04

1.2K 184 12
                                    

Pagi hari. Udaranya begitu menyejukkan. Mengingat semalam hujan turun begitu derasnya. Menyisakan titik-titik air yang masih membasahi tanahnya.

Sedangkan kedua mata gadis itu perlahan terbuka. Meraba sekitarnya dan merasakan permukaan lembut yang sedang ia tempati. Gadis itu pun menyadari jika dirinya tak lagi berada di lantai kayu tempat terakhir kali ia terlelap. Melainkan sebuah tempat tidur yang ia yakini adalah miliknya.

Ceklek

Pendengarannya bisa mendengar suara pintu yang terbuka. Mendengar suara langkah kaki yang mulai mendekat padanya.

"Bibi?"

"Kau sudah bangun, Rose?"

Rose hanya mengangguk sebagai jawabannya. Lalu ia mulai mengingat jika terakhir kali ia berada di rumah duka.

"Bibi, ini di kamarku, kan?"

"Hmm. Ini di kamarmu."

"Bibi, maafkan aku karena merepotkanmu. Bibi sampai membawaku pulang."

Bibi Gong hanya tersenyum. "Tidak perlu begitu. Sudahlah. Bibi sudah siapkan kau sarapan. Lebih baik kau bersihkan dirimu."

Rose hanya mengangguk. Pun dengan Bibi Gong yang mulai berlalu meninggalkan Rose di sana.

Rose sudah biasa untuk melakukan apapun sendirian. Itu karena Ibunya tentu saja yang selalu mengajarinya. Walaupun dirinya tak bisa melihat, setidaknya ia harus bisa melakukan apapun sendirian. Sehingga orang-orang tak akan menyadari jika dirinya tak bisa melihat. Begitulah nasihat yang selalu Rose ingat dari Ibunya.

Tak butuh waktu yang lama. Dirinya telah bersiap dan kini mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.

"Kau sudah merasa baikan?"

Rose bisa merasakan sebuah rangkulan pada bahunya. Dan dirinya hanya bisa tersenyum tipis membalas Bibi Gong.

"Hmm. Aku baik-baik saja. Aku tidak boleh terus-menerus bersedih kan, bibi? Eomma pasti akan khawatir dan tak tenang di sana jika dia mengetahui aku terus saja bersedih."

"Hmm. Kau tak sendiri, sayang. Masih ada bibi di sini."

Rose hanya mengangguk kembali. Pun dirinya yang kini dituntun oleh Bibi Gong dan di dudukkan pada kursi meja makan. Mengucapkan terima kasihnya setelahnya.

"Oh, ya. Kau harus berkenalan dengan Hoseok nanti."

Kening gadis Park mengerut. "Siapa dia bibi?"

"Nanti kau akan bertemu dengannya."

Rose tak tahu apa yang dimaksud dengan Bibi Gong. Namun ia memilih untuk mengangguk saja sebagai jawabannya.

.

.

Helaan napas itu keluar begitu saja. Setelah sebelumnya sang pemilik tubuh meletakkan barang terakhirnya pada sebuah kamar yang akan ia tempati setelah ini.

Ting Tong

Hoseok menghentikan kegiatannya. Mendengar suara bel yang berbunyi membuatnya bingung. Namun ia memilih untuk berjalan keluar dari kamar menuju pintu utama.

Dan pria itu langsung di hadapkan dengan sosok gadis yang sebelumnya pernah ia lihat. Hanya saja, pria itu sedikit melupakan nama gadis itu.

"H-Hoseok-ssi?"

"Ya. Itu aku."

Nampak senyuman gadis itu berikan pada pria itu. Sementara tangan gadis itu telah terulur dengan cepatnya.

rose ❌ hoperoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang