Jimin merasa haus, maka ia bangun dari tidurnya lalu beranjak menuju dapur. Sesampainya di dapur, Jimin menghampiri kulkas lalu membukanya, kemudian mengambil sebotol air dingin dan diletakkan di meja makan. Ia kembali ke dapur mengambil satu gelas kaca, lalu ke meja makan lagi, menuangkan air dinginnya dan menenggaknya hingga habis.
Setelah dahaganya terpuaskan, Jimin merasa ingin buang air kecil. Maka ia menyimpan terlebih dahulu sebotol air dingin tadi ke kulkas dan menyimpan gelas bekas minumnya di wastafel cuci piring. Kemudian menuju kamar mandi yang ada di dapur.
Jimin meraih kenop pintu kamar mandi dan membukanya. Saat sedikit melebarkan matanya yang menyipit karena menahan kantuk, pandangannya langsung tertuju pada serangga berkaki delapan yang tengah berdiam di dinding, tepat di depannya. Sontak Jimin berteriak dan kantuknya menguap seketika.
Akibat gerakan refleksnya untuk mundur, tumitnya menabrak batasan bawah kamar mandi, dan akhirnya terhuyung ke belakang. Syukurlah ada alas kaki yang menangkap dua gunung empuk milik Jimin jadi pendaratannya tidak terlalu menyakitkan.
Yoongi yang tadi mendengar suara teriakan Jimin, refleks terbangun kemudian berlari menuju sumber teriakan Jimin, dengan kepala yang pening tentunya karena gerakan bangun tiba-tibanya.
Sampainya di dapur, diedarkanlah pandangannya ke sekitar dan menemukan Jimin yang terduduk di atas keset kamar mandi dengan telapak kaki kanan berada di dalam kamar mandi, sedangkan kaki kirinya tertekuk, serta kedua tangan berada di sisi samping tubuhnya.
Yoongi segera menghampiri Jimin dan membantunya berdiri. Saat sudah berdiri pun, pandangan mata Jimin belum lepas memandang horor si laba-laba, mereka seperti sedang adu tatap.
Yoongi mengernyit heran lalu mengikuti arah pandang Jimin. Setelah melihat si laba-laba, ia kemudian memegang bahu Jimin lalu dihadapkan padanya,"Jimin?" Panggil Yoongi sambil sedikit mengguncang pelan tubuh Jimin.
Diwajahnya masih terukir raut ketakutan namun, pandangannya kosong. Yoongi paham, Jimin tenggelam lagi dalam trauma masa kecilnya. Trauma yang membuat Jimin harus kehilangan orang yang disayanginya, yaitu Ibunya.
(Flashback)
Pagi itu, Jimin kecil sedang duduk di meja makan sambil mengayunkan kakinya yang menggantung tak menyentuh lantai. Jimin kecil sedang menunggu sarapan favoritnya yaitu nasi goreng omelet buatan sang ibu. Ibunya adalah seorang dokter, makanya ia tidak bisa selalu dimasakkan sarapan, bertemu di rumah pun jarang.Makanya Jimin kecil sangat senang saat sang ibu menawarkan akan memasak sarapan untuknya pagi itu. Kesabarannya menanti dan berharap hari tersebut tiba, akhirnya terwujud.
Jimin kecil duduk sambil memandangi punggung ibunya yang bersenandung riang. Lagu yang disenandungkan adalah lagu kesukaan Jimin kecil. Pagi itu, dia merasa lebih baik tinggal di rumah saja, tak usah ke sekolah lalu menghabiskan waktu bersama ibunya di rumah. Tapi tentu saja, itu tidak mungkin. Ibunya melarang.
Sang ibu yang sudah selesai memasak, kemudian mematikan kompor lalu menuangkan nasi gorengnya ke piring, kemudian membawanya ke meja makan. Jimin kecil yang melihat ibunya selesai memasak, langsung terlonjak girang sambil bertepuk tangan lucu. Imut sekali.
Sang ibu mengambil sendok dan garpu kemudian diletakkan di piring Jimin kecil lalu menarik kursi di samping kiri Jimin kecil dan duduk di kursi tersebut. Jimin kecil yang tidak melihat sarapan di depan ibunya lantas bertanya,"Ibu tidak calapan? (Ibu tidak sarapan?)".
Sang ibu tersenyum kemudian menjawab,"Makanlah dulu, sayang. Ibu mau lihat bagaimana anak ibu yang menggemaskan ini sarapan," sambil mencubit pelan pipi Jimin kecil.
Jimin kecil tersenyum malu-malu lalu berkata,"Baik, Ibu."
Saat akan menyuap nasi gorengnya, tiba-tiba laba-laba hitam berukuran sedang jatuh tepat di atas sarapannya. Jimin kecil langsung berteriak panik kemudian memeluk ibunya. Ibu Jimin kecil sempat tersentak namun kemudian mengelus lembut punggung Jimin kecil yang sedikit bergetar, Jimin kecil tengah menangis.
Setelah sedikit tenang, sang ibu kemudian mengangkat Jimin lalu didudukkan di kursi ibunya. Sang ibu mengambil laba-laba tersebut kemudian berjalan menuju pintu rumah untuk membuang si laba-laba keluar. Jimin mengekori ibunya sambil memegang ujung baju ibunya karena takut ada laba-laba lain yang datang.
Setelah sampai di pintu depan rumah, ibunya menyuruh Jimin kecil untuk tetap berada di dalam rumah, tak usah ikut keluar. Jimin kecil sempat menolak karena masih merasa takut, namun ibunha meyakinkannya bahwa hanya ada 1 ekor laba-laba di rumah, sudah tidak ada lagi laba-laba lain yang akan mengganggu Jimin kecil. Akhirnya, Jimin kecil menurut lalu melepaskan genggamannya pada ujung baju ibunya itu.
Sang ibu keluar ke halaman rumah, kemudian meletakkan laba-laba itu di daun tanaman yang ada di dekat pagar. Setelah itu, sang ibu berbalik dan menghampiri Jimin kecil yang masih setia berdiri di ambang pintu rumah, Jimin kecil pikir, ibunya akan dimakan oleh si laba-laba jika ia meninggalkan ibunya.
Saat ibunya sudah sampai di depan pintu rumah, sang ibu berjongkok menyamakan tingginya dengan Jimin kecil, lalu memandangi wajah anaknya sambil mengelus pipi gembul Jimin kecil dengan ibu jarinya,"Chimin, jaga diri baik-baik, ya, sayang? Ibu minta maaf kalau ibu jarang ada di rumah dan bermain bersama Chimin. Ibu sangat saaayang pada Chimin. Jadi, Chimin lanjutkan lagi sarapannya, ya? Nanti ibu antar ke sekolah." Kemudian senyum manis terukir di bibir ibunya.
Jimin kecil tersenyum sambil mengangguk mengiyakan sang ibu, ia kemudian berbalik menuju meja makannya lagi. Beberapa langkah berjalan, suara hantaman keras terdengar dari belakang Jimin kecil. Refleks Jimin kecil berbalik dan mendapati keadaan mengenaskan ibunya yang bersimbah darah di depan pintu rumah.
(Flashback end)Jimin jatuh merosot ke lantai, air matanya mengalir deras tiba-tiba. Yoongi juga ikut merosot ke lantai memeluk Jimin yang bergetar hebat sambil menepuk lembut punggung kekasihnya itu. Yoongi tahu penyebab Jimin menangis, karena setelah kejadian mengenaskan ibunya, ia langsung dirawat oleh keluarga Yoongi. Ibu Jimin sempat berpesan pada Ibu Yoongi, sehari sebelum ia meninggal.
Jimin berandai, jika saja waktu itu ia tidak takut pada laba-laba, ibunya pasti tidak akan keluar rumah.
Andai saja ia yang membuang laba-laba itu,
Andai saja ia bersikeras mengikuti ibunya keluar rumah,
Andai saja ia tidak mengikuti permintaan ibunya untuk melanjutkan sarapannya,
Andai saja ibunya hanya mengusir laba-laba itu dan tidak membawanya ke halaman rumah,
Sayang, semua hanya andai. Yang sudah tiada, tak dapat hidup kembali.
#EAT
6.10.18