Defia Rosmaniar 🥋
Pulang dari training camp di Korea Selatan, aku kembali harus training camp di Wisma Atlet Kemayoran. Itu berkumpul dengan ratusan atlet dari berbagai cabang olahraga, ini semua untuk persiapan Asian Games. Memang butuh waktu yang panjang untuk semua hasil yang membanggakan. Emas tidak di dapat dari duduk manis di kursi panas tapi dari terik matahari yang membakar kulit memeras keringat. Eh, aku atlet indoor sih, jadi tidak dibakar oleh panasnya matahari.
Bagi setiap atlet, berjuang membawa nama negara lebih membahagiakan daripada berjuang membawa namanya sendiri. Begitulah yang aku rasakan sekarang, setelah banyak aral dalam perjalanan karirku, akhirnya beberapa tahun terakhir bisa berjuang untuk negara.
Oh, namaku Defia Rosmaniar, atlet Taekwondo dalam kategori poomsae. Aku berasal dari tanah Sunda, punya Ibu dan seorang Ayah yang telah mendahului kami. Anak yang cukup manja meski sudah bukan waktunya. Gampang menangis meski terkesan paling cerewet diantara orang lain. Tinggi badan 167 cm dan berat badan 51 Kg.
Beberapa deret prestasi telah aku raih, cukup banyak menyumbang medali untuk Indonesia dalam berbagai ajang, diantaranya: 2 Silver Medals dalam ajang Islamic Solidarity Games Palembang untuk tunggal dan ganda campuran, 1 Bronze Medals dalam ajang yang sama dan tahun yang sama 2013 dalam kategori turnamen putri, menyumbang 3 Bronze Medals dalam 3 kategori pada tahun 2013 di ajang Southeast Asian Games Naypyidaw, serta 1 perak dan 1 perunggu pada tahun 2017 di ajang Asian Indoor & Martial Arts Games Ashgabat. Hanya satu yang belum aku raih di usia matangku, jodoh. Makanya Ibu selalu saja berbicara tentang jodoh denganku. Parahnya, Ibu sudah beberapa kali menjebakku dalam kencan buta bersama beberapa anak temannya.
Kemarin Ibu bilang lagi kalau mau mengenalkan aku dengan anak temannya lagi, tapi langsung aku tolak karena memang ingin fokus di Asian Games. Sempat kecewa tapi aku juga bilang pada Ibu kalau bisa saja aku bertemu dengan seseorang di Wisma Atlet nanti dan kalau misalkan tidak dapat sementara aku justru dapat medali emas, aku mau dikenalkan dengan anak teman Ibu itu.
"Dik, mulai nanti harus jeli loh ya pandangannya. Pasti banyak itu atlet yang ganteng di sana. Kaya si siapa itu atlet renang?"
Ibu sedang membantuku mengemas pakaian ke dalam koper pink yang begitu lucu dengan gantungan beruang mungil pemberian Almarhum Ayah.
"Siapa? I Gede Siman Sudartawa?"
Seorang Ibu adalah satu dari sekian Ibu yang update sekali tentang dunia olahraga, atlet mana sih yang nggak dikenal oleh beliau? Mungkin atlet bola, Ibu bilang susah menghafalnya karena terlalu banyak. Ha ha ha. Ada sih beberapa yang hafal, semacam Bambang Pamungkas, Boaz Solossa, Firman Utina, Atep, bahkan Hariono. Kelihatan ya itu pemain sepakbola generasi kapan.
"Iya, itu kan lumayan, Dik."
"Ah, kalau bisa mah Defia sama atlet bulutangkis, Tontowi Ahmad."
"Heh! Dia kan sudah punya istri, Dik."
"Niatnya jadi pelakor, Bu."
"Heh!"
Saking syoknya mata Ibu sampai hampir terlepas dari tempatnya. Lucu saja melihat Ibu semacam ini. He he he.
"Ya habis, Ibu. Hari gini masih nyuruh-nyuruh anak buruan nikah, sudah gitu ada trik-trik perjodohan pula. Bu, semua akan menikah pada waktunya."
"Ya gimana, kita lho, Dik, cewek semua. Paling enggak kalau ada cowoknya kan enak."
"Ih, tenang saja, Ibu. Lama-lama Defia ganggu rumah tangga Bang Owi juga nih biar cepet nikah!"
"Eh amit-amit, jangan kaya gitu ah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wisma Atlet Love Story
FanficDefia Rosmaniar Kubilang aku tidak akan punya kekasih pemain sepakbola, tuntutannya terlalu tinggi, bisa tiap hari oleng kalau harus dengar nitijen mencemooh kekasihku ketika permainannya turun. kalau boleh memilih aku ingin menjadi kekasihnya Pak I...