PROLOG

8.6K 423 5
                                    

"Jaga kesehatan mu ya Naruto-kun." Suara pilu seorang wanita terdengar saat pria bersurai pirang yang diketahui sebagai suami nya itu sudah siap dengan beberapa koper besar yang digeretnya keluar rumah.

Naruto tersenyum, senyum manis yang mungkin akan dirindukan Hinata. Setelah kecupan itu mendarat dibibir dan dahi istrinya, safir nya teralih pada perut buncit sang istri yang sedang mengandung hampir 7 bulan.

Jujur saja, rasa tak rela terbesit dihati nya jika harus meninggalkan Hinata yang kini sedang hamil muda. Diciumnya perut buncit itu lembut, mengelusnya dan sesekali menghapus jejak air mata nya yang hampir saja menetes. Kepala nya mendongak untuk menatap Hinata.

"Kau yakin tidak ingin ikut?" Amethyst Hinata seketika meredup, namun sekejab kemudian seulas senyum manis kembali merekah diwajahnya.

"Naruto-kun harus fokus dengan pekerjaan Naruto-kun diluar sana, aku dan bayi kita akan baik-baik saja hmm.. jadi jangan khawatirkan kami.." Hinata bahkan tidak yakin dengan perkataan nya sendiri, ia ingin sekali ikut, tapi ia juga tidak boleh egois, membiarkan suami nya bekerja tanpa harus mengurusnya dirumah adalah keputusan yang semoga saja tidak akan pernah ia sesali seumur hidup nya.

Naruto mulai melangkah mundur saat teman nya Kiba sudah menjemputnya, tangan nya melambai pada Hinata dengan mata yang mukai berkunang. Lambaian itu dibalas Hinata saat mobil yang dinaiki sang suami sudah melaju meninggalkan kediaman mereka, menatap nanar kepergian mobil itu dan sesekali menyeka air mata yang sedari tadi tidak bisa berhenti untuk menetes.

"Aku akan merindukan mu..

-Hinata-chan..,

~

~

~

~

~

~

Delapan Tahun Kemudiann..

.

.

Dug..Dug..Dugg

Dugg.. Dugg

"Hima! Bolt!! jangan berisik.." sepertinya seorang ibu merasa terusik dengan suara yang timbul dari lantai atas. Dirinya kini sedang sibuk mengaduk beberapa adonan didalam mangkuk, ya bisa dikatakan bahwa ibu berparas cantik itu sedang membuat bolu kesukaan putra nya.

Daggg.. Dugggg...

Suara itu terdengar lagi, seorang ibu yang diketahui bernama Hinata itu memutarkan bola mata nya gemas. Menaruh mangkuk adonan itu dan melepaskan jepitan surai indigo nya.

Dugg..Dug..

"Dasar anak nakall"

Hinata mulai melangkah meninggalkan dapur dengan gemas, dirinya dengan mengendap-ngendap menaiki tangga agar tidak menimbulkan suara.

Dugg... Dugg...

Dag.. Dagg..

Tap!

Dagg.. Duggg.. Dagg..

Clek!

"Apa yang ka-

Ucapan Hinata terhenti saat ia sudah sampai dikamar atas, mulut nya sedikit terbuka karena shock atas apa yang baru saja ia lihat. Yang benar saja..

"Hai Mom, ada apa?"

Kamar itu tampak rapi dengan kedua bocah yang sedang duduk sembari membaca buku dipangkuan mereka, terus suara tadi? Oh ayolah, tidak mungkin ia salah dengar kann..

"Apa yang kalian lakukan tadi?" Pertanyaan penuh selidik dari sang Momy membuat Boruto menautkan alis nya heran. Kedua bocah itu saling tatap.

"Membaca buku!" Jawab mereka kompak.

Hinata melongo ditempat nya, ia pun berdehem dan menghela nafas lega. "Baiklah, mungkin yang tadi itu suara tikus yang sedang bergulat. Lanjutkan kegiatan kalian, momy akan segera turun untuk kembali memasak."

Kedua bocah itu mengangguk, Hinata mulai berbalik untuk keluar dari kamar. Namun sebelum ia menutup pintu itu, amethyst nya menatap tajam pada Boruto dan juga Himawari seakan memberi peringatan.

"Hufft!! "

Hinata menghela nafas, ia menoleh kearah pintu kamar itu dan mengidikkan bahu acuh.

Daggg... Duggg...

Baru saja 2 langkah kaki nya menuruni tangga, suara bising itu kembali terdengar. Hinata mengelus dada nya sabar, ia pun lantas berbalik untuk melihat ap yang dilakukan kedua anak nya itu.

Dagg.. Dugg..

Clekk!

Dan untuk kedua kali nya Hinata harus dibuat cengo atas apa yang ia lihat, Boruto dan Himawari yang menyadari kehadiran momy mereka langsung mendongak.. Kedua nya menatap Hinata bingung..

"Ahh tidakk.. maaf mengganggu kaliann.. Momy akan pergi.. ya.. pergi.."

Saat Hinata kembali menutup pintu, kedua bocah itu tersenyum misterius. Mengeluarkan suatu benda yang tadi mereka sembunyikan. "Kau siap Hima.."

"Tentu saja.."

JEBRAKKKKKK!!!

Tap!

Tap!

Clek!!

Sebuah kelereng jatuh menggelinding tepat dibawah kaki seseorang yang barusan membuka kembali pintu kamar itu, rahang nya seketika mengeras dan tangannya mengepal erat. Boruto dan Himawari yang menyadari itu dengan patah-patah menoleh untuk melihat siapa yang datang, kedua nya menyengir.

"Ehh.. momyy.."

"He he"

"BOLT!! HIMAWARI!!"

"Mom-

Brakkk!!

"Kaliann!!''

"KYAAA"

"Berani sekali kalian mengerjai momyy!!!"

"Hahahah ampun mom.. kyaaa"

"Hahaha"

-

-

~Pursuing A Dream~

to be continue

A/n : Di usahakan up setiap hari 1 chapter, untuk minggu ini hanya prolog nya dlu. Nnti senin akan kembali up seperti biasa nya.

Silahkan tinggalkan voment, krn dukungn kalian adalah semangat tersendiri buat author :'( .. story bisa d tarik kembali. Minna-san pasti tau alsn ny.. ok see you next chapter. Muahh :*

-Pursuing a Dream- |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang