Mentari terbit, burung-burung pun menyanyikan lagu di atas titik-titik embun yang hinggap pada daun, bunga-bunga bermekaran menandakan pagi yang indah. Berbeda dengan perempuan berparas manis yang bangun dengan keadaan berantakan, dengan malas perempuan itu melangkah gontai menuju toilet di dalam kamarnya.
"Adlin?" ucap wanita paruh baya itu sedikit berteriak memanggil anak perempuannya.
"Bangun sayang,"
Sekarang wanita itu sudah ada di depan pintu kamar anaknya."Udah mah," dengan nada malas ia menjawab.
"Oke deh, jangan lama lama ya siap siapnya biar kita sarapan bareng,"
"Biasanya juga mamah jam segini udah berangkat, tumben banget ngajak sarapan bareng,"
"Kamu kok gitu sih ngomongnya, kita ini kan cuma tinggal berdua gapapa dong sesekali mamah ajak kamu sarapan bareng, udah ah cepetan,"
Adlin mengerlingkan matanya dan memulai ritual paginya yaitu mandi air hangat.
Beberapa menit kemudian Adlin telah siap dengan seragam sekolah serta tas gendongnya, ia pun segera turun ke lantai bawah dan duduk di salah satu kursi meja makan."Hari ini kamu jadi kan penelitian?"
"Jadi mah,"
"Nih tadi mamah udah nyuruh bi surti bikinin bekel buat kamu, perjalanan kamu kan lumayan panjang, nanti kalo kamu kelap—,"
"Udah deh mah, adlin bisa ngurus diri sendiri, mamah gausah repot repot," potong Adlin.
Segera ia meminum susu yang telah disediakan di meja makan dan segera keluar dari rumahnya tanpa menghiraukan raut wajah ibunya yang sedih akan sikapnya."Pagi non," sapa Pak Yadi, supir pribadi Adlin dengan ramah.
"Pagi pak, berangkat sekarang aja ya pak,"
"Siap non,"
Pak Yadi langsung menuju mobil yang daritadi telah dipanaskan olehnya, sedetik kemudian Adlin telah berada di jalanan Kota Bandung yang sedikit ramai oleh kendaraan.
Bandung memang selalu menjadi kota yang paling Adlin suka, suasananya yang sejuk, hingar bingarnya, dan semua kenangan yang pernah Adlin ukir bersama keluarganya sewaktu kecil, sebelum sebuah insiden menghancurkan semuanya. Seketika lamunannya terhenti karena mobil yang ditumpanginya berhenti tepat di depan gerbang sekolahnya.
"Pak, nanti gausah dijemput ya soalnya kayanya saya penelitiannya bakal sampe malem,"
"Aduh non, nanti saya dimarahin ibu kalo non pulang malem sendirian,"
"Nanti adlin ngomong ke mamah pak,"
Adlin pun masuk ke dalam sekolah, seperti biasa semua orang di lorong selalu memerhatikan Adlin, bagaimana tidak Adlin memiliki wajah yang tergolong sempurna. Bulu mata yang lentil, hidung mancung, kulit putih bersih, dagu yang lancip dan bentuk tubuh yang sempurna.
Adlin merupakan salah satu 'most wanted' di sekolahnya, sudah banyak yang ingin menjadi pasangannya namun belum berhasil meluluhkan hati Adlin.
"Baik anak anak, seperti yang sudah diumumkan sebelumnya bahwa hari ini kita akan melakukan penelitian tentang seni tari topeng, semuanya harap menaiki bus yang sudah disediakan," ucap laki laki bertubuh gempal tersebut menggunakan pengeras suara.
"Iya paaaakkk..." serentak murid murid mengiyakan dan segera menuju bus bus yang telah berjejer rapih.
Setelah perjalanan yang cukup panjang murid murid pun sampai pada destinasi penelitian mereka tentang Tari Topeng di Kota Udang, Cirebon.
Terlihat dari kejauhan Adlina sedang merapihkam tas bawaannya dan membawa notebook dan alat tulisnya. Kemudian murid-murid pun mulai membuat barisan mengarah pada guru lelaki yang sudah siap memberi pengumuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMA & ADLINA
RomanceJadi, cerita ini adalah cerita yang dibuat secara dadakan. Jadi, cerita ini udah pasti gajelas. But, hope u enjoy!🖤