Hani mendengar percakapan mereka, ketika sedang hendak beranjak ke tempat kerja, dan ketika sampai di tempat kerjanya dia melihat Silvi sudah duduk di sana
"Tumben, datangnya lebih awal...", dia menegur sambil dirinya sibuk mengetik di depan layar komputer miliknya, dan Hani membalas senyuman tersebut dengan ramah."Karena semalam, ada anak kecil tiba - tiba di belakang jok mobil aku, tapi setelah itu dia menghilang, aku jadi takut kalau diikuti oleh makhluk halus, tapi mudah - mudahan aku saja yang berlebihan...", Hani berkata panjang lebar.
"Kamu pasti lewat di jalan gelap...". Silvi menebak dirinya, dan Hani hanya terkekeh perlahan, dan berapa menit kemudian Silvi berpamitan ingin ke kamar mandi, oleh Hani pada saat di dalam toilet, tiba - tiba saja dia mendengar suara mengetuk pintu dari dalam toilet degup jantungnya mulai berdetak keras, perlahan dia berjalan ke arah pintu tersebut dan ketika di bukanya, terasa seperti ada yang menyentuh kakinya, ketika dia menunduk ke bawah, sosok berupa hanya tangan berada di bawahnya, ketika Silvi menjeri histeris, dia langsung buru - buru keluar dari toilet dan kembali ke ruangan sambil bercerita pada Hani panjang lebar, namu Hani hanya menanggapi dengan datar, dia bukan orang yang tipe melebih - lebihkan keadaan.
Jam menunjukkan pukul dua belas siang, dan saatnya untuk makan siang, Hani sebenarnya dalam hati dia berkata. "Rasanya waktunya kenapa selalu bersamaan dengan kejadian di rumah kontrakan milik orang tuanya....",
"Hani, lupakan saja omonganku tadi...", Silvi mengajak bicara dengannya singkat, diapun mengangguk mendengar hal itu, waktu telah berganti sore, rasanya dia ingin cepat pulang dan seperti memilik firasat dengan apa yang terjadi.
Dan benar, memang adanya teryata ibu Raya Lestari, dia menyebar luaskan dengan melebih - lebihkan kejadian yang di alami oleh Ical dan Wiwid, entah apa yang di pikirkan oleh orang itu lama - kelamaan, kelakuannya seperti orang sinting.
"Memangnya dia cerita apa saja...", ? Kala itu Hani sedang berdua dengan Ridho di dalam kamar, dan Ridho yang mendengar percakapan Vera serta Haris dengan sangat detail di rumah mereka.
"Ibu Raya bilang ke semua tetangga, bahkan sampai ke Rt sebelah, kalau rumah kontrakan kita angker, ada genderuwonya..., dan terus terang kelakuan dia seperti orang sinting lama - lama, seperti mau menguasai hak orang tua kita, tapi aku hanya menduga saja...", Ridho menjelaskannya dengan panjang lebar.
"Aku rasanya, ingin bicara dengan seseorang yang lebih tahu tentang hal ini...", sikap Hani terlihat sedang berpikir, dia juga merasa kesal dengan sikap Raya yang semakin hari semakin hobi bergunjing tentang rumah kontrakan mereka tersebut, melebih - lebihkan cerita yang sebenarnya akhirnya menjadi dramatisir.
Di tempat lain, di Jakarta sendiri Wiwid tengah sendiri di dalam rumah, dan ketika dia sedang menonton Tv, padahal ini waktu siang hari, Tv tersebut mati sendiri, dan karena terkejut Wiwid berlarian keluar, entah nasib apa yang justru malah menimpanya, bukan bertemu dengan tetangga yang lain namun justru dengan Ibu Raya Lestari.
"Ibu itu, Tvnya di dalam mati sendiri....", wajahnya nampak ketakutan, dan Ibu Raya justru mengompori suasana tersebut, entah apa yang di pikirkannya tatapannya, seperti mencibir dirinya.
"Sudah saya bilang bu, di rumah kontrakan milik keluarga Mulyono itu angker bu...", Wiwid hanya diam saja, namun dia memalingkan wajahnya melihat ke dalam rumah, karena di jendela dia melihat sosok besar dengan bertaring berbulu hitam berdiri disana, dengan penuh takut dia kembali menghadap ke arah Ibu Raya.
"Memangnya dulunya di sini apa bu...", ?
"Kebon", ketika ibu Raya menjawab demikian secara waktu bersamaan, seperti ada yang membanting pintu ruangan atas dengan sangat keras, dan Wiwid langsung tergesa - gesa, masuk ke dalam rumah, lalu apa yang di lihatnya.s
Kamarnya sudah terlihat berantakkan, dan Wiwid nampak lebih ketakutan dari sebelumnya, apalagi ketika dia mendengar seperti suara bunyi nafas laki - laki dari belakang tekuknya, diapun langsung merinding, air matanya mulai menetes."Wiwid..." seperti ada Ical memanggilnya dari bawah, tapi rasanya tidak mungkin ini masih jam satu siang, dan Ical biasanya pulang jam tujuh malam atau lima sore dari kantor.
"Wiwid....", dia memanggil lagi, karena itu jelas suara suaminya, Wiwid langsung turun ke bawah, dan pada saat dia turun ke bawah, dia melihat Ical sedang makan dengan lahap di meja makan.
