Kiss Me!

554 20 21
                                    

Pagiku diawali dengan gerutuan keras karena seseorang terus menerus meneleponku pada jam setengah enam pagi.

    Aku menggeliat dan mencari-cari ponselku dengan mata yang terpejam. Setelah hampir satu menit, aku berhasil menemukan ponsel yang kucari. Tanpa aba-aba lagi, aku segera menjawabnya.

    “Halo?” sapaku malas.

    “Good morning, sayang,”

    Mataku yang semulanya lesu dan masih enggan untuk terbuka lebar, dalam sekian detik segera terbuka karena sapaan dari seorang pemuda. Aku segera menjauhkan ponsel itu dari telingaku dan melihat ponselku, tertulis: Chanyeol.

    Astaga, aku menepuk jidatku. Aku lupa kalau aku sudah punya pacar. Tepatnya kemarin aku baru punya pacar dan ini adalah ucapan selamat pagi yang pertama darinya. Jangan tanya padaku kenapa aku bisa lupa kalau aku punya pacar, aku tidak bisa menjawabnya hanya saja salahkan kenyamananku yang bertahan menjomblo dalam waktu hampir empat tahun. Jadi aku lupa bagaimana rasanya punya pacar.

    Ucapan selamat pagi, selamat makan, dan selamat malam beserta ucapan selamat mimpi indah. Aku sudah lupa semua itu.

    Namun Chanyeol membuatku menginginkan hal itu lagi.

    Kami sudah mengenal selama hampir dua tahun. Ya, kami satu kampus dan dia orang yang baik, kurasa. Dia selalu menolongku jika aku mempunyai kesulitan dengan pelajaranku, maklum kami berdua ada di jurusan Sistem Informasi dan dia pandai dalam mengolah data-data yang ada di komputer sedangkan aku payah sekali.

    “Ara?” panggilnya.

    “Ah?”

    “Aku membangunkanmu, ya?” tanyanya dengan nada rendah dan terselip nada cemas juga di sana.

    “Tidak, kok. Dari tadi udah bangun nih,” bohongku. Ya malu kali masa duluan cowok yang bangun daripada cewek.

    Aku mendengar tawanya dari seberang sana. Suaranya ketika bicara itu berat dan dalam, tapi berbeda ketika dia tertawa, namun aku menyukai keduanya. Aku menyukai suaranya yang pelan dan tajam, berat dan dalam, juga suaranya yang kadang kekanak-kanakan.

    “Masa udah pagi mau bohong sih?” ujarnya yang masih sedikit tertawa. “Jangan dibiasain bohong, Ra. Kamu gak pandai bohong,” ujarnya dengan geli.

    Aku cemberut meskipun dia tidak bisa melihatku. “Tahu darimana kalau aku bohong?”

    “Suaramu,” balasnya. “Suaramu ketika bangun tidur itu terdengar sexy,” lanjutnya yang membuatku terdiam seribu bahasa. Sejak kapan suara seorang gadis yang baru saja bangun tidur itu sexy?

    Aku tidak tahu harus menanggapinya bagaimana. Jadi, aku segera mengalihkan pembicaraan. “Hari ini jadi?” tanyaku.

    “Iya, akan kujemput jam 10, ya?”

    “Okee,”

    “Kalau begitu aku tutup dulu, sampai ketemu nanti, Ara. Aku mencintaimu,” ujarnya yang membuat jantungku berulah.

    Untung saja dia tidak ada di sini. Kalau dia ada di sini, mungkin aku akan malu setengah mati dengan wajahku yang memerah seperti kepiting rebus. Sama halnya ketika dia menyatakan perasaannya padaku kemarin, aku mungkin sudah merah padam.

    Aku tidak membalas ucapannya. Dan dia, “gak mau bilang hal yang sama?” tanyanya.

    “Apa?”

    “Kata-kata terakhirku. Kamu gak mau membalasnya?”

    Oke Ara, katakan saja. Kamu sudah mengatakannya kemarin, jadi tidak ada salahnya mengatakannya lagi.

Kiss Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang