bagas membawa melaju cepat dengan motornya,ia ditelpon oleh nathan bahwa ananta menyuruhnya datang kerumah untuk membuat donat bersama.
"assalamualaikum"ucap bagas memasuki rumah luna,rio yang membukakan pintu itu. bagas tersenyum lalu mencium punggung tangan rio.
"saya-"
"kamu bagas?"potong rio,bagas mengangguk
"matahari"ucap rio
"om tau arti nama saya?"tanya bagas,rio mengangguk.
"teman kamu yang kembar lucu"ucap rio tertawa
"mereka konyol si om hehe"balas bagas
"mau main catur?"tanya rio
"boleh"jawab bagasrio dan bagas mulai memainkan catur milik rio.
"kamu kenal luna sejak kapan?"tanya rio
"belum lama sih om,soalnya luna anak ipa dan saya anak ips"jawab bagas rio mengangguk
"luna anaknya pendiam"ucap rio bagas tertawa sembari memajuan pion caturnya
"jutek juga dia"ucap bagasrio tertawa
"percaya sama om,luna bakal terus senyum kalau dia bahagia dan merasa senang"ucap rio,rio menaikkan satu alisnya
"jadi kalo mau liat dia senyum harus buat dia bahagia ya om?"tanya bagas
"ya kurang lebih si begitu"ucap rio.kembar pecicilan keluar dari dapur luna dengan ananta dan luna dibelakangnya.
"enak bener si bagas,maen catur"ucap nathan,luna menatap malas bagas.
"luna kenapa?kok liatin bagas begitu?"tanya rio pada putrinya,luna hanya menggeleng"kaget dia om liat orang ganteng kaya saya hehe"
***
luna menghembuskan nafasnya berat,kenapa dalam waktu singkat bagas,rio,dan zoe bisa seakrab ini. bahkan zeo tidak sungkan sungkan meminta gendong atau pangku pada bagas. sedangkan si kembar pecicilan sudah pulang.
"lun"panggil bagas,luna menengok
"jalan yuk"ajak bagas,luna hanya diam
"diam berarti iya,cepet ganti gua tunggu didepan"ucap bagas lalu bangkit dan berjalan keluar.beberapa puluh menit kemudian mereka sampai disebuah pasar malam,luna hanya mengikuti kemana pun bagas pergi. dan tetap diam.
"ya allah luna ngomong dong"ucap bagas frustasi,luna hanya menggeleng
"kaya ngobrol sama limbat astaga,lo mau apa?kembang gula?oke tunggu bentar"ucap bagas lalu pergi
"ngapain nanya kalo jawab sendiri"ucap luna pelan,sembari menunggu bagas luna duduk dibangku panjang sendirian. ia melihat biang lala dari bawah."mau naik itu?"tanya bagas sembari memerikan kembang gula pada luna,luna hanya menggeleng dan menerima kembang gula tersebut.
"takut"ucap luna,bagas bersorak dalam hati. akhirnya luna bicara juga.
"tapi gak apa apa,yuk"ajak bagas sembari berdiri menarik tangan luna,luna berusaha melepaskan tangannya dari bagas.
"aku takut bagas"ucap luna dengan suara yang pelan dan sangat lembut."terakhir aja oke,sekarang kita cari yang lain"ucap bagas,luna tetap menggeleng.
"plis,yaa"ucap bagas memohon,dengan berat hati akhirnya luna mengangguk.saat itu juga luna dibawa oleh bagas berkeliling,mulai dari makan kerak telor,photo box walau luna hanya diam dan tersenyum tipis,dan banyak lagi. luna tetap diam sepanjang waktu dan tersenyum kadang kadang itupun tipis. membuat bagas gemas sendiri,bagaimana bisa ada makhluk sependiam,seanggun,dan secantik luna?
bagas mengantri untuk membeli karcis bianglala,luna mengekori dari belakang. bagas dan luna mulai memasuki sangkar itu,dan sangkarnya mulai naik. luna berpegangan pada besi dan menutup matanya,ia tak berani menengok kebawah.
"buka aja"ucap bagas,luna menggeleng cepat,bagas mengusap bahu luna perlahan.
"belajar berani,lo gak akan tau rasanya kalo lo belum coba"ucap bagas,dan itu berhasil. luna perlahan membuka matanya,jantungnya berdegub kencang. ia baru sadar sedari tadi ia menggenggam tangan bagas.luna memperhatikan pemandangan dari atas bianglala tersebut dengan kagum,banyak lampu lamou dan itu sangat indah.
"udah berani?"tanya bagas,luna mengangguk.
"gak seseram yang aku bayangin"ucap luna pelan,bagas mengacak gemas rambut luna.setelah turun bagas memilih pulang,luna mengusap lengannya yang terasa dingin. bagas dengan cepat meletakkan jaket di lengan luna. luna hanya diam diperlakukan seperti itu.
"gue gak mau bidadari gue masuk angin,soalnya dikayangan gak ada tolak angin hehe"
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Be something's
Random"luna,munduran dikit dong!"teriak bagas,luna yang merasa namanya dipanggil hanya menengok lalu mundur satu langkah dari tempat berdirinya. "cakepnya kelewatan!"lanjutnya,membuat anak anak yang ada dilapangan tersebut bersorak.