10.Keluarga Bahagia

19.9K 694 4
                                    


Happy reading

***

Sampai di kebun binatang, Rion dan Kana sangat antusias melihat penghuni kebun binatang. Dion dan Anjani mengikuti kemana pun mereka inginkan.
Rion dan Kana beberapa kali minta difoto. Dion pun dengan senang hati mengabadikan moment-moment ini.
Tanpa Anjani tahu, diam-diam Dion mengambil gambarnya saat sedang bersenda gurau bersama anak-anaknya.
Dion berfoto bersama Rion dan Kana. Anjani lah yang mengabadikan lewat ponsel Dion.

"Satu ... dua ... tiigaa."
Rion dan Kana dengan Dion yang berada di tengah-tengah mereka, telah berhasil diabadikan oleh Anjani melalui ponsel.

Anjani mengembalikan ponsel Dion setelah beberapa kali mengambil gambar ayah dan anak tersebut.
Dion menerima ponselnya.

"Mbak ... maaf, bisa minta tolong?" Ucap Dion kepada salah seorang wanita yang berada di dekatnya.

"Tolong ambil gambar kami." Imbuh Dion sambil menyerahkan ponselnya kepada wanita tersebut.

"Ohh ... iya, Mas." Sahut wanita itu kemudian mengambil alih ponsel yang disodorkan oleh Dion.

Dion kemudian berdiri di samping Anjani, mulanya Anjani sedikit bingung. Tapi sedetik kemudian mengetahui apa yang dimaksud Dion. Dion tersenyum dan menganggukkan kepala kepada Anjani saat Anjani melihat ke arahnya.
Sedangkan Rion dan Kana berada di depan mereka.

"Sudah siap? Ayo satu ... dua ... tiga." Wanita itu memberi aba-aba.

"Cekreekk cekrek cekrek.'
Wanita itu beberapa kali mengambil gambar 'keluarga kecil nan harmonis' tersebut.

"Mbak, tolong fotokan kami berdua," kata Dion kepada wanita itu.

Seolah mengerti akan keinginan sang papi, Rion dan Kana berjalan menjauh dari Anjani dan Dion.

Anjani melotot melihat ke arah Dion, sedangkan Dion hanya membalas dengan senyum nya yang menawan.
Akhirnya wanita itu mengambil beberapa foto Dion dan Anjani. Tangan Dion bersarang di pinggang Anjani. Dion berpose layaknya seorang suami yang sangat mencintai istrinya.

"Wahh ... saya jadi iri lho Pak, liat keluarga Bapak. Bapaknya ganteng, Ibunya cantik, pantes kalo anak-anak juga ganteng-ganteng. Keluarga bahagia." Kata wanita itu sambil mengembalikan ponsel Dion.

Dion tersenyum, "terima kasih, Mbak," sahut Dion.

Anjani tersipu malu mendengar pujian dari wanita tadi.

"Sudah siang, ayo ... saatnya kita makan," kata Dion.

"Makan ikan, Pi ... ikan besar," sahut Rion.

"Kana mau makan cumi-cumi," kini giliran Kana yang menimbali.

"Ayo," sahut Dion.

Kemudian mereka berempat bergegas pergi ke restoran yang menyediakan makanan yang mereka inginkan.

***

Anjani menyuapi Rion dan Kana bergantian, layaknya seorang ibu pada umumnya.

"Sudah, kamu kapan makannya kalau menyuapi anak-anak terus," kata Dion pada Anjani.

"Iya, sebentar lagi, Pak," sahut Anjani.

Dion menyerngit, "Pak?! memangnya saya kelihatan setua itu?" tanya Dion.

Anjani tersenyum kikuk, "Bapak kan atasan saya, lagi pula Bapak lebih tua dari saya."

"Tapi ini kan di luar kantor, jangan panggil Pak lah, lagi pula tidak enak didengar juga."

"Lalu saya harus manggil apa, Pak?"

"Emm ... bagaimana kalau mas saja?"

"Mas?" sahut Anjani tak yakin.

Dion menganggukkan kepalanya, "iya."

"Baiklah, M-maas," sahut Anjani sungkan.

"Nah ... begini kan jadi lebih enak didengar," sahut Dion antusias.

Setelah selesai menyuapi Rion dan Kana, Anjani mulai memakan makanannya.
Ada rasa haru di hati Dion. Siska yang notabennya mami kandung dari anak-anaknya bahkan tak pernah menyuapi seperti yang Anjani lakukan tadi.
Siska tak pernah mencurahkan kasih sayang seorang ibu kepada kedua anaknya. Melihat pemandangan di depannya, Dion merasa seperti tengah memiliki keluarga kecil nan harmonis dan bahagia. Apa lagi di tambah seorang bayi perempuan di tengah-tengah mereka, seakan sempurna hidup Dion.
Ehh.... Bayi perempuan?!
Dion merasa aneh dengan pikirannya akhir-akhir ini.
Mengharap bayi perempuan? Dari siapa, dari Anjani? Anjani bahkan bukan siapa-siapa Dion. Sedangkan Siska, boro-boro mau punya anak lagi, dulu kalau Dion tidak mengamuk, sampai sekarang mungkin Dion belum mempunyai anak.

"Mas, melamun?" tanya Anjani kepada Dion.

"Ehh, enggak ... udah selesai ya. Ayo mau pulang atau masih ingin ke mana lagi?" kata Dion.

"Aku sih terserah anak-anak saja," sahut Anjani.

"Pulang saja, Pi. Kana sudah mengantuk," sahut Kana.

"Ayo lah, kalau begitu kita antar Tante Anjani dulu ya."

"Siap, Papi," sahut Kana.

Kemudian mereka berjalan beriringan masuk ke mobil. Menempuh waktu satu jam lebih agar sampai di rumah Anjani.
Setelah Anjani pulang, kini giliran Dion dan anak-anak yang pulang.

***

Semarang, 7 Oktober 2018

Salam

-Silvia-

Repost 20-01-2021

Menjadi Wanita Kedua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang