(5) Pertemuan

901 220 29
                                    

Yerin membuka mata lebar-lebar, melihat ke sekelilingnya. Terkadang dia masih ragu untuk percaya bahwa dia telah menikah. Sepersekiandetik berikutnya Yerin berlari menuju lemari lalu memasuki kamar mandi dengan tergesa-gesa.

Dia menciumi badannya lalu bercermin, "Mandi? Gak usahlah, udah cantik ini." gumamnya.

Semalam Yerin mengerjakan presentasi hingga larut dan inilah akibatnya, terlambat bangun tidur.

Dari lantai bawah, Hanbin memperhatikan Yerin berlarian kesana kemari d̶a̶n̶ ̶t̶e̶r̶t̶a̶w̶a̶. Tanpa disadari, bibir Hanbin mengukir senyum ketika Yerin mencium kaos kaki dirinya sendiri.

"Bisa anter gak?" tanya Yerin begitu sampai di lantai dasar.

"Bisa tapi gak mau."

"Yaudah."

Yerin mengeluarkan ponselnya lalu memesan ojek online. Beberapa menit kemudian, sebuah motor berhenti di depan pagar rumah Yerin.

"Assalammualaikum," pamit Yerin sembari berlari keluar tapi kembali sesaat setelah menutup pintu, "GAK JAWAB DOSA!"

Hanbin tertawa begitu Yerin menutup pintu lagi, "Wa'alaikumsalam."

Yerin menghampiri seorang pria berjaket hijau, "Mas Mingyu ya?"

"Mba Yerin?"

Gadis itu mengangguk, sang ojol yang diketahui namanya Mingyu memberikan helm kepada Yerin.

Yerin panik berat waktu temannya-Joy menelpon dengan nada panik, "Mas bisa agak ngebut gak?"

"Terlambat ya, mba? Saya lewat jalan pintas aja."

Berkat jalan pintas yang diketahui oleh Mingyu, waktu bisa dipersingkat.

"Saya pake ovo," ucap Yerin lalu berlari ke dalam gedung.

Pintu telah ditutup dengan rapat, raut wajah Yerin berubah secara drastis. Namun tak lama pintu terbuka, menampakkan kepala Joy, "YER CEPET BELUM ADA DOSEN!"

Yerin berlari memasuki ruangan, pikirnya ia bisa mengambil napas terlebih dahulu tapi nyatanya begitu Joy menanyakan flashdisk yang berisi file untuk presentasi, Yerin harus menelan ludah.

"J-joy, gue yakin tadi udah bawa.."

"Periksa lagi coba, keselip-selip kali."

Sesaat Yerin menatap Joy lemah, keduanya gelisah. Kepanikan memuncak begitu seseorang membuka pintu ruangan secara perlahan, oh my god! Itu ojol yang tadi mengantar Yerin.

"Permisi, ada yang bernama Yerin?" tanya Mingyu ragu.

"Saya, mas," jawab Yerin, berlari menuju Mingyu.

"Tadi jatuh waktu lari." Mingyu memberikan flashdisk hitam dengan gantungan bertuliskan nama Yerin.

"mAKASIH BANYAK MAS!!"

— Imagination —

Yerin menyandarkan tubuhkan ke sofa, sunyi. Tidak ada suara lagi selain nafas Yerin yang sedikit terengah-engah karena di kejar anjing di komplek sebelah.

Sama seperti Hanbin, Yerin ingin hidup bahagia bersama dengan suami dan anaknya tapi keinginannya itu harus ia kubur setiap kali ingat bahwa suaminya adalah Hanbin—cowok dingin gak punya hati.

Lamunan Yerin lenyap ketika Hanbin membuka pintu rumah, gadis itu melihat Hanbin terburu-buru menuju kamar.

"Santai aja, Bin. Gue tung-" Jenny dan Yerin bertatapan dari jarak jauh.

Senyuman mulai terukir dari wajah Jenny, ia mendekat kepada Yerin.

"Kakakmu emang gitu ya orangnya? Pelupa.." Jenny tertawa setelah duduk di sebelah Yerin.

Mana aku tau, setauku dia itu cowok dingin yang gak punya hati apalagi otak.

"Kak Jenny pinjem kakakmu dulu ya, besok paling kakak kembaliin," Jenny tersenyum geli "Mau kencan."

"O-oh.." Yerin tergugup.

"Kak Jenny sih berani bilang gini karena kamu udah keliatan dewasa, hihi."

Iyalah, wong aku udah nikah sama yang mau kencan sama situ.

Hanbin menuruni anak tangga lalu berjalan menuju pintu, barulah ia menyadari bahwa Jenny sedang merangkul Yerin di sofa.

"Kakak tinggal dulu ya, dah." Jenny mengusap puncak kepala Yerin lalu berlari menuju Hanbin.

Sesudah dua orang itu berlalu, Yerin memesan makanan via online, "Bodo amat dia mau pergi sama siapa toh aku masih bisa makan."

Mingyu: pesenannya udah sesuai mba?
Yerin: iya.

"Ini mas Mingyu yang tadi bukan, sih?"

Duapuluh menit, seseorang menekan bel rumah. Yerin berlari lalu tertawa setelah mengetahui bahwa dugaannya benar, "Mas Mingyu yang tadi, ya? Ketemu terus ini, hahaha!"

"Eh? Mba Yerin yang tadi pagi.."

"Makasih banyak loh masnya udah repot ngaterin flashdisk."

"Iya mba, ini pesenannya."

"Sebagai rasa terimakasih saya, mas makan dulu, ya?"

"Aduh mba gak usah lagian saya cuma kasih barang milik mbanya."

Yerin mengerucutkan bibirnya selagi mengambil pesanannya, "Saya orangnya gak suka berhutang budi.."

"Yasudah."

Secepat kilat Yerin mengajak Mingyu masuk lalu menyajikan makanan yang sengaja ia pesan tiga porsi—tadinya untuk sendiri.

"Masnya kaku ya."

"Bukan, ke pelanggan emang harus gitu."

"Aku kira emang gitu orangnya."

"Nggaklah, di kampus gue gak ada formal formalnya."

"Lho? Masnya masih kuliah?"

Watsap gais? Maaf baru update ya..

Hanrin or Mingrin?

Imagination - Hanbin Yerin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang