Lani punya ketakutan berlebihan dengan hantu. Pernah suatu hari saat kecil ia bermain ke rumah tetangga. Tidak bisa dikatakan bermain sebenarnya, karena saat itu Lani pergi ke rumah tetangganya untuk mengantarkan bolu kukus yang dibuat ibunya. Ibunya memang hobi memasak banyak kue sampai terpaksa dibagi-bagikan ke tetangga se-RT.
Ketika itu Lani mengetuk pintu rumah tetangganya dengan semangat. Maklum, bocah umur tujuh tahun bawaannya selalu ingin cepat pulang, tak bisa pisah lama-lama dengan ibu.
Tanpa tahu apa yang sedang menantinya, Lani kecil tersenyum senang saat tetangganya membuka pintu rumahnya. Namun alih-alih disambut wajah ramah nan familiar yang sudah sering ia temui, Lani malah disapa sosok pucat bergaun putih panjang dengan rambut hitam berantakan.
Bolu kukus melayang ke wajah Kunti jejadian. Lani kecil menjerit sampai mengompol di celana sambil ngacir pulang ke rumah. Deman tinggi dan mimpi buruk menyerang tujuh hari tujuh malam. Ibu sampai dibuat kerepotan.
Yang Lani tidak tahu, kunti yang menyambutnya hari itu memang tetangganya. Tetangganya yang sedang pakai masker wajah. Kebetulan saja ia sedang memakai daster putih dan rambut acak-acakan.
Namun setakut-takutnya Lani dengan hantu, rasa takut itu tidak bisa mengalahkan rasa takutnya bila sedang berhadapan dengan ibu yang sedang murka.
Seperti saat ini."Lani!" sebuah teriakkan yang memekakkan telinga dari ibunya Lani menyambut cewek itu tepat saat ia baru sampai di depan pintu rumahnya.
Ibu berdiri tepat di depan pintu dengan berkacak pinggang serta memasang wajah yang sanggup membuat Lani hampir menjerit ketakuatan-alias serem banget. Intinya situasi Lani sekarang benar-benar sangat danger!
"I-ibu ...."
"Aduh, Lani! Kok bisa basah kuyup gini?! Kamu gak naik bus?! Bukannya tadi pagi kamu bawa payung?! Kok bisa kayak tikus kecebur comberan gini sih, Lan!!!" suara panik ibu langsung memotong kata-kata Lani. Cepat-cepat wanita setengah baya itu mengambil handuk dan memberikannya kepada anak semata wayangnya itu.
"Cepet mandi air hangat sana, gih. Ntar kamu bisa kena flu. Biar ibu buatin susu coklat buat kamu sekarang."
Lani tersenyum. "Makasih, bu," lalu cewek manis itu mulai berjalan menuju kamarnya untuk mandi air hangat.
"Lani!" panggilan dari ibunya itu membuat Lani langsung menoleh. Cewek itu memberikan tatapan polos. Berbanding terbalik dengan ibu yang justru menatap anaknya dengan pandangan menyelidik campuran curiga. "Kamu belum jawab pertanyaan ibu. Payung merah kamu ke mana?" lanjutnya dengan mata menyipit.
Lani terpaku sambil menelan ludahnya susah payah. Dengan gerakan kaku, cewek itu menggaruk belakang tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, juga memaksakan tawa yang justru terlihat hambar-kesalahan fatal karna ibunya malah terlihat semakin curiga.
"Pa-payungnya ... payungnya ... ke-ke mana, ya? Ka-kayaknya ... k-ketinggalan di sekolah deh, Bu," suara Lani bergetar saat mengatakan itu. Dan ibunya yang masih menatap Lani penuh dengan pandangan curiga sama sekali tidak membantu.
"Kok kayaknya?"
Skak Match! Di dalam hati Lani merutuki ketajaman ibunya itu.
Menarik napas pelan, ibu Lani lalu tersenyum tipis.
"Ya udah, mandi sana!" mendengar itu, senyum cerah Lani langsung merekah. Ah ... semenakutkan dan semengerikan apapun ibunya, tetap saja hanya ibunyalah yang paling terbaik.
"Makasih, ibu!" dan cewek itu pun berlari riang ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG KAU DAN HUJAN //✔
Short StoryAlif Rinanda punya tiga julukan: Ketua kelas kebanggaan, Menantu idaman (khususnya ibu wali kelas yang ngebet banget jodohin Rinan dengan anaknya), dan Lelaki pujaan (seluruh cewek satu sekolahan, mau itu yang jomblo ataupun yang udah taken) Dan Lan...