“Ahh, aku ketiduran lagi,” gumam seorang namja berkulit putih dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Wonwoo mengerjabkan mata beberapa kali seraya meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku setelah tertidur dengan posisi yang tidak pas cukup lama. Ia membangkitkan diri kemudian berjalan ke arah pintu keluar.
Krek Krek
“Loh, kenapa tidak bisa dibuka?!," monolognya dengan khawatir. Wonwoo mulai panik. Ia lalu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Yah, pantas saja tidak bisa dibuka. Sudah lewat jam 10 dan pasti penjaganya sudah pulang.” Namja itu mencoba untuk tetap tenang —sama seperti suasana ruang baca tempatnya berpijak saat ini— sambil terus menggedor-gedor pintu dengan brutal berharap akan ada yang mendengar lalu menolongnya. Setidaknya itu yang bisa Wonwoo lakukan saat ini sebelum ia mulai putus asa karena tak kunjung mendapatkan sahutan dari luar sana. Wonwoo mendesah kasar. Ia berbalik menyandarkan punggungnya pada pintu kayu itu. Kepalanya tertunduk menatap sepasang kaki jenjangnya. Ia menyerah.
Para penjaga dan pustakawannya pasti sudah pulang, huh, jadi aku harus menginap di sini?, batin Wonwoo.
Lelaki kurus itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan gelap itu. Suasana begitu sepi dan sedikit membuatnya takut. Sekali lagi, ingatkan Wonwoo bahwa ia hanya sendiri di tempat yang penuh oleh rak-rak tinggi berisikan buku-buku. Ia tak memiliki alasan untuk tidak takut. Terjebak di sini, semalaman? Wonwoo mencebikkan bibir, merutuki kecerobohannya dengan tertidur di tempat seperti ini. Sempat berperang batin, Wonwoo akhirnya memilih untuk beranjak dan kembali ke tempatnya semula. Memilih posisi ternyaman di atas kursi keras lalu menelungkupkan kepalanya di atas ensiklopedia tebal. Tanpa melepas kacamata yang dipakainya, Wonwoo melanjutkan kembali mimpinya.
—
Silau sinar mentari pagi memaksa menerobos ventilasi perpustakaan. Menerpa wajah pucat sosok Wonwoo yang tampak terusik dengan itu. Kelopak mata sipitnya bergerak-gerak menandakan namja itu akan terbangun dari tidurnya. Lelaki kurus itu menguap lebar sebelum memeriksa arloji di pergelangan tangannya.
“Hoamm, jam berapa ini?,” monolognya.
“Sudah cukup siang. Harusnya penjaga perpustakan sudah tiba. ” Namja itu membangkitkan diri, mengumpulkan tenaganya, kemudian mulai menggedor-gedor pintu lagi.
***
Bruk Brukk Brukk…
“Itu suara apa ya?, “ ujar seorang penjaga perpustakaan menghentikan kegiatannya membersihkan perpustakaan. Penjaga itu merasa curiga lantas berjalan mendekati sumber suara. Langkahnya kemudian terhenti di depan pintu ruang baca. Dahinya mengernyit dan sebelah alisnya terangkat. Dentuman itu terasa begitu keras dari sini. Penjaga berperawakan tinggi itu pun bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi di balik pintu itu. Ia penasaran bukan main, setelah melirik sejenak pada kumpulan kunci yang tergantung di sisi sabuknya, penjaga itu menarik salah satu kunci dan di arahkannya pada lubang kunci. Sebelah tangannya memegang sapu erat-erat, berjaga-jaga apabila di balik pintu itu ada orang jahat.
***
“Ahh, kenapa tiba-tiba aku merasa pusing,” gumam namja berkulit putih itu sambil memijat pelipisnya. Ketukannya pada pintu kayu pun jadi melemah dan kakinya mulai lemas. Wonwoo baru sadar kalau ia belum makan sejak kemarin siang. Ia mendesah kasar, rasa pusing pada kepalanya semakin menjadi. Selain itu, pandangannya memburam. Wonwoo menggeleng pelan, berusaha mengumpulkan kesadarannya yang mulai pudar. Seketika tubuhnya ambruk bersamaan dengan dunia menggelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Sleep Away ☆ Meanie
Fanfictionpea-chy ©2018 [REVISED; COMPLETED] Mereka bertemu karena ketidaksengajaan. Namun, takdir yang digariskan telah mempersatukan keduanya dalam sebuah ikatan. was written on 2017