"Mari kita berkenalan, setelah berkenalan apakah kalian akan menyukaiku?" - Gun
.
.
.
.
.Disebuah desa yang bernama Greenleves, ditemukan seorang bayi di depan gerbang perbatasan desa. Anak itu seketika menjadi pembicaraan seluruh penduduk, karena warna rambut merahnya yang dirasa sangat aneh, akhirnya bayi itu diserahkan kepada wanita paruh baya yang ingin merawatnya, belakangan ini terdengar wanita itu pindah ke hutan bagian dalam dan tidak pernah terlihat lagi.
"Paman pisau ini harganya berapa?," tanya Gerald sambil memainkan pisau di tangannya.
"Kalau yang itu 27 gold," Paman itu menjawab dengan wajah yang berusaha tetap ramah pada bocah yang memainkan pisau di hadapannya itu.
"Mahal sekali..!!"
"Jadi kau mau beli atau tidak?," sudah dapat dipastikan kesabarannya sekarang mulai berkurang.
"Iya, iya aku beli, ini-,"
Saat menyadari uang gold yang ada di kantungnya itu tidak cukup. Tiba-tiba muncul ide bagus di kepalanya. Dia menghitung dalam hati.
Tiga
.
.
.
Dua
.
.
SatuDia berlari keluar toko dengan pisau berharga 27 gold itu di tangannya.
Saat tengah asyik berlari dengan kecepatan tinggi, dia berpapasan dengan Lim dan En, sahabatnya yang mengajak dia untuk bertualang di hutan. Itu sebabnya dia membutuhkan alat untuk melindungi diri, seperti pisau.
"Apa yang sedang kau lakukan?," En membuka pertanyaan sambil terus mengemut permen loli di mulutnya.
"Jangan berlari dengan keadaan begitu," Lim menunjuk ke arah kaki Gerald.
Seketika saat Gerald menunduk, tampak kakinya dengan indah berkontak langsung dengan tanah.
"Ah tidak sepatuku..!, terlepas dimana itu..?!"
"Ah apa lagi sekarang?, mencuri?, kau tidak bisa membuat masalah lagi, kemarin kita sudah terkena imbasnya karena kau mengambil buah dari kebun Pak Logi," Lim berkata sambil mengusap kepala belakangnya dengan frustasi.
"Ayolah kalian juga tahu aku tidak punya cukup uang, biarkan saja hanya untuk kali ini saja kok..," jawab Gerald berusaha meyakinkan temannya itu.
Sementara kedua temannya hanya bisa menarik nafas panjang, karena mereka tahu kejadian seperti ini akan terjadi lagi.
(Hutan Rollolo)
Saat tengah asyik berjalan perlahan di dalam kegelapan hutan, Gerald membuka pertanyaan dengan suara yang lumayan keras.
"Kalian yakin, di hutan ini ada hewan yang bisa dimakan?"
"Sssttt, jangan berisik!," Lim mendekatkan jarinya ke mulut Gerald, sampai anak itu hampir terjungkal ke belakang.
Sementara di satu sisi En yang sedari tadi mengemut permen, menimbulkan suara yang tidak enak di telinga. Masih dalam keadaan jari yang berada di depan mulut Gerald, Lim. menoleh dan menegur En.
"En, aku mohon dengan sangat, bisakah kau hentikan hobi mu memakan permen dengan suara menganggu itu untuk kali ini saja?, kita harus berhati-hati saat ini.."
"Aku bahkan masih tidak tahu tujuan kita kesini..," balas En menusuk.
"Tentu saja untuk memastikan, kalau anak berambut merah itu benar ada, dan katanya dia tinggal di hutan ini, bersama dengan seorang bibi yang mau merawatnya..," Gerald berkata dengan bersemangat.
Disamping itu Lim yang sedari tadi memerhatikan pisau yang ada di tangan Gerald berkata,
"Lalu untuk apa kau membawa barang seperti itu kesini?, kudengar hutan ini tidak terlalu berbahaya.."
"Hanya untuk jaga-jaga.."
Srak...srak, tiba-tiba dibelakang terdengar suara langkah kaki yang bersinggungan dengan daun kering. Sontak mereka langsung menoleh ke sumber suara.
Terlihat seorang wanita paruh baya, rambutnya merah terang panjang, sangat menarik perhatian tiga anak kemarin sore yang sedang berbincang tadi.
En yang tadi mengotot ingin tetap mempertahankan permen di mulutnya kini menjatuhkannya tanpa rasa menyesal, karena kaget permen itu melompat keluar begitu saja dari mulutnya yang menganga.
Gerald berusaha mengumpulkan semua keberaniannya dan bertanya pada wanita itu,
"Siapa kamu?"
Wanita itu tidak menjawabnya, atau lebih tepatnya dia tidak dapat menjawabnya, wanita itu bahkan terlihat hampir tidak mempunyai kekuatan untuk berjalan, kulit putih pucat serta tubuh kurusnya akan menbuat orang yang baru menemuinya mengira dia terjangkit sebuah penyakit.
Tak lama wanita itu tersenyum, berbalik dan bersiap melangkah pergi. Tentu saja ketiga anak yang serba ingin tahu tersebut tetap mengikutinya dari belakang.
Wanita itu terus berjalan perlahan berjalan ke arah depan, entah tahu dirinya diikuti atau tidak. Dan yang terjadi selanjutnya, wanita itu jatuh pingsan tepat didepan gubuk kecil ditengah hutan nan gelap ini. Tanpa disangka, keluar seorang anak berambut merah dari gubuk tersebut. Bukannya memerdulikan wanita yang tergeletak disana, dia malah memandang aneh kearah ketiga orang asing yang berdiri membeku di depan rumahnya.
"Siapa kalian?," tanyanya dengan bingung.
*----*
(Dalam gubuk)
Gerald, Lim, dan En saling berpandangan saat anak itu menceritakan keadaan wanita tadi yang ternyata ibu anak berambut merah itu.
"Dia sakit?," tanya Gerald dengan wajah iba menghadap wanita itu.
"Iya, ini sudah terjadi sejak lama, aku sudah membujuknya untuk berobat dan pergi ke kota, tetapi dia tidak mau meninggalkan tempat ini..," jawab anak itu sambil mengelus surai ibunya.
"Kenapa?," kali ini Lim angkat bicara.
"Karena cepat atau lambat mereka akan mengejar dan membunuh kita..."
Ekpresi bingung terpancar dari wajah ketiganya, namun tak ada satu pun yang mau menanyakan lebih lanjut.
"Sebaiknya kalian pergi dari sini sekarang, sebelum orang desa dapat menemukan kami..," seru anak itu sambil menyelimuti ibunya yang pingsan tadi.
"Apa penyakitnya begitu parah?," Lim yang akhirnya penasaran dengan keadaan wanita yang berbaring dihadapannya sekarang.
"Apa jika aku ceritakan kalian akan segera pergi?, lagi pula kalian akan segera takut denganku..baiklah akan kuceritakan!," sahut anak berambut merah itu kemudian tersenyum. Mengerikan.
.
.
.
.
.(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Take it (The Boy with the Red hair)
AdventureGerald, Lim, dan En pernasaran akan keberadaan anak misterius berambut merah, yang kabarnya tinggal di hutan dibelakang desa mereka, dalam perjalanan kesana mereka bertemu sosok yang tidak di kenal, siapakah itu? -Gerald- "Aku bersumpah, hanya untuk...