Perlahan kelopak mata Hana bergetar. Disusul kedua matanya yang semula terpejam kini sudah terbuka perlahan. Nafasnya memburu. Selang beberapa detik kemudian ia tersentak.
Gelap.
Tak ada cahaya sedikit pun sekarang. Barang temaram pun tak ada. Semua berwarna hitam pekat yang mencekam.
Sesak tiba-tiba memenuhi dada Hana. Tenggorokannya terasa kering. Mata Hana menyisir ruangan yang ia pun sendiri tak tahu seberapa luasnya, ini dimana, dan tempat apa ini.
Hana hendak teriak, tapi mulutnya tertutup lakban. Kaki dan tangannya diikat di kursi. Kencang sekali. Kenapa ruangan ini tiba-tiba terasa dingin sekali sampai ke tulang.
Apa ia diculik?
Tapi kenapa?
Selama ini ia tak punya musuh kan?
Derap langkah sekitar dua orang terdengar kian mendekat. Membuat tubuh Hana gemetar tiada kira. Jangan-jangan mereka penculiknya. Hana harus bagaimana?
Decitan pintu usang menggema di ruangan. Disusul seberkas cahaya yang menerobos masuk dari sela-sela pintu yang dibuka perlahan.
Hana memejamkan matanya cepat. Ia mencoba tetap diam. Meskipun ia sudah sadar. Bukankah ini cara yang sedikit aman?
Entahlah.
Keringat dingin tetap saja keluar dari kulit Hana. Membuat semua tulangnya seperti terkurung di kutub utara sana.
"Bocah itu belum sadar," ucap seseorang yang kini berjalan mendekat diiringi dua orang lainnya dibelakangnya.
"Lalu bagaimana tuan?"
"Laporkan saja padanya," jawab yang dipanggil tuan datar.
"Baik."
"Tunggu apa lagi?" ucapnya lagi saat kedua bawahannya masih diam di tempat, "saya ada urusan dengan bocah ini. Cepat pergi!"
Kedua bawahannya mengangguk. Namun salah satunya berhenti tepat di ambang pintu, "tuan Alex."
Alex menoleh dengan mata tajamnya.
"Baiklah."
Alex kembali menatap Hana. Senyum sinis tercetak jelas di wajahnya, "pura-pura?"
Senyum Alex berubah tawa yang terdengar mengerikan. Dilain sisi Hana mati-matian menjaga matanya tetap terpejam. Alex berjongkok.
"It's oke. But, are you hungry?" sambung Alex tetap berceloteh meskipun Hana masih setia tertunduk dengan mata terpejam.
Lagi-lagi Alex tertawa, kemudian mengambil sebungkus roti dari dalam saku jasnya. Ia masukkan ke dalam saku hoodie Hana.
"Makanlah esok dimana permainan akan dimulai. Anggap saja ini senjata yang ku beri," ucap Alex kemudian bangkit, "kupikir kau sedekat itu dengannya. Tapi ternyata aku salah. Bahkan sudah 6 jam kau bersamaku, tak berpengaruh banyak padanya."
Ingin rasanya Hana menghilang sekarang. Sebenarnya siapa 'dia' yang dimaksud orang ini?
Lalu, hubungannya dengan Hana apa?
^_^
Thank you for reading. And waiting, (maybe, kekeke...)
Jangan nunggu ya. Aku usahain bakal ngelanjutin cerita abal-abal ini. Terima kasih buat dukungan. Kita teman!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
you call me, MONSTER! ☑
Fiksi UmumGue mati rasa. Tapi gue juga berhak punya rasa. Ada rasa sendu penuh harap akan bertemu di penghujung waktu? Berharap titik temu yang selama ini semu. Apa itu rindu? -Saga [bahasa semibaku, semi nonbaku] [storyby sucirahma303, dont copy paste, cause...