Bulan September, saatnya mahasiswa baru masuk. Bagi Jeonghan yang berada di semester 5, ini sudah kedua kalinya ia melihat ribuan mahasiswa baru memasuki kampus ini. Salah satu yang paling disukainya adalah saat - saat ia bisa masuk ke acara - acara "penerimaan" di fakultas lain, begitu banyak acara, bisa kenalan dan membuat relasi, sekaligus punya bahan untuk tugas. Salah satu yang menjadi favoritnya. adalah acara inagurasi FIB, banyak stand, acara musik, semua yang Jeonghan butuhkan.
Sore ini Jeonghan sudah siap dengan celana skinny kesukaan nya dengan kemeja biru tua dengan lengan di gulung, serta topi untuk menghalau sinar matahari Indonesia yang sungguh panas. Berjalan dari kampusnya dengan menyebrang ke FIB yang tepat berada di seberang FISIP, jeonghan sudah siap ikut inagurasi FIB.
Di atas panggung kini sudah ada tim band entah band apa yang membawakan lagu bahasa Jepang. Jeonghan duduk di sisi kiri dekat kolam FIB, tangan kanan membawa seporsi takoyaki, tangan kiri membawa kakigori. Sudah lengkap sorenya.
"Hai, Aku Jeonghan, dari FISIP," Jeonghan mencoba membuka pembicaraan dengan anak laki - laki disampingnya, sembari menunggu pergantian band yang diisi omongan tidak penting oleh MC.
Jika Jeonghan benar, yang disampingnya ini pasti anak baru, Kemeja rapi yang dimasukkan, celana jeans yang rapi, tas ransel yang terpakai sempurna, oh jangan lupakan convers yang masih terlihat baru.
"Ah iya, Lee Chan. Sastra Jepang,"
"Baru yah?" Jeonghan mencoba membuka obrolan sambil memakan takoyakinya.
Chan mengangguk, "Iya, Kakak sendiri? Kok kesini dari fisip?"
"Angkatan 2015 aku. Iya nih. Suka aja dateng acara inagurasi gitu. Awalnya sih karena dapet tugas liputan, tapi lama - lama jadi kebiasaan,"
"Seru ya kak, ikut acara gini?"
"Seru aja, Nih kaya gini, kita bisa kenalan, jadi temen," Jeonghan mengeluarkan ponselnya, "Kasih id line kamu sini," Chan meletakkan es tehnya dan mengambil ponsel Jeonghan, memasukkan id line nya.
"Kakak asal dari mana? Disini kos atau apa nih kak?"
"Dari Jakarta, Nge kos aku, di daerah belakang rusunawa. Kamu sendiri?"
"Magelang. disini sih masih ikut budhe. Pingin kos tapi belum nemu yang sreg aja. dan masih seneng di rumah Budhe,"
Jeonghan mengangguk angguk kepalanya lucu, "Rumah budhe di atas apa di kota?"
"Di kota sih kak, cuma deket kok itunganya,"
"Kalo nanti mau nge kos kabarin aja, di kosan ku masih ada kamar kayanya, atau nanti aku bisa bantu cariin,"
Chan tersenyum, "Thank you ya kak. Baik banget," Chan tersenyum lebar.
Dan mereka menikmati sore itu diiringi pertunjukan di panggung dengan es di tangan masing - masing.
Beberapa minggu setelah itu, Jeonghan sedang kesusahan mengeluarkan motor dari garasi kosan, ia melihat chan yang barusan keluar dari kosan di depan gangnya.
"Lee Chan?" Sapanya.
Chan yang semula sedang sibuk dengan ponselnya langsung mendongak, "Kak Jeonghan?"
"Lagi apa?"
"ini kak, cari kosan,"
"Hah? Kenapa?" Jeonghan kini meletakkan motornya begitu saja dan membawa Chan ke teras kosnya.
"Nggak enak aja kak tinggal di rumah budhe, soalnya aku pulang sampe malem terus. Jadi mau cari kosan aja, tapi ini juga masih cari - cari,"
"Terus udah dapet?"
"Belum ada yang sreg kak. Kos nya maupun harganya,"
"Mau di tempat kakak aja? 600 ribu, kamar mandi dalem, tambah 100 dapet kipas sama wifi," Terang Jeonghan, karena seingatnya, kamar sebelahnya kosong.
Chan terlihat berfikir, "Kayanya nggak deh kak. Terlalu mahal kalo segitu. Chan mau cari yang kamar mandi luar aja, kemarin temen bilang di daerah luar ada yang 300 ribuan gitu,"
Jeonghan terlihat sedih dan menggeleng, "Nggak boleh. Chan nggak boleh disana. Itu kan kosan campur, belum lagi bisa buat karyawan juga kan? Nggak. Chan nggak boleh disana, nggak aman, nanti kenapa - kenapa gimana," entah kenapa Jeonghan jadi protektif kepada maba di hadapan nya ini, mungkin jika Chan meminta sesuatu langsung ia kabulkan.
"Tapi emang dari bapak sama ibu cuma dapet budged segitu, itu juga baru dikirimin bulan depan kak," Chan jadi curhat.
Belum sempat Jeonghan menjawab, mas penjaga kos keluar, "Siapa han, kok ada suara - suara. Tamu po?"
Jeonghan menatap mas penjaga kosan yang sibuk mengamati chan, "Ini mas, anak ku. Mulai minggu depan ngekos disini ya mas. Nanti uang bulanan e aku yang tanggung,"
Chan menatap laki - laki yang baru ditemuinya beberapa minggu yang lalu, "Kak! apasih!" dia marah.
"Chan nggak usah khawatirin uang bulanan. Aku beneran asli mau bantu kok. Kalo ada uangnya nanti tinggal di ganti,"
"Nggak gitu kak. Kita aja nggak kenal deket kok. Kok bisa - bisanya kakak kaya gitu,"
Jeonghan menatap sedih, "Aku tu anggep kamu kaya adek. Nggak tau aja, rasanya dari awal tu pingin jadi kakak mu gitu. Maaf deh kalau ini menyinggung. Nggak usah di anggep aja tadi. Maaf ya, aku cuma pingin kasih yang aman buat Chan, kalo Chan nggak mau juga nggak papa. Tapi kalau Chan terima, nanti aku bantu omong ke bapak ibu, kalau aku bantu kamu bayar kosan," Jeonghan menunduk sedih, chan jadi merasa bersalah.
"Chan bilang bapak sama ibu dulu kak. Tapi Chan juga nggak mau kalau semuanya dibayar kak Jeonghan," Jeonghan mulai menegakkan kepalanya.
"Chan mau kan tapi kos disini. Jadi anak aku aja gapapa. Nanti makan juga bisa kuurus kok," Jeonghan menggenggam tangan adek nya itu.
Chan pura - pura berfikir, "Bayarin kipas, wifi, sama makan aku beneran loh kak," ia tertawa.
Setelah mengurus ke mas penjaga kosan, kini Chan sedang berada di kamar Jeonghan, calon kamarnya belum bersih dari sisa penghuni sebelumnya.
"Kak," Chan duduk di kursi belajar Jeonghan, sedangkan empunya kamar sibuk telungkup di kasur.
"Hm?"
"Kak Jeonghan doyan nya laki ya? apa doyan dua - duanya?"
Jeonghan menatap Chan yang masih santai di kursi belajarnya, "kenapa emang? Mau apa emangnya?"
"nggak kok, cuma mau mastiin, nanti aku dapetnya bapak apa ibu kalo jadi anaknya kak Jeonghan," Chan tertawa, kini mereka bisa bertukar lelucon.
Jeonghan mengambil bantal dan melemparkannya, "Ntar gue cariin bapak buat mu," dia berseru.
-x-
i'm so sorry for this late update...
life took my time TT
and because today is my birthday and Josh's birthday. so yes, i'm updating..
see you soon...
and happy new year!
KAMU SEDANG MEMBACA
SIKOM (Seventeen As Mahasiswa ILKOM)
FanficFocus on Ilmu Komunikasi study. "Siapa yang bilang di ilkom main - main doang. ke kafe sana sini, kuliah kelar" - "Kita ke kafe itu kerja. cari duit." - "Yang bilang kita bisa hidup senang, tidur tepat waktu mana?" - "Mau kalian balik jam 3 pagi sel...