Part 1

132 12 6
                                    

Disclaimer: Mystic Messenger milik Cheritz. Saya hanya meminjam karakternya saja.

Selamat membaca!

.

.

.

Sebenarnya hari ini terasa biasa saja. Matahari masih terbit dari timur. Banyak daun kering yang berjatuhan, mengingat sudah memasuki musim gugur. Angin juga tetap bergerak kencang, yang sering membuat virtase serta gorden kamarnya melambai.

Hanya saja, kehadiran MC di dapur apartemennya yang membuat pagi ini terasa spesial.

Entah sedang sibuk memasak apa. Mungkin menggoreng telur, memanggang roti tawar, dan menghangatkan susu botolan. Sarapan yang klasik. Sehari-hari juga sarapan Yoosung seperti itu, apalagi jika angka di rekeningnya mengecil. Bisa minum susu saja sudah bersyukur.

"Yoosung." Piring dan mug warna toska disajikan di hadapan Yoosung. Isinya tidak hanya telur dan roti tawar, ternyata. Ada tambahan sosis dan sedikit salad. Yoosung tidak tahu saladnya terdiri dari sayur apa saja, dan ia tidak peduli.

"Kau melamunkan apa pagi-pagi begini?"

Yoosung kembali memfokuskan pikirannya dengan menghirup napas dalam. "Aku hanya penasaran kau memasak apa untuk sarapan."

"Maaf hanya ini." Ada sedikit rona merah di pipi MC dan mata cokelat yang menyipit. Ah, pasti MC merasa malu. Terlihat sekali dari jemarinya yang meremas ujung celemek sampai kusut. "Aku tidak pandai memasak. Ini saja sangat berhati-hati, takut gosong."

Bukan tawa merendahkan atau kalimat sarkastis yang diberikan Yoosung sebagai balasan. Justru laki-laki itu tersenyum lebar dan memotong sosis, kemudian melahapnya.

"Ini tidak gosong!" seru Yoosung riang. MC diam-diam menghela napas lega sebelum duduk di hadapan Yoosung, kemudian memotong sosis di piringnya.

"Syukurlah. Aku benar-benar takut jika gosong."

Yoosung mengikik dan kembali melahap makanannya sampai habis. Terakhir, menyeruput susu yang sempat dihangatkan MC.

"Oh, kau menambahkan cokelat bubuk ya?"

"Um." MC tersenyum dengan pipi bulat karena mulutnya penuh dengan roti tawar. Dikunyah dengan teliti, 33 kali kunyahan, lalu roti tawar yang sudah lumat meluncur menuju kerongkongan. "Supaya tidak bosan. Tadinya ingin kutambahkan sirup stroberi atau vanila, tetapi hanya ada cokelat bubuk di rak penyimpanan."

Senyum maklum mampir di wajah Yoosung. Benar juga sih, selama ini ia hanya menikmati susu yang tawar. Terkadang tawar plus dingin karena tidak sempat menghangatkannya. Dan ternyata, diberi tambahan cokelat bubuk enak juga.

"Tidak kuliah hari ini?" MC bertanya di sela makannya. Sebagai penerima pertanyaan, Yoosung mengerutkan kening—bingung harus menjawab apa.

"Hah?"

"Kenapa?" MC masih sibuk memotong roti tawar. Dipotong menjadi empat bagian kecil, lalu melahapnya. "Apa pertanyaanku salah?"

Ah. Yoosung sampai hapal dengan kebiasaan MC. Di pagi hari, apalagi setelah memasak lalu menyantap sarapan, MC selalu lupa dengan hari dan tanggal.

Sekarang hari Minggu dan sudah pasti MC lupa.

"Tetapi ini hari Minggu. Kau masih tetap lupa hari dan tanggal di pagi hari, ya?"

"Oh." MC menunduk. Pipinya kembali merona karena malu, tetapi bergerak pelan karena tengah mengunyah telur. Astaga, menggemaskan sekali.

"Tidak masalah."

Sebenarnya Yoosung ingin meninggalkan kursinya dan menghampiri MC, lalu mencubit gemas pipi MC yang merona dan penuh karena telur. Namun Yoosung menahannya, cukup melihat saja dan disimpan dalam memori.

"Karena kau yang membuat sarapan pagi ini, berarti tugasku mencuci piring ya?"

MC masih sibuk dengan telur dan salad yang sedikit lagi habis, tetapi menjawab dengan anggukan kepala. Ia juga tidak sabar ingin mencicipi susu cokelat panas—dadakan—yang dibuatnya. Seenak apa sih, sampai Yoosung tidak menyerukan protes?

(Padahal Yoosung tidak tahu, alasan utama MC menambahkan cokelat bubuk karena sebulan lagi produk itu kedaluwarsa).

"Baiklah."

Yoosung meninggalkan kursinya dan membawa piring serta mug ke bak cuci. Aliran air mulai membasahi piring dan mug, yang kemudian langsung dihisap sekuat mungkin oleh saluran pembuangan. Terkadang ada juga suara "squish, squish" yang terdengar saat Yoosung meremas spons penuh busa sabun.

Setelah MC menyelesaikan sarapan, ia juga membawa piring dan mugnya ke bak cuci—memberikannya pada Yoosung yang masih ada di situ.

"Ingat, hati-hati saat membilas. Nanti mugku bisa pecah lagi."

Oh, ya. Yoosung juga punya kebiasaan memecahkan piring atau mug saat mencuci. Katanya licin. Namun MC tetap kesal, walau alasan itu benar adanya.

"Dan." MC semakin mendekat pada Yoosung dan berjinjit, lalu mencium pipi kiri Yoosung. "Selamat pagi."

Fin.

———

Ini fanfiksi tercepat yang pernah saya buat. Namun, saya minta maaf jika OOC. Ini murni pakai ingatan saja, sudah setahun lebih berhenti main MM :"D

Also, happy birthday wafflelisious ! Semoga suka dengan hadiahnya hehe.

Terima kasih sudah membaca fanfiksi ini!

-marry

Pagi [YoosungxMC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang