Pria itu tampak gagah saat menggunakan tuxedo nya yang berwarna hitam yang senada dengan kemeja berwarna putih.
"Selamat atas pernikahanmu, Dave." Kata Evan sambil menepuk pundak Dave pelan yang di lanjutkan dengan senyuman kebahagian yang begitu terpancar dari raut muka sang ayah.
Dave membalas senyuman itu dengan sedikit kecut. Bukan ini yang ia inginkan, bukan Neivel yang ingin ia nikahi melainkan wanita bernama Quinziiy yang sekarang keberadaannya sama sekali tak di ketahui olehnya. "Thanks dad." UcapDave datar.
Suasana di Paris pagi itu begitu di sinari dengan matahari yang sangat terang. Betapa indahnya pagi itu yang turut di sertai dengan altar yang menjulang di atas kolam renang salah satu hotel milik Mr.Revano, tapi tidak ada yang tau bagaimana suasana hati Dave saat ini, dia berpikir keras atas apa yang sedang terjadi padanya dan Quinziiy saat ini.
Bagaimana caranya takdir memisahkan mereka berdua dengan cara sekeji dan sesakit ini.
"Pah aku mau ke depan dulu. Asgar dan teman temanku sedang menunggu di depan." Kata Dave sambil menundukan kepala di hadapan Evan.
"Tentu saja nak. Pergilah dan sambut mereka di hari bahagiamu ini." Ucapan Evan sama sekali tak di respond oleh Dave dan hanya pangsung beranjak pergi meninggalkan Evan yang sedang menatapnya.
"Lex, apa ini betul Dave kita? Kau seperti pengemis bahkan saat hari bahagiamu teman. Tersenyumlah." Ucap Asgar dengan wajah yang berseri seri.
"Moodku sedang hancur. Bisakah kalian pergi dan duduk di sana. Melihat wajah kalian satu persatu membuatku ingin bunuh diri." Sambung Dave dengan senyuman sinis.
"Tidak setiap perpisahan harus ada kesedihan Dave. Relakan saja dia pergi dan buka lah hati mu hanya untuk Neivel." Bisik Asgar pelan dan kemudian pergi bersama dengan rombongannya meninggalkan Dave yang terus saja menundukan mukanya.
Flashback On
Pintu gerbang itu terbuka lebar saat sebuah mobil berwarna merah terang masuk ke dalam sebuah mansion yang besar dan mewah.
"Selamat datang tuan Orviller" Ucap salah satu satpam.
Dave keluar bersama Neivel yang terus terusan saja memegang lengannya. "Lepas. Aku bisa jalan sendiri." Bentak Dave sambil melirik tanjam kearah wajah Neivel.
"Dave aku calon ist..." Perkataannya terhenti saat Dave makin meliriknya dengan sinis.
Pintu mansion itu terbuka lebar saat Dave sampai di depannya. Clara dan para pelayanpun terlihat sedang berbaris rapi saat menunggu kepulangan Dave dari rumah sakit hari itu.
"Clara? Apa Quinziiy datang ke rumah? Mencariku atau berkata bahwa dia merindukanku? Ohh god aku ingin sekali mencubit pipinya saat ini." Ucap Dave sambil tersenyum dan sesekali memperhatikan sudut demi sudut mansion mewah itu.
Clara tertunduk dan diam tanpa sepata kata saat Dave melontrakan pertanyaan itu secara mendadak. "Ahh Dave kamu harus istirahat bukan? Clara tolong kamu bawakan barang barang Dave yang masih tertinggal di dalam mobil." Suasana hening itu di pecahkan oleh Evan yang tiba tiba saja menarik lengan Dave sambil mengajaknya berjalan.
Sesampainya di dalam kamar, Dave dengan cepat melirik wajah papanya yang seakan menyimpan begitu banyak rahasia.
"Pah? Sebenarnya ada apa ini? Mana kekasihku?" Tanya Dave dengan raut muka kebingungan.
Awalnya Evan hanya diam sambil berjalan bolak balik di depan Dave. Memikirkan cara terbaik untuk memberitahu informasi lengkap soal latar belakang Quinziiy.
"Papa ingin kamu sembuh dan tidak terfikirkan lagi soal Quinziiy." Evan mencoba duduk di samping anaknya yang berada di pinggiran ranjang
Dave megerutkan keningnya dan kembali menatap tajam kearah Evan. "Papa sedang bicara apa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Beautiful Revenge For Quinziiy
RomanceHidup Dave hancur karena keluarga Geraldy yang ingin menjadikan ia sebagai penerus perusahaan Geraldy NY Company. Tapi bagaimana kalau saat itu ia masih berada di dalam kandungan? Lucia Geraldy yang ingin sekali memiliki keturunan ternyata mempunyai...