Chapter 2

265 47 18
                                    

Helai indigo Hinata tampak bergoyang dibelai angin. Matanya terpejam dengan earphone yang menempel di telinga. Ia tampak menikmati angin yang berhembus pelan. Pohon yang rindang tampak menhindarkan sang Hyuuga dari terik mentari. "Aish, dasar gadis aneh. Apa yang dia pikirkan hingga tertidur di taman." Gerutu seorang pemuda yang kemudian mencabut earphone Hinata.

Hinata yang merasa terganggu mulai mengeliat. "Ah, Sasori-kun. Apa aku tertidur?" tanya Hinata saat menyadari keberadaan sang pemuda bersurai merah. Sang pemuda kemudian tersenyum dan mengacak rambut indigo Hinata. "Berhentilah tertidur di manapun, Hinata. Bisa saja ada orang yang berniat jahat padamu." Ucap Sasori yang kemudian dibalas senyum simpul Hinata. Di dalam hatinya Hinata tau bahwa Sasori sangat khawatir padanya.

"Sasori-kun, bolehkah aku bertanya sesuatu?" Tanya Hinata yang menarik atensi sang pemuda bersurai merah. "Apapun" jawab Sasori ringan. Hinata yang mendengar hal itu tersenyum lembut. Ditatapnya wajah rupawan Sasori. "Diantara Kau, Sasuke, dan Naruto siapa yang paling menyukaiku?" Tanya Hinata yang membuat Sasori terpaku. Hinata tampak meneliti reaksi Sasori.

"Hinata... Kau tau bahwa kami menyayangimu. Dan ya Sasuke adalah yang paling menyayangimu. Bukankah ia sudah menyatakan perasaannya padamu?" Tanya Sasori hati-hati. Hinata yang mendengar hal itu hanya tersenyum kecut. "Memangnya kau akan percaya? Seorang Sasuke yang terhormat mencintai Hinata? Yang benar saja Sasori-kun. Sasuke tak serius. Aku sangat yakin." Ucap Hinata dengan nada getir.

Sasori dapat melihat rasa kecewa yang Hinata rasakan hanya dengan menatap manik bulan Hinata. "Kau mencintainya bukan? Kalau kau mencintai Sasuke maka kau harus berjuang untuknya." Nasehat Sasori. Hinata hanya menghela nafas lelah. Mungkinkah ia kurang berusaha? Atau mungkin memang sudah saatnya ia untuk menyerah?

"Kau tau Sasori. Saat Sasuke-kun memintaku menjadi kekasihnya. Aku dapat melihat bahwa tatapan yang ia berikan bukanlah tatapan seorang pria yang menatap wanita yang ia cintai. Tatapannya hanya berisi tatapan seorang sahabat. Itukah yang kau sebut dengan mencintaiku? Aku hanya teman baginya. Tak lebih dan tak kurang. Mungkin ini adalah takdirku untuk bertepuk sebelah tangan." Ungkap Hinata dengan tatapan menerawang.

.

.

.

.

Sasuke begitu kesal saat ini. Bagaimana tidak, saat ini ia justru melihat gadis yang ia sukai bersama pemuda lain. Dan ia juga dengan jelas melihat bahwa gadisnya tampak nyaman berbincang dengan pemuda itu. Gadis itu tak henti melemparkan senyum pada pemuda yang ia tau sebagai sahabatnya.

"Oh jadi ini yang kau sebut permainan yang adil? Kau mengajakku bertaruh hanya untuk bermain dibelakangku. Baiklah kita lihat siapa yang akan menang." Gumam Sasuke penuh kebencian.

.

.

.

.

"Sasuke, kau ingat peraturannya. Aku tak akan memaafkanmu bila kau sampai melanggarnya. Dan juga kau harus ingat bahwa pertaruhan ini otomatis batal saat kau melanggar perjanjian kita." Tegas Sasori yang di setujui oleh Naruto. Sasuke yang sedang bermain basket kemudian menyeringai. "Ku rasa kalian harus bersiap untuk kalah" ucap Sasuke kepada kedua sahabatnya yang menonton di pinggir lapangan.

"Masa depan itu misteri, Sasuke. Kau tak akan mengetahuinya sampai hal itu terjadi." Lirih Naruto yang hanya dapat didengar oleh Sasori. " Aku pergi. Ku rasa Hinata sudah menungguku." Ucap Sasuke yang melempar bola basket pada Naruto yang dengan sigap menangkapnya. Sasori hanya tersenyum simpul melihat ekspresi Naruto yang terkejut.

"Hei Teme. Kau mau membuat wajah tampanku terluka ya?" teriak Naruto heboh. " sudahlah Naruto. Kau ini mau membuatku malu dengan berteriak tak jelas?" ucap Sasori yang kemudian memukul kepala Naruto.

"Kau yakin ini akan berjalan baik?" bisik Naruto dengan raut serius. "Ia sangat berharga, Naruto. Tak semua orang dapat menggapainya." Bisik Sasori yang kemudian menepuk pundak sahabatnya.

"ia tak tau kalau aku berpacaran dengan Sakura-chan kan?" Naruto yang biasanya ceria tampak murung mendengar ucapannya sendiri. Sebersit rasa bersalah kembali menghinggapi putra tunggal keluarga Namikaze itu.

"tentu saja, kalau ia tau tak mungkin kabar yang beredar adalah bahwa Sakura masih mengharapkan Sasuke." Gumam Sasori yang merasa kasihan pada sahabatnya.

.

.

.

TBC

WeddenschapWhere stories live. Discover now