"Lho mas, aku kan belum masak...", wajahnya memang sangat berbeda, dan dia memakan sangat rakus, Wiwid perlahan mendekatinya, dan menepuk bahunya, alangkah terkejutnya jika itu sosok yang matanya bolong, dan sedang memakan belatung, dengan leher penuh darah,
Widid, terganga kaget, kemudian dia berjalan mundur perlahan, lalu membalikkan badan sambil berlari kecil menuju ke arah anak tangga, dan masuk ke dalam kamar, sambil meraih Hp di atas meja, mulai menelepon Ical, namun tidak ada di angkat olehnya, akhirnya dia menangis sendiri di kamar, tanpa terasa Wiwid tertidur hingga terbangun pada waktu maghrib, kala itu seperti ada yang membanting pintu dengan keras di lantai bawah.
Wiwid, segera beranjak keluar dari kamarnya, dan kembali menuruni anak tangga, melihat apa yang terjadi, teryata tidak ada siapa - siapa dan hanya suara gitar dari Bagas, yang suka bermain selepas maghrib. Tidak berapa lama kemudian mobil Ical masuk ke dalam rumah, Wiwid menyambutnya dengan ramah, karena terlihat Ical merasa lelah dia enggan untuk menceritakan apa yang di alaminya baru saja di rumah tersebut.
"Rumah ini memang terlihat nyaman, namun ada saja teror gaibnya....", Ical mendesah sambil duduk di sofa ruang Tv, sedangkan Wiwid yang berada di dalam dapur, melirik ke arahnya.
"Sudah di bicarakan, oleh mas Haris dan Mbak Vera...", ? Dia bertanya, dan Haris hanya mengangguk, namun dia tidak menjawab sepatah katapun.
"Aku curiga, ada hal yang tidak di sukai oleh makhluk halus di rumah ini, terus terang mulut Bu Raya tetangga depan itu sudah seperti orang sinting lama - lama, dan bagaimana nanti akibatnya ke depannya dia tidak berpikir panjang, tadi siang dia bergunjing denganku, untung aku acuhkan saja...", Wiwid berkata dengan meletup - letup."Memang aneh orang tersebut, maunya apa yah....", Ical akhirnya menanggapi dengan berguman, sambil menatap ke arah tembok, kemudian berjalan ke arah meja makan.
"Tapi kata Pak Haris dan Mbak Vera, ini rumah orang tua mereka dulu, pastinya mereka sudah tahu lebih dulu daripada kami, lebih baik mungkin aku mau bicara saja dengan anak pertamanya Hani melalui telepon saja mungkin, rasanya aku simpan nomornya..." Ical menanggapi panjang lebar.
"Mbak Hani, sepertinya di Bandung itu orang sibuk sekali mas, tapi coba saja di telepon mengenai rumah itu, setidaknya kita masih betah juga tinggal di sini, tetapi yang membuat perasaan aku tidak enak adalah ocehan Ibu Raya itu, duhhhh rasanya ingin aku memasukkan sambal ke dalam mulutnya...", Wiwid juga terlihat gemas dengan perilaku Ibu Raya, memang ketika mereka pertama kali masuk keluarga Mulyono belum banyak cerita mengenai wanita tersebut.
Malam itu, pukul tujuh, Hani baru saja bersama dengan Very sedang berkencan, di sebuah restoran tiba - tiba saja dia menerima telepon dari Ical.
"Asamualaikum Mas Ical..:, ? Nada suaranya terdengar lembut.
"Mbak Hani, boleh saya minta waktunya sebentar...", Ical langsung ingin mengungkapkan niatnya, apa yang ingin di katakannya, dan Hani berusaha untuk serius mendengar setiap kalimat yang di ucapkannya.
"Begini, mama dan papa, pernah cerita apa tentang Ibu Raya...", ? Pertanyaan tersebut membuat Hani menghela nafas pendek.
"Waktu itu saya tinggal di rumah itu, ketika masih SMA, dan umur saya masih lima belas tahun, saya kenal betul sifat Ibu Raya dari beliau waktu masih muda, dan masih ada kakek dan nenek saya tinggal di sana, bersama saya dan orang tua saya, dia memang tukang bergunjing, memang dari dulu sering terjadi hal - hal ganjil, tapi jika dulu tidak terlalu parah, terus terang semenjak kami pindah ke Bandung, dan papa saya di pindah kerja di kota ini, kami tidak terlalu fokus mengenai rumah itu lagi, jika mas ada apa - apa, bisa hubungi saya atau mama dan papa juga...", Hani menanggapi dengan ramah.
"Baiklah mbak Hani saya dan istri juga masih betah tinggal disini...", setelah ucapan demikian, Ical memutus sambungan teleponnya, dan Very memandang Hani dengan perasaan ingin tahu.
"Apa yang terjadi...", ? Rasa penasaran adalah bentuk perhatiannya kepada Hani.
"Sepertinya mereka mendapat gangguan yang paling parah ", Hani menjawab singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dihantui ( Masih Berupa Outline )
HorrorSinopsis : rumah itu penuh kisah mistis, rumah besar di sebuah komplek Perumahan, Ibu Raya Lestari salah satunya seorang wanita yang sering kali Juga menceritakan tentang rumah dengan pagar warna putih dan lampu di Dalamnya terlihat suram. Rumah ya...