chapter 4. Lepas Perawan

31.9K 1.4K 96
                                    


Refan melihat-lihat toko bunga sang mertua. Refan masuk ke dalam toko, saat ada beberapa pembeli di sana.

"Wow.... Bu Hani, itu siapa? Karyawan baru?" tanya seorang ibu. Hani langsung menoleh ke belakang. Agak terkejut Hani melihat menantunya sudah ada di dalam toko.

"Oh bukan Bu, ini mantu saya," jawab Hani. Yang langsung menarik lengan Refan, bingung Refan di sana. Apa lagi para ibu-ibu, semua heboh melihatnya.

"Mantu Bu, yang benar Bu Hani? Masa ia dia suami Haraya?" Seorang ibu satunya lagi bertanya dan agak sanksi dengan jawaban Hani. Mereka memang tidak diundang saat pernikahan Haraya. Hingga tak tau wajah suami Haraya.

"Tapi emang dia suami Haraya anak saya Bu," tegasnya.

"Hahaha, ibu kalau ngayal ya jangan tinggi-tinggi toh, mana mungkin cowok guanteng kaya artis gini, suami anak ibu yang... Maaf ya, urakan gitu."

Refan tersentak, separah itukah istrinya? Sampai-sampai, ibu-ibu mengatakan hal seperti itu?

"Permisi, tapi saya memang menantu dari Bu Hani." Refan ikut bicara, saat melihat Bu Hani sudah merah menahan amarah dan malu, tentunya. Karena si ibu bicara seperti itu tentang putrinya di depan suaminya.

Sebagai seorang suami, Refan merasa terhina istrinya dibilang urakan. Seakan Raya tak pantas untuk menjadi istrinya.

"Oh, ja...jadi... Benar kamu menantu dari Bu Hani?" tanyanya dengan wajah menunduk malu. Refan mengangguk tegas, sembari memeluk bahu sang mertua.

"Bu Hani, aduh saya jadi malu ini, maafin saya ya Bu."

"Nggak apa-apa."

"Beneran Bu?"

"Iya, tapi beli bunganya nggak boleh nyicil lagi."

"Yah... Ibu jangan gitu dong!"

"Terserah, mau apa nggak?"

"Ia, Bu saya bayar lunas kok. Jangan marah ya Bu."

"Iya, udah mana uangnya?"

Si ibu gelagapan mencari uang di dompetnya. Ia nampak menimbang bimbang uang 50 ribuannya. Uang ditarik, masukin lagi, tarik, masukin lagi.

Hani gemes, ia rebut langsung uangnya dan tersenyum senang.

"Makasih Bu, sering-seringlah beli bunga di sini ya. Hehehe."

Refan ternganga....!

****

Haraya baru saja pulang dari menjelajah wilayah kompleknya. Iaa lupa ingatan mungkin, sudah punya suami tapi masih asik main sendiri.

"Emak, Har, laper Mak!!" teriak Haraya di meja makan. Refan kaget setengah mati di dalam kamar. Ia langsung keluar dan melihat 'istrinya' sedang duduk dengan kaki diangkat ke kursi. Refan sampai diam tak bersuara?

Kenapa wajah dan perilakunya beda sekali ya?

"Ray," panggil Refan. Haraya menoleh. Kaget ia dibuatnya. Kok dia masih di sini aja sih, kapan pulangnya coba? Gumam Haraya.

"Eh Lo, masih di sini, gue kira udah pulang hehehe." Haraya garuk-garuk kepalanya.

"Turun kaki nya," pinta Refan. Haraya langsung menurunkan kakinya. Meringis memandang Refan.

"Kamu dari mana?" tanya Refan, kini ia sudah duduk di samping Haraya. Membuat Haraya tidak nyaman.

"Main," jawab Ray, cepat. Refan menghela nafas. Menarik jemari Raya.

"Ray, kamu itu sudah menikah, aku suamimu di sini. Tolong hargai aku. Kamu bukan anak-anak lagi, Ray, kamu sudah menjadi seorang istri, " nasehat Refan. Haraya memajukan bibirnya tanda kesal dan malas mendengar omongan Refan.

Refan Dan Istri Tomboy-nya (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang