Bunda | 15

896 109 13
                                    

Lukas Graham
Love someone 🎶🎶

🍒🍒🍒

'Setiap yang mencintai, akan selalu berusaha memantaskan diri. Dan aku tahu, benar itu kamu yang mencintaiku.'

Langkah Christel terhenti. Seseorang membuatnya tertegun dan hanya berdiri di kaki. Bunga di tangannya tergenggam erat.

Christel berniat berziarah ke makan Alta hari ini. Kerjaannya sedang tidak bertumpuk dan bisa di tinggalkan untuk beberapa waktu.

Bunga-bunga segar sengaja di pilih Christel sebagai hadiah untuk pusara Alta.

Tapi lihat, siapa yang sedang berjongkok dengan mulut bergumam melantunkan ayat demi ayat pada yasin yang ada di tangannya? Duduk dengan khitmad di samping gundukan tanah yang sudah penuh dengan bunga.

Akasa. Dokter tampan itu mengunjungi makam Alta. Bahkan mengirim doa untuk Alta yang sudah tenang 'di sana'.

Christel terdiam. Lelaki setulus itu sedang sangat mencintainya saat ini. Melihat Akasa dengan sangat berlapang dada memberikan yang terbaik baginya untuk tidak mengecewakan Alta, membuat hati Christel mencelos.

Lambaian tangan itu membuat Christel tersadar. Christel mendekat ke arah Akasa yang masih berjongkok.

Akasa mengikuti gerakan ibu mungil yang sekarang berjongkok di sampingnya dari ujung mata. Christel meletakkan beberapa bunga di sekeliling makam Alta.

Dua pasang mata itu kini saling menatap. Akasa tersenyum cerah dengan kemeja putih dan celana donkernya.

"Ngapain di sini?"

"Minta restu." Akasa mengusap nisan Alta dengan senyuman yang memenuhi setiap sudut wajahnya. "Kamu?"

"Ziarah seperti biasa." Christel melirik ke arah nama yang terukir di nisan.

"Alta bilang, dia merestui." Wanita itu menoleh. Melihat ke arah wajah yang selalu terlihat bahagia saat di dekatnya.

Akasa menaikkan alisnya sejenak dengan senyuman. "Dan aku setuju."

Christel hanya bisa tersenyum samar dengan anggukkan pelan.

"Gak ke rumah sakit?"

Akasa menggeleng. "Aku lagi off."

"Aku juga lagi gak ada kerjaan. Hari ini punya banyak waktu luang."

Pria itu menyipitkan mata. Menatap Christel penuh kecurigaan yang dibuat-buat.

"Kamu mau ngajakin aku kencan, ya?" Christel spontan menggeleng. Menutupi malu karena ucapannya yang sepertinya salah namun sudah terlanjur tersampaikan.

"Ya udah. Kalo gitu, mau gak kencan sama aku?" alis Christel terangkat. "Aku yang ngajak kok."

Sudut bibir Christel terangkat samar. "Aku ambil mobil dulu, ya? Kamu tunggu sini."

Tanpa menunggu jawaban Christel, Akasa langsung berdiri dan beranjak mengambil mobilnya.

Christel mengikuti langkah pria itu dengan senyuman samar. Lalu menatap nisan dengan nama yang terukir dengan tinta keemasan di atas kaca hitam.

"Makasih, Al. Dia baik. Aku tahu, dokter itu yang kamu pilih."

***

Christel menyodorkan segelas kopi yang masih mengepul ke arah Kevin. Pagi ini, sebelum Christel berziarah, Kevin mengunjunginya.

"Udah selesai proyek lo?"

Kevin mengangguk setelah menyesap kopinya. Mereka berdiri di pagar pembatas rooftop gedung televisi keluarga Prasiarkana.

Je t'Aime AUSSI (sekuel Je t'Aime) [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang