"Heii Rin.. sayang.. mau sampai kapan tidur teruss.. bentar lagi zuhur lohh.." bujukan itu terdengar sangat dekat dengan telingaku. Mau tak mau aku berusaha membuka mataku dan hal pertama yang kudapati adalah dadanya Kak Julian yang bidang tersebut.
"Astagfirullah.." ucapku kaget dan langsung duduk. Tindakan yang salah mengingat aku baru saja bangun. Kepalaku langsung pusing dan dengan sigap aku menumpukan beban badan pada tangan.
"Hei.. kamu gak apa-apa?" tanya Kak Julian khawatir begitu melihatku terduduk lemas
"Gak apa-apa kak.. cuman darah rendah aja.." jawabku santai begitu pusing tersebut hilang.
"Minum dulu gih..." ucapnya sambil menyodorkan botol aqua dan aku langsung meminumnya.
"Udah baikan?" tanyanya kembali
"Udah kak... jangan khawatir berlebihan kayak gitu ahh... udah biasa tahuu.." ucapku santai dan berjalan menuju sofa depan tv.
"Maksud kamu udah biasa? Perasaan dulu kamu gak kayak gini deh.." tanyanya bingung dan duduk disampingku yang sedang bermain hp.
"Udah dari dulu sebenarnya kak... kan keluarga Rin itu keturunan darah rendah.. ditambah kegiatan Rin yang tidak sehat... jadilahh begini.." jawabku santai dan kembali memainkan game membangun kota.
"Apa ada lagi yang harus kakak ketahui?" tanyanya dan dia mendekatkan dirinya sehingga kini bisa dibilang kami duduk bersisian dengan lengan menempel satu sama lain.
"Hmmm... gak tahu deh.." jawabku super santai sambil sedikit menghindar
"Jadi.. kita mau ngapain aja nih? Mumpung di hotel kan.." tanyanya kembali ketika tidak ada yang berbicara, aku sibuk dengan tugas-tugas mayor super sayang masyarakatnya ini dan Kak Julian sibuk menonton berita di tv.
"Hmmm.. terserah kakak aja deh.." ucapku sambil lalu dan tiba-tiba saja hpku menghilang dari genggamanku
"Ihh.. kakak apa-apaan sihhh.." dumelku sambil berusaha mengambil hp yang sekarang berada di tangan Kak Julian
"Zhuhur dulu yuk.." ajaknya sambil menarik tanganku menuju kamar mandi dan kami melaksanakan sholat zhuhur berjamaah.
"Makan siangnya mau apa nih?" tanya Kak Julian ketika kami sudah siap merapihkan peralatan sholat.
"Hmmm.. terserah kakak aja.." jawabku dengan nada yang sama dan kembali menuju sofa
"Kamu ini.. bisa gak sih jawabannya jangan terserahh.." akhirnya Kak Julian sedikit meledak.
"Hmmm.. kalau gitu ngikut kakak aja dehh.." bukannya memberikan jawaban yang diinginkan Kak Julian, aku kembali memberikan jawaban yang ambiqu
"Arinnnn.." geram Kak Julian dan tiba-tiba saja aku sudah berada diatas pangkuan Kak Julian
"Ih.. kakak.. turunin Rin.." ucapku kaget dan memberontak
"Gak sebelum kamu memberikan jawaban yang pasti.." balasnya dan mulai menyerangku dengan serangan gelitik.
"Ya allah kakk.. ampunn.. jangan gelitikin.. geliii.." ucapku di sela-sela tawaku.
"Ampun kakk.. iya kak iyaa.. Rin kasih jawaban.." akhirnya aku menyerah dan Kak Julian menghentikan serangannya dan aku terengah-engah di dalam pelukannya.
"Jadii.. mau makan dimana? Di kamar atau di ruang makan?" tanyanya lagi ketika aku sudah bisa bernapas teratur
"Dibawah aja dehh.. kalau dikamar nanti yang ada bukannya makan malah main.." jawabku dan segera melepaskan diri lalu menyambar kerudung langsung.
Kali ini kami berjalan sambil bergandengan tangan dan mengobrolkan hal-hal kecil. Makan siang yang agak terlambat itu pun terasa sangat menyenangkan. Baru kali ini aku mendapatkan suasana makan siang yang seru selain bersama Arini ataupun trio menyebalkan itu. Selesai makan siang kami kembali kekamar dan mulai merapihkan kado-kado yang bertumpuk tersebut.
"Nanti kita pulang naik apaan kak?" tanyaku sambil menumpuk kado yang seukuran didalam kardus yang diminta oleh Kak Julian.
"Kakak bawa mobil kok.. nanti malam langsung pulang ke rumah kita.. bukan ke rumah orang tua..." jawabnya sambil merapatkan kardus yang sudah kuisi.
"Hooo.. oke dehh.." sautku kembali memasukkan kado-kado tersebut kedalam kardus kosong
"Ngomong-ngomong kenapa kamu gak buka kadonya sekarang aja??" tanya Kak Julian ketika menyadari tidak ada satu pun kado tersebut yang kubuka
"Hmm.. lebih baik dirumah aja kak... selain gak nyampah sembarang, lebih muda packingnya juga.." jawabku dan akhirnya selesai memasukkan kado-kado tersebut.
"Yukk bantuin kakak bebenah.. kita check out sekarang aja.." ucapnya ketika melihatku kembali berjalan menuju tempat tidur.
"Ehhh... koper Rin udah rapih kok.. tuhh.." elakku sambil menunjuk kearah koperku yang tinggal di tutup.
"Gituuu yaaa... gak mau bantuin kakak.." ucapnya dengan nada yang aneh, sehingga mau tak mau aku langsung memperhatikan wajahnya dan disana terpampang dengan jelas senyuman mematikannya itu. Aku tahu pasti ada sesuatu yang diinginkannya dan itu bisa sangat merugikanku.
"Hmmm... kakak mau ngapain?" tanyaku waspada ketika melihat dia berjalan perlahan menujuku
"Menurut kamu?" bukannya menjawab dia malah balik bertanya dan masih menggunakan senyuman anehnya tersebut. Sebentar.. kalau kubilang itu bukan lagi sebuah senyuman, melainkan sebuah cengiran bak psikopat ketika melihat mangsanya.
Satu langkah dia jalan mendekat, satu langkah ku jalan menjauh. Begitu terus hingga akhirnya aku terpojok. Tuhann tolong akuuuu.. Ketika aku sibuk berdoa dia tidak berbuat yang aneh-aneh, tiba-tiba saja aku merasa ditarik dan kini aku sudah berada di dalam gendongannya Kak Julian. Kaget aku melihat wajah Kak Julian yang kini berada beberapa centi dibawahku.
"Kakak ngapain sihh.. turuninn ahhh.." ucapku sedikit berontak
"Gak mauu.. sebelum kamu bantuin kakak ngerapiin barang kakak.." balasnya dan membawaku menuju tempat tidur.
"Ihhss.. kakkk.. ngapain sihhh.. masih siangg.."protesku semakin berusaha melepaskan diriku.
"Jangan banyak gerak Rin.. kamu itu berat.. nanti jatuh loh.." ledeknya dan tiba-tiba saja dia menjatuhkanku diatas tempat tidur.
"Astagfirullah.." ucapku kaget karena tiba-tiba saja aku sudah berada diatas tempat tidur dengan Kak Julian diatasku.
"Mau bantuin kakak??" tanyanya lagi masih dengan nada jahil.
"Iya-iyaa Rin bantuin.. geser duluuu.." jawabku akhirnya menyetujuinya dan dia langsung menyingkir setelah memberikan kecupan ringan di bibirku.
"Emang apaan lagi sih yang mau di rapiin kakk.. kan semuanya udah rapih tuhh.." dumelku ketika melihat kopernya lebih rapih dariku. Bahkan bisa dibilang dia hanya membawa 1 buah ransel sedang dan itu sudah rapih.
"Gak ada.. kaka cuman pengen jailin kamu aja.." ucapnya dan diapun tertawa bahagia.
"Jangan ngambek dongg.. masa istri kakak gampang banget ngambekk.." bujuknya ketika aku berlalu begitu saja dan kini duduk disofa.
"Yaa abisnya kakak sihh mainnya gak enak.." dumelku semakin kesal.
"Yaa... terus apa dong yang bisa kakak lakukan supaya kamu gak ngambek lagii?" tanyanya yang kini duduk disampingku
"Beliin Rin mcflurry rasa oreo dan ice coffe float..." jawabku menyerah dengan sikap lembutnya.
"Oke okee.. kita pergi abis sholat ashar yaaa.." ucapnya dan kami menunggu adzan yang sebentar lagi berkumandang.
Selesai sholat ashar, kami bergantian membawa kardus-kardus dan barang-barang lainnya keluar kamar. Untung saja Kak Julian lagi pintar,jadinya dia memanggil bellboy hotel untuk membantu kami membawa barang-barang ini ke mobil. Selesai memasukkan barang-barang tersebut kedalam mobil, kami melaju pulang.
つずく
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Novela Juvenil'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...