Sika melihat wajah mulusnya dikaca. Ia perlahan mulai memoleskan bedak yang bermerkkan Wardah ke wajahnya, tak lupa ia memberikan sedikit warna merah bata di bagian bibirnya, membuatnya semakin menarik dan cantik.Kemudian ia lengkapi dengan pita dibagian rambutnya yang dibiarkannya tak terikat.
Ia meraih ranselnya, dan kemudian melesat menuju kampus barunya.Beberapa hari yang lalu ia telah mengurus syarat-syarat untuk bisa diterima di kampusnya yang sekarang. Ini untuk kali pertamanya ia masuk untuk mulai pembelajaran.
Alasan mengapa Sika memilih pindah ya salah satunya untuk mengubur dalam-dalam kenangan yang dilalui di Universitas nya dulu.
Ini hidupku yang baru, dimana aku mencoba menghilangkan bayang-bayang masalalu yang menghantui.
-SikaAlexsiya-"Haii, kenapa makan sendirian?"
Tanya seseorang cewek dengan tiba-tiba, saat Sika sedang asik bergelut dengan spagetinya."Emm.. karna aku belum punya temen disini"
"Ow iya ya kamu itu mahasiswa baru. Kenalin aku Tania, kita bisa berteman kok mulai saat ini"
Setelah berkata demikian Tania mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan. Dengan senang hati Sika membalas.
"Wahh ganteng-ganteng deh"
Refleks Sika yang langsung menoleh kearah Tania yang tiba-tiba berkata ngaco menurutnya.
"Lebay kamu Tan, cowok kayak gitu aja kamu puji-puji"
Oceh SikaKarena tidak terima dengan perkataan Sika, Tania dengan memasang muka cemberut langsung menginjak kaki Sika dengan sedikit kasar.
"Aww, teman apaan kaya gitu"
Protes Sika pada Tania yang masih manyun"Abisnya kamu itu kalau ngomong nggak sesuai fakta sih, orang cowok-cowok yang ada disana ganteng-ganteng dibilang biasa aja"
Cerewet Tania sambil menunjuk cowok-cowok yang sedang asik bertanding basket di lapangan.Entah ada apa dengan senyum itu. Seakan membuatku ingin menghentikan waktu. Senyum yang terasa begitu tulus.
-SikaAlexsiya-Kalimat itu tercetak tiba-tiba dalam benak Sika saat ia melihat salah satu pemain basket yang sedang tersenyum puas karena berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Ada sedikit rasa penasaran siapa dia.
"Kedip woyy!!"
teriak Tania dengan lantang"Berisik Tan. Dasar telolet"
"Kamu itu lihatin siapa? Sampai nggak kedip gitu? Jangan-jangan ada yang kamu taksir ya? tapi kan tadi kamu bilang cowok-cowok itu biasa aja?"
"Udah nanyanya?"
"Udah"
jawab Tania dengan memperlihatkan senyum lebarnya"Kalau sudah ayo pergi!"
"Tapi kan kamu belum jawab pertanyaanku Ka"
"Bodo"
Lalu Sika sengaja berlari agar sahabatnya itu tertinggal jauh. Karena ia berlari cukup kencang Sika tidak bisa mengontrol tubuhnya untuk berhenti, sesaat kemudian
Brukk...
"Woyy jalan tu pakai mata. Kamu punya mata kan?"
bentak cowok yang tak sengaja Sika tabrak.Dia bernama Leiy Geraldy, cowok terpopuler di Universitas Mada. Sika diam sesaat karena sedang berkomunikasi dengan hatinya
"Dia kan cowok yang punya senyum itu"
Lalu ia mulai bicara
"A.. Aku nggak sengaja, maaf ya" Sika berbicara dengan terbata-bata
"Kayaknya aku pernah ketemu kamu sebelumnya, tapi dimana?" Leiy bertanya-tanya dalam hati
Setelah puas bertanya dengan hatinya cowok itu pergi tanpa membalas ucapan maaf Sika
"Dasar sok cool"
Teriak Sika pada Leiy yang sudah melangkah pergi dari hadapannya tadi. Teriakan Sika masih bisa ditangkap oleh telinga Leiy, namun cowok itu tak memperdulikannya, ia hanya berpura-pura seolah tak mendengarnya.
"Sika kamu gimana sih? jahat amat jadi orang? amat aja nggak jahat"
Tania mulai menunjukkan aksi cerewetnya kepada Sika"Tania sayang, kamu itu berisik banget, jadi aku kerjain aja, aku tinggal biar kamu sendirian dengan cerewetmu itu"
"Ah kamu mah nggak asik"
"Terserah kamu mau ngomong apa Tan, ngoceh mulu dari tadi"
protes Sika membuat Tania terdiam. Sikapun akhirnya menghembuskan nafas lega.Terkadang orang yang benar-benar dekat dengan kita, seperti orang asing yang kita sama sekali tidak mengenalnya. Juga terkadang orang asing, seperti orang yang sudah lama kita kenal, dan seakan sudah sangat dekat
-SikaAlexsiya-
KAMU SEDANG MEMBACA
COMFORTABLE!
Romance" Hanya setitik pena yang mengerti, hanya goresan luka yang menghadiri. Mencoba menghempaskan namun tak cukup kuat. Hidup memang tentang sebuah keadilan, dimana semua derita menjadi bahagia. Tak perlu selalu menuntut lebih, jika pada akhirnya yang s...