4.6 Akhir dari sebuah drama

3K 86 1
                                    


" Halo Ra? Tadi aku ditelfon polisi yang kemaren, katanya ada hal yang penting. Aku jemput kamu sekarang ya, kita ke kantor polisi bareng." Ucap Alfy dengan ponsel yang terletak diantara bahu dan telinganya. Sementara kedua tangannya sibuk mengikat tali sepatu.

" Ya udah aku siap-siap dulu. Kamu hati-hati di jalan, jangan ngebut."

Alfy tersenyum tipis lalu mengangguk walau ia tau Dara tidak dapat melihatnya. " Iya sayang." Ucapnya lalu memutuskan sambungan telepon.

Selesai mengikat kedua tali sepatunya, Alfy segera berjalan menuju mobil dan melaju membelah jalanan ibukota menuju kediaman Dara. Hanya butuh waktu sekitar dua puluh menit, mobil Alfy sudah terparkir manis di depan pagar rumah Dara.

Rupanya cewek itu sudah siap dan langsung saja menempati kursi penumpang disamping Alfy. " Apa kata polisinya?" ujar Dara membuka percakapan.

" Katanya pelakunya udah ketangkep, dan sekarang lagi dikantor polisi."

Dara mengangguk paham. " Bagus deh kalo gitu." Alfy tidak menyahut lagi dan langsung saja melajukan mobil menuju kantor polisi. Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat sedang otaknya berusaha menerka siapa yang akan ia temui di kantor polisi nanti. Siapa yang ternyata tega menyelekai dirinya dan Dara.

Selang tiga puluh menit, mobil berwarna putih itu sudah terparkir rapi di depan kantor polisi. Mereka berdua segera keluar dengan perasaan yang sama; penasaran. Baik Alfy dan Dara sama-sama penasaran siapa pelaku yang mencoba membunuh keduanya.

Begitu masuk kantor polisi, Alfy dan Dara segera disambut pemandangan tidak menyenangkan dimana ada seorang pelaku tindak kriminal yang mengamuk disana. Naluri Alfy sebagai pria membuatnya dengan refleks menarik Dara dan melindungi gadisnya itu sampai dua orang polisi berhasil membawa pria yang mengamuk itu dan mengamankannya ke dalam sel.

" Kamu gak papa?" tanyanya menatap Dara. Dara hanya mengangguk sebagai isyarat bahwa dia baik-baik saja. Alfy lalu menarik tangan Dara menuju meja polisi yang mereka temui kemarin.

" Selamat siang pak." Sapa Alfy mengulurkan tangannya kepada polisi bername-tag Irwan tersebut. Polisi itu menjabat uluran tangan Alfy dengan senyum tipis. " Selamat siang."

" Silahkan duduk, saya akan menjelaskan sedikit tentang pelaku." Ucap polisi itu sambil mengeluarkan berkas dari dalam laci. Alfy dan Dara lalu duduk bersebelahan.

" Kami sudah memeriksa TKP, kondisi mobil anda, dan juga keterangan saksi. Dan dari semua bukti yang sudah kami kumpulkan, semuanya mengacu pada satu nama. Setelah kami periksa, ternyata tersangka masih seorang pelajar dibawah umur. Kami masih menyelidiki apakah tersangka melakukan ini semua sendirian atau bersama pelaku yang lain." Irwan menunjukkan beberapa data kepada Alfy dan Dara.

"Boleh kami bertemu dengan tersangkanya pak?" tanya Dara. Irwan mengangguk " Silahkan, lewat sini." Mereka berdua mengikuti Irwan berjalan menuju sel sementara. Keduanya sama-sama penasaran.

Namun ketika melihat siapa yang ada di dalam sel, Dara tidak kuasa menahan keterkejutannya. Perlahan air matanya mulai menggenang dan itu membuat pandangannya kabur. Dalam satu kedipan, air mata itu jatuh membasahi pipi mulusnya.

" Riana?"

***

" Gue salah apasih sama lo? Sampe segitunya lo benci gue? Bukannya gue udah ngasih semuanya buat lo? Gue udah biarin lo tinggal sama bokap kan? Gue juga gak bahas apapun tentang kita di sekolah. Terus salah gue apa Na? Kenapa sampe lo obsesi banget pengen ngebunuh gue?" tanya Dara beruntun dengan air mata yang terus mengalir deras di pipinya. Sedangkan Alfy berusaha menenangkan gadisnya itu dengan mengusap punggung tangan Dara.

Lucha || END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang