“Eoh… Aku adalah si dingin itu”
Suara lembut itu lagi, Eunkwang membalikkan badannya dan melihat gadis yang sama seperti dirumah abu. Gadis itu mendekat, ia berdiri tepat disebelah Eunkwang dan mengadahkan telapak tangan menangkap butiran salju yang turun.
“Mimpi yang sangat indah meski aku tidak merasakan apapun” Eunkwang menatap gadis itu dan tersenyum.
Gadis itu membalas senyuman Eunkwang. Meski tampak dingin dan pucat, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa pria itu menyukainya. Gadis es yang berubah menjadi banyak tersenyum semenjak bersamanya.
Perlahan tangan gadis itu terangkat mengarah kewajah Eunkwang yang lesu berniat untuk membelainya sejenak. Namun, tepat sebelum tangan itu menyentuhnya dia memudar. Tangan Eunkwang mencoba meraih tangan gadis yang semakin lama menghilang bak ditelan cahaya.
Semua sia-sia karena dia lebih dulu menghilang dari pandangannya. Rasa sakit dan kebingungan tercampur menjadi satu. Ia berputar ditempatnya memastikan pandangannya tidak melewati setiap incinya, namun hasilnya nihil. Dia benar-benar pergi.
(***)
“HYUUUUNG!!!! HYUNG!!!!”
Teriakan keras yang terdengar jelas ditelinganya membuat Eunkwang membuka matanya perlahan. Cahaya silau membuat mata sulit terbuka denga utuh. Punggungnya terasa sakit saat dirinya hendak membenarkan posisi.
Perlahan matanya terbuka utuh, didapatinya coklat panas yang sudah sangat dingin bahkan mungkin sudah membeku. Sekeliling yang sebelumnya gelap sekarang sudah berubah menjadi sangat terang.
“Hyung! Kenapa kau tidur disini?”
Eunkwang tahu suara itu, dilihatnya Changsub dan Hyunsik yang berdiri disebelahnya. Pria itu tampak kebingungan dengan posisinya saat ini.
“Apa aku tidur disini?” tanyanya.
Mereka berdua mengangguk,”kami kebingungan mencarimu sejak tadi. Ponselmu ada dikamar, aish menyebalkan!” omel Changsub.
“Kau baik-baik saja?” Hyunsik menampakkan rasa khawatir itu dengan sebuah pertanyaan.
Eunkwang mengangguk meyakinkan temannya itu. Pria itu saat ini dengan malas mendengarkan ocehan Changsub, ia memilih diam dan mendengarkan. Dia tahu telah membuat yang lain khawatir termasuk Changsub yang sudah berteman dengannya semenjak bangku SMA.
Mulut Changsub berhenti berbicara saat ponselnya berdering. Ia memberi kode bahwa Minhyuk tengah menelponnya. Selesai dengan telepon itu mereka bertiga bergegas kembali kekamar masing-masing.
“Eoh… Aku akan menyusul… Biarkan aku membenarkan punggungku” Ucap Eunkwang.
Setelah kepergian kedua temannya, Eunkwang berdiri dari kursinya. Dia menggoyang kecil gelas coklat dingin itu dan ternyata tidak membeku. Singkat kata ia menghabiskan sisa coklatnya lalu berjalan meninggalkan tempat itu untuk bersiap pulang ke Korea.
(***)
“Ne… Gamsahamnida…”
Sena membungkukkan badan usai memberikan pelayanan kepada pengunjung café dari balik meja counter. Pekerjaan di sore hari tampaknya sangat dinikmati oleh gadis itu. Dia jarang terlihat pada shift pagi katanya sore hari lebih terasa menyenangkan.
Namun, dijauh lubuk hatinya ia terus memikirkan bagaimana menemui Eunkwang. Tak banyak yang ingin dikatakan selain ucapan terimakasih atas semuanya termasuk ucapan permintaan ma’af dari mendiang sepupunya.
Seraya menunggu pengunjung lain datang atau maghrib datang, gadis itu mengelap gelas-gelas yang tertata dibelakang meja counter. Satu per satu gelas kaca maupun cangkir keramik itu mengkilap dan bersih, senyum terus terpancar diwajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TIME: When I Love You ☑
Fanfiction"SENA!!!!!!!!!!!" Teriakan Eunkwang juga kecepatan lari Minhyuk tak mampu mengejar gadis berkerudung itu. Sangat jelas kedua bola mata mereka melihat tubuh Sena terpelanting dan berguling diatas bumper mobil hitam itu. Tepat saat tubuh kecilnya jatu...