Dengan ini mari kita buktikan seberapa tulus aku menyayangimu
_____________________________________
Saat ini kelas Alka di landa kericuhan, bagaimana tidak, di papan tulis terpasang Banner bertuliskan ucapan semangat untuk para peserta lomba.
Alka, wilda pasti bisa!
Ditambah lagi terpampang jelas foto Alka dan Wilda.
Ya. Hari ini adalah hari perlombaan mereka, dekat dekat saja. Hanya di lokal SMA Bangunjaya yang terletak tak jauh dari sekolah mereka. SMA dirgantara.
Kembali ke tadi, Alka cukup senang karena semua teman teman mendukungnya, tak jarang siswa lainya mengucapkan ucapan semangat.
Di sisi lain, ini juga di rasakan Wilda di kelasnya. Banner sebesar papan tulis pun juga terpasang menutupi papan tulis.
"Semangat sayangkuu" ucap Kesya dan Nada bersamaan.
Wilda tersenyum. Apa lagi ketika melihat fotonya terpampang jelas di samping foto Alka, senyumya merekah sempurna. Tunggu apa lagi, jelas ini membuatnya makin makin dan makin semangat, ini juga menjadikanya acuan agar bisa lebih semangat untuk mendapatka predikat pemenang dan lolos ke babak selanjutnya.
"Makasiiiih, kalian the best pokoknya" ucapnya sambil merangkul Kesya dan Nada.
"Lo harus lolos. Biar bisa tambah deket deket sama si Alka" celetuk Kesya sambil menyenggol lenganWilda
"Apaan sih" ucap Wilda malu.
Wilda segera menuju ke kantor setelah mendengar suatu pengumuman.
Panggilan untuk Alka Ramatha dan Wilda megananda, harap menuju ke sumber suara sekarang juga.
Setelah do'a bersama kedua sahabatnya, Wilda pun pergi. Di sana sudah berdiri Bapak kepala sekolah, Pak Brawijaya dan juga Alka. Wilda mendekat kemuduan berdiri di antara mereka.
"Sudah siap?" Tanya Pak Brawijaya.
Keduanya mengangguk. "Sudah"
Sebelum pergi, Alka menyalami Pak Brawijaya, yang membuat Wilda bingung adalah ketika Alka menyebutnya dengan sebutan papa.
"Alka berangkat ya, Pa". Keraguan Wilda menguat setelah mendengar jawaban Pak Brawijaya.
"Hati hati ya sayang, kamu memang anak kebanggaan"
***********
Di sinilah mereka sekarang, di dalam mobil milik Alka, tak ada topik obrolan di antara mereka. Alka sedang fokus menyetir, sedangkan Wilda membaca buku.
Ia masih memikirkan perihal tadi, bukankah Pak Brawijaya itu ayah Alden?. Tapi kenapa Alka juga memanggilnya dengan sebutan papa?
Dia menarik nafas, memberanikan diri untuk bertanya pada Alka atas apa yang sulit tergambarkan.
"Alka?"
"Ya?" begitu jawabnya.
"Ta-tadi itu... Kamu panggil Pak Brawijaya--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kara
Teen FictionNafasnya yang tak beraturan mungkin cukup menjadi bukti dimana hatinya sedang tak karuan. Alden semakin mendekatkan Wajahnya ke arah wilda, lebih tepanya berada di samping telinga gadis itu. Tak segan segan membuat nafas gadis yang di depannya semak...