9.Pendekatan 2

16.3K 593 5
                                    


Happy reading

***

Dion melajukan mobilnya dengan perasaan bahagia. Tadi setelah selesai makan di restoran, mereka melanjutkan acara mereka ke tempat bermain yang ada di sana.
Anak-anak tampak lebih ceria dari biasanya. Mereka berceloteh, menceritakan ini dan itu. Mereka seperti berebut mencari perhatian Anjani.
Dion sesekali tersenyum menanggapi celotehan anak kembarnya. Ia merasa bahagia, hidupnya terasa lengkap. Ada papi, mami dan anak kembar yang lucu.
Eh? Mami?
Hahaa apa-apaan Dion ini. Sepertinya ia sudah kehilangan akal.
Sibuk dengan pikirannya, ia sampai tidak sadar jika ia tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri.

"Pak!" Anjani membuyarkan lamunannya.

"Eh, iya," sahut Dion.

"Bapak kok senyum sendiri sambil geleng-geleng kepala?"

"Ahh ... itu cuma perasaan kamu saja," elak Dion.

"Papi, besok kita jadi kan liat gajahnya?" tanya Kana.

"Jadi dong," sahut Dion.

"Yeee yee!" seru kedua putranya serempak.

"Tante, besok ikut lihat gajah ya," Rion berkata pada Anjani.

"Iya Tante, ayok ikut kita," sambung Kana.

Anjani hanya diam mendengar ajakan dari si kembar.
Merasa tidak tega melihat tatapan memohon dari si kembar, Anjani menoleh ke arah Dion. Dion pun mengangguk kan kepalanya, tanda bahwa ia setuju Anjani ikut serta dalam acara berliburnya besok.
Anjani tersenyum dan mengangguk kan kepalanya, membuat si kembar bersorak riang.

Mobil Dion berhenti tepat di depan rumah Anjani.

"Emm ... mampir dulu, Pak."

"Tidak, terima kasih. Emm ... mungkin lain kali saya akan mampir."

Anjani menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Da-da, Tante." Rion dan kana melambaikan tangan mereka ke arah Anjani. Anjani pun membalas lambaian tangan dari si kembar.

***

Anjani membolak balikkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Ia merasa senang dan gugup, ia bingung memikirkan acaranya besok.
Haruskah ia menggunakan kesempatan ini untuk mendekati dion dan kemudian mengambil hatinya atau kah ia harus tau diri dengan cara mundur perlahan dan melupakan semua anggannya untuk bisa bersanding dengan Dion. Secara Dion adalah atasannya dan juga lelaki yang sudah beristri.

Di tengah lamunannya ponsel Anjani berdering.
Anjani menyerngit heran

"Aneh, malam-malam begini kok ada telpon dari nomor nggak dikenal, siapa ya ...." Kata Anjani sambil memandangi layar ponselnya.

"Halo ...," sapa Anjani.

"Halo ... Anjani?"

Deg.....
Suara ini.... bukan kah suara ini milik Pak Dion? Batin Anjani.

"Si-siapa ya?" tanya Anjani.

"Anjani, ini saya Dion."

"Bapak? Kok Bapak bisa telpon?"

Tidak perlu heran Dion mendapatkan nomor Anjani dari siapa.
Hal ini menjadi perkara yang sangat mudah untuk Dion.

"Hehee iya. Saya cuma mau memastikan, besok kamu jadi ikut kan?"

"Eemm ... maaf Pak, apa saya tidak mengganggu ya?"

"Mengganggu?! tentu saja tidak."

"Lalu bagaimana dengan istri Bapak, apakah nanti tidak akan marah melihat saya ikut di dalam acara keluarga."

"Tidak ... istri saya tidak akan marah,  dia tidak pernah berada di rumah. Bahkan acara ke kebun binatang besok pun dia tidak tahu sama sekali."

Anjani terkejut mendengar penuturan Dion. Apakah ia harus senang atau kah bagaimana. Apakah ini jalan menuju 'Roma'? Ehh, Roma??
Hahaa Anjani tertawa. Menertawakan pikirannya.

"Emm ya sudah, saya hanya mau memastikan saja," sahut Dion.

"Iya, Pak."

"Sampai jumpa besok."

Anjani menganggukan kepalanya.
Dia sampai lupa bahwa lawan bicaranya di telpon tidak tahu kalau ia sedang mengangguk.

***

Tiba saat yang ditunggu-tunggu.
Hari minggu pun tiba. Mobil Dion berhenti di depan rumah Anjani. Sebelum Dion keluar dari mobil, Anjani terlebih dahulu keluar dari rumahnya menuju mobil Dion berada.

"Selamat pagi." Sapa Anjani setelah ia mendaratkan pantatnya di jok depan.

"Selamat pagi, Tante ...," sahut si kembar.

Dion hanya tersenyum kepada Anjani
Tanpa menunggu lagi, Dion pun bergegas melajukan mobilnya.

***

Semarang, 7 Oktober 2018

Salam

-Silvia-

Repost 20-01-2021

Menjadi Wanita Kedua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang