[Heiyooo. Jadi hari ini aku bawa part dengan sejuta cerita di dalamnya. Happy enjoy it.
And FYI, kelas Archimedes mau diterbitin :')]
***
"Alta makan sayang."
Ibu sudah sekitar lima kali gedor pintu kamar gue. Menyuruh gue makan karena sejak kejadian kemarin satupun makanan belum masuk ke perut gue. Hari ini gue sengaja meliburkan diri dari sekolah. Berdiam diri di dalam kamar, menatap foto di kalender milik gue sekelas. Dan kembali menangis. Gitu berulang-ulang sampai gue lupa udah berapa kali.
Sampai rasanya ibu capek terus gedorin pintu kamar.
"Alta." Suara halus agak tegas milik ibu menelisik indra pendengaran gue. Wanita paruh baya yang paling cantik sedunia ini membuka pintu yang emang dari kemarin nggak sempet gue kunci. Beliau terkaget melihat keadaan gue yang acak kadul, sebelum akhirnya dia duduk di pinggiran ranjang kasur gue.
"Alta, kamu kenapa ta nduk?"
Ibu menatapku iba.
"Bu.." Tenggorokan gue bener bener kering. Nafas gue memburu, kepala gue pusing. Gue hanya menangis tersenggal di depan ibu.
"Kenapa nduk?"
Seumur-umur ketika gue menginjak remaja gue nggak pernah nangis lagi dihadapan ibu. Sekalipun gue putus cinta atau apa. Gue selalu berusaha keluar kamar sambil tersenyum, tapi hari ini. Gue nggak bisa pura-pura. Gue nggak bisa senyum lagi. Gue nangis, gue nangis entah buat apa.
Bukan buat Kak Firman.
Bukan buat Haris.
Tapi buat diri gue sendiri.
Yang ibu lakukan hanya tersenyum kalem, meraih pundak gue untuk bersatu sama daster lusuhnya. Dia mengelus punggungku. Perlahan, membuat gue yang sesenggukan kini tenang.
Gue ingat terakhir kali dipeluk kayak gini sama ibu ketika gue tahu kalo nilai NEM gue kalah sama anak kelas sebelah sewaktu SMP. Dan hari ini, Ibu kembali memeluk gue.
"Ibu...." Belum sempat kalimat gue terucap lengkap. Tapi udah dipotong sama ibu.
"Ibu tahu, temen mu itu butuh kamu. Butuh dukungan kamu buat bangkit lagi. Butuh kamu untuk mengarahkan ke jalan yang benar. Kalo kamu dulu pernah memperingati nya tapi berakhir dia yang kejeblos, apakah kamu mau tetap menyerah sampe sini? Kamu mau nyerah disaat temen mu itu butuh kamu. Dia butuh kamu nduk, ada disamping dia, dukung dia, jangan biarkan dalam arah yang salah. Terus, temen temen mu yang lain butuh kamu untuk kembali bersinar."
Gue cuma diam dipelukan ibu. "Tapi Alta capek."
"Istirahat to nduk. Kesehatanmu iku prioritas. Kalo kamu ndak siap buat ngelakuin itu besok. Kamu masih punya lusa. Kamu masih punya waktu waktu selanjutnya."
Gue hanya terdiam. Melepaskan dekapan ibu. Sedangkan ibu langsung menaruh semangkuk bubur yang udah lumayan dingin kayaknya tadi pagi dibelinya. Dia tersenyum hangat, lalu menyuruh gue makan.
Hari ini mood gue lumayan naik. Apalagi bubur nya enak ayamnya banyak. "Bu, beli dimana sih buburnya? Enak banget."
"Oh itu tadi, ada temenmu yang ngasih."
Gue tersedak sebentar. "Hah? Temenku? Jangan bercanda deh Bu, temenku pelit semua. Jangankan bubur, somay aja nggak dikasih."
"Loh bener, katanya udah WA kamu tapi kamunya nggak aktif. Jadi dia anterin kesini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Archimedes
Teen Fiction11 MIPA 2. Kelas ter-bangsat yang pernah gue kenal. Kenapa gua nyebutnya Archimedes? Karena kelas ini tuh gak jelas. Kalian tahu kan 3 posisi benda dalam air yang dikemukakan Archimedes. Benda terapung, melayang, dan tenggelam. Kelas gue itu kayak b...