya sebagai pembunuh bayaran andal. Tepat dua puluh tahun kemudian, anak laki-laki itu mulai menge...