#10: Like Destiny

1.2K 180 1
                                    

"Mereka mengatakan; di mana pun orang yang merindukanmu berada, itulah rumahmu."

—Jiraiya

๑۩๑๑۩๑๑۩๑

Sudah pasti, Akihabara sesuai dengan apa yang ada di kepala Kushina. Eksotik luar biasa dengan orang-orang yang bersetelan nyentrik dan kesan menggemaskan diperoleh dari cara berbusa mereka yang campur-aduk.

Fesyen Lolita yang paling utama untuk digemari. Selebihnya mereka berkreasi compang-camping. Tidak ada batas untuk berkreasi demi menemukan mode mereka sendiri—walau begitu, seluruh yang mereka kenakan sangat cocok dan tak pantas disebut sebagai perpaduan kegilaan.

Milan di Italia adalah tempat yang bisa disebut-sebut sebagai kota yang terkenal memiliki mode tak terbantahkan. Desainer-desainer kelas dunia ada di sana untuk menciptakan busana-busana indah dan megah. Namun bisa dikatakan bahwa Akihabara adalah Milan versi Jepang, dengan beberapa anak muda yang mulai menyebar di sekitar wilayah Shibuya dan Shinjuku.

Sementara hari Minggu, waktu yang tepat untuk memamerkan kreatifitas dalam busana mereka. Beberapa fotografer mungkin telah mengantre demi menemukan style-style nyentrik. Belum lagi dengan majalah dunia seperti Vogue. Mereka tidak puas sekali menyorot megahnya jalanan di sekitar Akihabara itu. Anak-anak muda siap beradu masalah mode-mode kebanggaan mereka. Menjadi model jalanan sungguh luar biasa menyenangkan.

Tiga wanita Inggris yang bersama Kushina dalam satu taksi tadi melongo menyaksikan anak-anak muda berkumpul di satu tempat; di beberapa taman; di depan pertokoan; atau di pinggir jalan.

Mereka seakan terdampar di tengah jalanan di Milan yang menciptakan peragaan adibusana dunia. Namun karena wajah-wajah Asia tersebar di sekitar jalan, tiga wanita Inggris itu tetap sadar, jika mereka berada di Jepang, bukan pusat perbelanjaan di Milan.

"Madam, terima kasih untuk mengajak kami datang ke sini," Kathryn, biasa dipanggil dengan nama kecil sebagai Keth oleh Kushina, wanita berambut panjang pirang, dan kedua bola mata abu-abu itu terus merasa bersyukur bisa datang ke sini sebelum semangat mudanya berhenti berkobar. "Ini, pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Benua Asia." Ujarnya.

Dua pengawal wanita yang lainnya tertawa, tetapi sebenarnya mereka sama halnya dengan Keth yang benar-benar bersyukur memiliki kesempatan untuk datang ke sini. Ini sungguh tidak sesuai dengan apa yang ada di kepala mereka. Lalu, sebelum benar-benar terbang ke Jepang, mereka bahkan mencari seluk-beluk negara tersebut, sedangkan mereka memang tidak begitu tertarik dengan kartun-kartun Jepang, dan yah, Jepang memang terkenal akan memproduksi animasi-animasi, hingga membuat negara tersebut sangat menonjol—tentu bukan karena fesyen seperti yang Milan miliki.

"Suamiku sangat menyukai Hysteric Glamour, itu label pakaian yang cukup terkenal di sini. Kita bisa membeli beberapa kaus edisi terbaru. Aku yakin dia tidak akan marah, saat kita ketahuan melancong ke sini daripada langsung pergi ke hotel."

Mereka semua bahkan sempat menganga karena diingatkan akan satu kesalahan—rencana yang tentu sebelumnya tidak dibicarakan. "Madam, Anda yakin?"

"Ya, aku juga akan membelikan kalian busana dari Limi Feu, dia cukup terkenal di Paris. Cocok sepertinya untuk kalian kenakan," dan Kushina sendiri tahu, bagaimana merayu mereka, demi membuat mereka semua tetap tenang menemani dia dan anaknya berbelanja pakaian.

Hal tersebut yang terus dia pikirkan di tengah penerbangan. Saat orang-orang tertidur, bahkan suaminya, sedangkan dia terus membolak-balikkan majalah, demi menemukan apa yang bisa dia dapatkan sesampainya di Tokyo. Mendatangi Shinjuku, Harajuku, dan kawan-kawan mereka. Ia harus bisa mendapatkan semua barang-barang bermerek yang tercatat di otaknya.

E N O R M O U S ✔Where stories live. Discover now