Prolog.

72 21 0
                                    

Untuk menjaga,

Untuk mengisi,

Untuk peduli,

Untuk menyayangi,

Untuk mencintai,

Tapi bukan untuk memiliki,

Segalanya berjalan sesuai kehendak yang telah semesta tetapkan. Dan bila 'kita' bukanlah sesuatu yang dikehendakan maka biarlah,

"Aku akan menjadi aku, dan kamu akan tetap kamu. Hanya sebatas aku dan kamu, bukan lagi kita."

🍁🍁🍁

"Stt Milea!"

Sebuah kepala muncul dari balik tembok bata rumah Milan. Milan mendelik pada sosok itu, kemudian mengarahkan selang air yang ia pegang ke arah kepala Delta yang menyembul dari balik tembok. Sesaat setelahnya terdengar suara gubrakan dari seberang tembok sana. Milan memandang bangga pada selang airnya, di balik tembok sana Delta pasti sudah terkapar tidak berdaya di tanah.

"Gue Milan bukan Milea!" Seru Milan lantang.

Tidak ada jawaban dari seberang tembok sana. Milan melempar selang airnya ke sembarang arah. Gadis itu dengan cemas berlari keluar dari gerbang rumahnya menuju gerbang rumah milik tetangganya.

"Kang Ardi!" Seru Milan dari balik gerbang. Tidak lama setelahnya seorang lelaki paruh baya mendorong gerbang tinggi itu dari dalam.

"Eh neng Milan" wajah ramah lelaki paruh baya itu menyambut Milan, tapi Milan hanya tersenyum tipis lalu berlalu melewati lelaki itu begitu saja.

"Del-"

"Hahaha" Suara tawa kemenangan Delta menggema membuat Milan geram.

Delta, cowok itu baru saja menghadiahi Milan dengan seember air yang langsung di siramkan pada tubuh Milan, kemudian tanpa merasa bersalah Delta bertawa puas melihat Milan yang sudah basah kuyup di hadapannya.

Milan menggeram, gadis itu dengan cepat merampas ember di tangan Delta, kemudian menyerubungi kepala Delta yang sudah basah dengan ember, Dengan kesal Milan menepuk-nepuk keras ember di kepala Delta membuat cowok itu mengaduh.

"Aw aw sakit!" Delta melepaskan ember dari kepalanya dan dibuang sembarangan. Kini mata cowok itu menatap sepenuhnya pada Milan, hingga mereka berdua terjebak dalam tatapan satu sama lain.

"Kenapa?" Tanya Milan bingung melihat Delta yang menatapnya tanpa berkedip.

Delta tidak menjawab, dengan gesit Delta menggendong tubuh Milan membuat Milan terkejut, refleks Milan mengalungkan tangannya di leher Delta.

"Ih Delta turunin!" Milan memberontak dalam gendongan Delta, tapi Delta tidak menghiraukannya. Cowok itu terus berjalan menuju kolam renang rumahnya.

Begitu menyadari situasi Milan semakin memberontak "Ih lo mau nyeburin gue ke kolam kan?! Turunin ih!"

"Orang gue mau mandiin lo kok" Delta menjawab dengan santai, kemudian cowok itu benar-benar menghempaskan tubuh Milan ke dalam air.

Tubuh Milan langsung menghantam keras dinding air yang begitu dingin. Milan mulai batuk-batuk karena tidak sengaja meminum air kolam melalui hidungnya. Gadis itu berdiri di tengah-tengah kolam, telapak tangan Milan menutupi wajahnya yang mungil.

"Eh nangis?" Terdengar nada suara panik dari Delta. Cowok itu langsung terjun ke dalam air untuk menghampiri Milan.

"Ih cengeng banget!" Ledek Delta begitu memdengar suara isakan tertahan dari bibir Milan.

"Gak asik ih, masa nangis?" Delta mendorong-dorong bahu Milan sampai gadis itu hampir terhuyung kebelakang.

Suara isakan Milan terdengar semakin keras, membuat Delta merasa cemas. Ia pikir gadis itu hanya sedang berpura-pura menangis, tapi sepertinya Milan tidak sedang berpura-pura. Seketika Delta dirambati rasa bersalah, cowok itu mendekap tubuh Milan yang basah. Dirinya merasa begitu jahat karena sampai membuat Milan menangis. Bercandanya sudah keterlaluan kali ini.

"Milan udahan dong nangisnya"

Isakan dari bibir Milan mulai berhenti, tangan gadis itu kini beralih pada bahu lebar milik Delta. Delta mulai merasakan cengkraman yang sangat kuat dari jemari Milan di bahunya.

"Duh duh sakit Mil" Delta meringis merasakan kuku panjang Milan menusuk-nusuk kulit bahunya, sementara Milan sendiri menenggelamkan kepalanya di dada Delta dengan tenang.

"Ngapain sih-"

Milan memotong ucapan Delta dengan mendorong kepala Delta masuk ke dalam air. Sesaat setelah Milan beralih mengcengram belakang lehernya, gadis itu dengan kasar mendorong kepala Delta masuk kedalam air dan menekannya selama satu menit.

"Hahaha"

Delta mulai batuk-batuk karena tidak sengaja menelan air kolam dengan jumlah banyak. Sementara Milan, gadis itu tertawa bahagia menyaksikan penderitaan Delta. Milan benar-benar cerdik, terutama dalam hal balas dendam.

"Udah puas ketawanya?" Delta betanya dingin begitu tawa Milan mulai tidak terdengar.

"Udah" katanya tak kalah dingin menjawab Delta. Gadis itu mendahului Delta keluar dari dalam air.

"Kemana eh?" Tanya Delta begitu melihat Milan terus berjalan menjauh meninggalkan dirinya yang masih terjebak di dalam air kolam yang dingin.

"Pulang lah!"

Delta menggeleng melihat Milan yang dengan santainya berjalan menjauh hingga hilang dari pandangannya. Milan adalah Milan. Milan yang sama seperti pertama mereka berkenalan sepuluh tahun yang lalu.

Tbc.

DELTLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang