CHAPTER 10

2.3K 173 13
                                    

Cliff membelalak dengan mulutnya menganga ketika melihat pemandangan yang berada tepat di balik hutan terlarang. Dia tidak pernah menyangka bahwa ada pemukiman mewah di balik hutan yang dengan sekilas saja terlihat menyeramkan. Pemukiman itu dipenuhi banyak rumah dengan gedungnya yang bisa dikatakan mewah dan kokoh, sangat jauh berbeda dengan keadaan desa Tussand yang bisa dikatakan masih kuno. Rumah-rumah penduduk di desa Tussand masih tampak sederhana meski ada beberapa rumah mewah yang dimiliki oleh segelintir orang kaya di desa itu. salahsatu keluarga kaya di desa itu tidak lain adalah keluarga Huston.Sedangkan di pemukiman itu nyaris semua rumah terlihat mewah. Pemukiman itu lebih cocok disebut sebagai kota dibandingkan pedesaan. Lampu-lampu menyala membuat suasana di pemukiman itu menjadi terang benderang.

Cliff memandang sekeliling pemukiman itu dengan ketakjuban yang terlihat jelas di wajahnya. Seumur hidupnya bisa dikatakan inilah pengalaman pertamanya melihat gedung-gedung tinggi seperti ini, sesuatu yang wajar mengingat selama 12 tahun ini dia terpenjara di dalam pondoknya.

Cliff berjalan tepat di belakang pria yang mengaku sebagai ayahnya, pria itu melangkah tanpa sepatah katapun dan Cliff pun mengikutinya dalam kebisuan. Mereka mengambil jalan yang sepi meski ada beberapa orang yang tanpa sengaja berpapasan dengan mereka. Cliff mengernyit heran ketika melihat orang-orang itu berhenti melangkah dan sengaja memberikan jalan untuk mereka. Orang-orang yang berpapasan dengan mereka tiba-tiba diam berdiri dan menundukan kepala mereka seolah tengah memberi hormat pada seseorang. Setiap orang yang sedang berjalan kaki seketika berhenti dan memberikan jalan untuk Cliff dan pria itu. Cliff menatap heran ketika melihat semua orang menundukan kepala mereka hanya karena dirinya dan pria itu melangkah di depan mereka.

Merasa semakin heran dengan sikap orang-orang itu akhirnya Cliff memutuskan untuk bertanya pada pria di depannya yang terlihat sama sekali tidak terganggu dengan sikap orang-orang itu.

" T ... tuan." Panggil Cliff yang membuat pria itu menoleh ke arahnya namun tak menghentikan langkahnya sama sekali.

" Kenapa?" pria itu menjawab dengan tatapan datarnya pada Cliff.

" Orang-orang itu ... kenapa mereka berhenti berjalan dan berdiri sambil menunduk hanya karena kita berjalan di depan mereka?"

" Itu bentuk sopan santun mereka." Jawab pria itu yang membuat dahi Cliff semakin mengernyit tak mengerti. Menurutnya ini aneh, sudah banyak buku yang dibacanya selama ini ... tak ada satupun yang menjelaskan tentang bentuk sopan santun seperti itu. Sebenarnya Cliff ingin meminta penjelasan lebih terperinci tapi melihat pria itu kembali memalingkan wajahnya, dia pun memutuskan untuk diam dan kembali mengikutinya dalam kebisuan.

Langkah mereka terhenti ketika mereka tiba di depan sebuah bangunan yang begitu luas dan mewah. Sebuah bangunan yang lebih pantas disebut istana dibandingkan rumah.

" T ... tuan." Panggil Cliff dengan tatapannya yang masih tertuju pada bangunan mewah di depannya.

" Sudah ku katakan aku ini ayahmu. Berhentilah memanggilku seperti itu." mendengarnya, Cliff mengalihkan tatapannya. Kini dia sedang menatap intens pria yang menurutnya terlalu muda untuk dipanggil ayah olehnya itu. sejujurnya dia masih belum mempercayai sepenuhnya jika pria di sampingnya itu adalah ayahnya.

" A ... apa kita akan masuk ke dalam gedung ini?" memutuskan untuk mengabaikan perkataan pria itu, Cliff memilih untuk melontarkan pertanyaan yang memang sedang mengganjal di kepalanya.

" Mulai sekarang kastil ini adalah rumahmu." Cliff terhenyak mendengarnya. Pria itu kembali melangkahkan kakinya memasuki kastil yang tentu saja langsung diikuti oleh Cliff. Sebenarnya dia ragu untuk masuk ke dalam gedung mewah itu tapi mengingat keputusannya untuk mengikuti pria itu akhirnya dia pun memberanikan dirinya melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

THE DAWSON CLAN {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang