Prolog

51 2 0
                                    

Dentuman musik keras terdengar hingga memenuhi ruang telinga. Semua orang berpesta melepas penat. Beginilah kehidupan dikota metropolitan, bahkan melihatnya sudah acuh tak acuh, karena sudah biasa. Wanita dengan gaya pakaian yang ketat dan kekurangan bahan itu yang terlihat sejauh mata memandang.

Wanita berumur 27 yang mencolok itu sudah menjadi perhatian banyak orang bagi mereka yang baru saja datang. Bukan karena kecantikan, tapi pakaiannya yang memakai blazer dan celana panjang bahan. Rielina, tertera pada nametag yang tergeletak diatas meja. Wanita itu jaksa penuntut umum. Ia meraih gelas di sampingnya cairan berwarna hitam disebelahnya bukanlah alkohol, melainkan soda.

"Riel, lo kalau gila kerja kayak gitu, bisa-bisa lo bakal jomblo selamanya!" Riel mengerutkan keningnya. Kakak seniornya memang suka sekali ceplas-ceplos. Untung lagu beat ini cukup untuk menenggelamkan suaranya.

Riel tidak mau jadi jomblo selamanya. Memang hatinya sudah bagai batu sejak 10 tahun lalu. Tapi ia tidak mau menua sendirian. "Kak, aku cuma bertanggung jawab atas apa yang—"

"Iya, gue tau lo bermimpi jadi salah satu bagian perangkat pengadilan yang penting. Lo mungkin merasa masa usia 20-an lo gak bakal berakhir. Tapi, lo itu harus nikmatin kalau engga lo bakal nyesel."

"Nyesel?" Ia tersenyum miring. 10 tahun lalu Riel pernah merasakan tenggelam dalam miliaran liter penyesalan hingga membuat hatinya kini mengeras seperti batu.

"Walaupun lo sebenernya emang nikmatin. Waktu-waktu luang kayak gini harusnya ada orang yang buat jantung lo berdebar. Harusnya ada orang yang tidak bisa berhenti lo pikirin. Terngiang-ngiang terus. Pasti gak ada, kan? Aduh... sangat disayangkan sekali ya."

Gak ada. Sekarang sudah tidak ada. "Apa ada ya?" katanya mengalihkan pandangan ke podium

"Ah Riel, lo itu, pengen banget gue gatak lo."

"Pernah kak, Tapi, rasanya masih belum waktunya."

"Siapa? Oh cinta pertama lo? Yang gagal itu? Cuma jadi secret admirer?" Rasanya sudah lama tidak membahas itu lagi. Dan kini, rasanya asing. Sangat tidak nyaman.

"Kak.."

Semua bersorak gembira. Ketika lagu diberhentikan mereka menghitung mundur untuk tahun baru. Di dalam Havinnoest, mereka merayakan tahun baru. Ini sudah kedua kalinya ia merayakan tahun di sebuah pub yang sama. Dan itu karena kakak seniornya. Bukan ikut berbahagia dan berteriak menghitung mundur, Rielina justru membeku. Sorakan gembira terpecah dengan teriakan ketakutan. Sekumpulan orang-orang tiba-tiba masuk, mereka yang katanya dari kepolisian mulai berlari kesana kemari, entah siapa yang dicari. Tapi, ditengah kebisingan dan keriuhan Rielina tidak berkutik apapun begitu pandangannya menangkap sesosok laki-laki berjaket hitam dan jeans.

Lalu pandangan laki-laki itu pun terarah padanya. Mata mereka bertemu.

Didunia ini ada dua tipe laki-laki. Laki-laki yang harus kau temui dan laki-laki yang tidak perlu kau temui. Dan kali ini Rielina bertemu dengan tipe laki-laki yang ketiga, laki-laki yang seharusnya tidak pernah ia temui lagi. Cinta pertamanya.

----Moirai----
Dalam mitologi yunani
adalah takdir
--------

A/n :

Helilo!!
Semoga cerita ini bisa rampung.
Update setiap minggu sih niatnya.
Doakan saja hasrat menulis saya tetap hadir.
Salam hangat, filoves

MoiraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang