Wajah rupawan Sasori tampak tenang menatap sang sahabat. Sedang sang sahabat bersurai blonde tampak panik dan terus bergerak memutari ruang tengah apartemen Sasori. "berhentilah mondar-mandir dan duduklah yang tenang Naruto. Kau membuatku pusing dengan terus bergerak mengelilingi ruangan." Ucap Sasori yang diikuti desahan nafas lelah.
Sedang Naruto balas menatap Sasori dengan tatapan mengiba. "Aku harus bagaimana Sasori? Aku bingung memilih kado untuk Sakura." Tanya Naruto dengan wajah frustasi. Rambut blondenya yang sudah acak-acakan makin kusut hingga tampak mengerikan dimata Sasori.
"Aku punya ide bagus untukmu. Tapi pertama aku ingin kau duduk dengan tenang dan berhenti mengacak rambutmu" ucap Sasori sembari menyesap teh nya pelan. Naruto yang mendengar ucapan Sasori seketika duduk dengan tenang.
Dalam hati Naruto berjanji akan memukul Sasori apabila ide sang sahabat merah tidak membantu kegalauannya. "Bagaimana kalau kau minta tolong Hinata untuk memilihkan kado untuk Sakura" cetus Sasori yang langsung berefek wajah Naruto yang seketika cerah secerah mentari pagi.
"Tapi bagaimana caraku minta tolong pada Hinata. Bisa-bisa Hinata-chan curiga siapa wanita yang aku beri kado" gumam Naruto dengan wajah serius sedang Sasori sibuk memandang layar smartphone nya.
"Bilang saja kalau kado itu untuk saudara jauh mu. Lagi pula aku sangsi Hinata akan curiga. Kau kan tau Hinata itu baik hati. Dia tidak akan berprasangka buruk padamu." Jelas Sasori pada Naruto yang tersenyum lebar.
" Kau memang sahabatku." Ucap Naruto yang kemudian memeluk Sasori erat. Sasori yang merasa terganggu sontak memukul kepala Naruto. "Berhenti memelukku. Aku ini normal dan masih suka wanita cantik." Ucap Sasori galak. Dalam hati Sasori berharap sahabatnya ini segera bertobat agar tak sembarangan memeluk orang.
"Aku pergi dulu Sasori. Ingatkan aku untuk mentraktirmu makan di Ichiraku." Teriak Naruto sambil berlari menuju pintu apartemen Sasori. "Pergi sana, kau mengganggu kenyamanan hari Minggu ku." Usir Sasori yang di balas tawa menggelegar Naruto.
.
.
.
.
.
.
Hari minggu yang cerah tak disia-siakan oleh Hinata. Saat ini ia tengah sibuk mengurus taman keluarga Hyuuga yang luas. Tentu saja Hinata tidak sendiri, ia ditemani oleh Ayame, maid pribadi Hinata.
Tangannya dengan terampil memotong bunga yang telah mekar untuk dirangkai. Ayame yang berdiri di sampingnya membawa keranjang berisi bunga. Hati Ayame begitu bahagia saat melihat Nona Cantiknya begitu senang berada diantara bunga-bunga.
"Hinata-chaaaaan" Teriak suara cempreng seakan-akan berada di hutan. Ayame yang membawa keranjang berisi bunga terkejut dan melepaskan pegangan tangannya. Hinata yang mengenali suara yang memanggilnya lantas berjalan menuju gazebo yang tak jauh dari tempatnya memetik bunga.
Taman di mansion Hyuuga memang begitu luas. Taman yang berada di bagian belakang mansion berisi berbagai jenis bunga dan juga memiliki Hutan pinus disekelilingnya. Tempat Hinata berdiri adalah di tengah kebun bunga dimana terdapat danau buatan dan gazebo bercat putih.
"Naruto-kun, ada apa?" tanya Hinata saat Naruto menghampirinya dan duduk di sampingnya. Naruto yang berlari dari ujung taman sampai ke tengah taman tampak sibuk menstabilkan nafasnya. "Hinata-chan, bantu aku ya?" ucap Naruto setelah berhasil menstabilkan nafasnya.
Hinata yang melihat Naruto yang tampak lelah kemudian mempersilahkan Naruto untuk segera meminum teh nya. Segera saja teh dalam cangkir Naruto tandas tak bersisa.
"Membantu apa Naruto-kun?" tanya Hinata perihal bantuan yang Naruto inginkan. "Sepupu perempuanku berulang tahun. Maka dari itu aku ingin meminta bantuanmu untuk memilihkan kado untuknya. Dia itu tipe orang yang energik dan ceria." Jelas Naruto yang kemudian menyesap tehnya perlahan. "Memang Naruto-kun ingin kado yang seperti apa untuknya?" Tanya Hinata yang dibalas wajah kebingungan oleh Naruto.
"Ah aku juga tak tau Hinata-chan, kalau menurutmu apa yang harus aku berikan?" Tanya Naruto dengan nada serius yang jarang terdengar darinya. "Biasanya orang akan memberi hadiah barang yang diinginkan atau sesuatu yang spesial. Misal jam tangan atau mungkin parfum yang biasa dipakai." Jawab Hinata yang tampak dipikirkan Naruto.
Terbukti dari kedua alisnya yang bertaut. "Sebenarnya sepupuku itu pernah berkata bahwa ia ingin kotak musik yang didalamnya ada pasangan yang berdansa. Tapi aku tak tau dimana toko yang menjualnya." Jelas Naruto yang didengarkan dengan seksama oleh Hinata.
"Hinata-sama." Panggil seorang maid yang membawa sebuah amplop biru muda. Maid itu kemudian memberikan amplop itu pada Hinata. "Maaf menganggu anda, Hinata-sama. Tadi pagi tuan Sasuke memberikan ini pada saya. Tapi saya lupa untuk menyerahkannya pada anda. Maafkan saya Hinata-sama" Jelas maid yang bernama Fuko itu.
"tak apa-apa Fuko-san. Terima kasih sudah memberikannya padaku." Jawab Hinata dengan senyum tulusnya. " ah Naruto-kun bagaimana kalau biar aku yang mencarikan kotak musik itu. Tampaknya Sasuke-kun ingin bertemu denganku sekarang. Gomen ne Naruto-kun" sesal Hinata yang dibalas gelengen Naruto. "Apa tak merepotkanmu, Hinata-chan? Kalau kau sibuk biar aku minta Sasori untuk membantuku mencarinya." Ucap Naruto yang diikuti dengan senyum 5 jari khas Naruto.
" lie, tak merepotkan sama sekali. Justru aku senang bisa membantu Naruto-kun." Balas Hinata. "oh ya Hinata-chan bagaimana hubunganmu dengan Sasuke-teme? Apa kau menerimanya sebagai kekasihmu?" tanya Naruto dengan wajah penasaran yang tak dapat dipungkiri. Membuat pipi tembam Hinata tampak merona tanda malu.
"A..apa yang Naruto-kun bicarakan? Sasuke tak mungkin serius dengan tindakannya waktu itu." Ucap Hinata, "Lagi pula, kalau Sasuke-kun memang mencintaiku aku tetap tak bisa melakukannya. Aku sudah ditunangkan dengan anak teman bisnis Otou-sama." Lanjut Hinata dengan suara lirih.
"Siapa, Hinata? Siapa orang yang ditunangkan denganmu?" tanya Naruto dengan raut wajah terkejut hingga nyaris menjatuhkan cangkir yang digenggamnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Maafkan aku Sasori-kun. Maaf karena belum bisa memberikan hatiku untukmu." Lirih Hinata pada saat duduk berdua dengan Sasori pada malam sebelum Naruto datang. "Suatu saat aku pasti dapat membuatmu mencintaiku Hinata-chan. Jadi untuk saat ini semua ini sudah cukup bagiku." Ucap Sasori yang kemudian membelai lembut helai indigo Hinata.
Manik amethys Hinata menatap manik cokelat Sasori. Rasa bersalah mengelayuti hati Hinata kala ia menemukan ketulusan dan cinta di mata Sasori. Sasori yang tau bahwa Hinata merasa bersalah hanya dapat mengulas senyum menenangkan.
"Mari lewati segalanya bersama, aku tak akan membiarkanmu terluka Hinata" ucap Sasori memandang wajah sendu pujaan hatinya. Dibelainya lembut pipi porselen sang sulung Hyuuga.
.
.
.
.
.
TBC
YOU ARE READING
Weddenschap
FanfictionJangan pernah bermain dengan perasaan. Karena perasaan yang terluka tak akan lagi sama walau kau melakukan segalanya. Disclaimer: Karakter adalah milik Masashi Kishimoto sensei. Dan buat ceritanya ini adalah hasil pemikiran Helen. Apabila ada kesama...